After Apocalypse
Tanggal 01, bulan 03, tahun 398 kalender bulan hitam.
Orang-orang terdahulu bilang, manusia adalah sumber dari kesalahan dan dosa. Itulah kenapa ... dunia ini membenci umat manusia dan memutuskan untuk melenyapkan mereka.
Orang-orang terdahulu bilang, dulu manusia berada di puncak dunia. Mereka membangun gedung-gedung pencakar langit, mengendarai ‘besi’ yang bisa berjalan di darat, laut, bahkan terbang di udara.
Aku merasa, itu hanyalah dongeng yang diceritakan oleh para penatua kepada anak-anak agar mereka berpikir kalau manusia adalah makhluk yang lebih spesial.
Di satu sisi, aku memang setuju kalau manusia adalah makhluk spesial. Namun, aku juga merasa kalau manusia sebenarnya masih biasa-biasa saja dan jauh dari kata terbaik, apalagi puncak rantai makanan.
Manusia memang cukup spesial karena bisa menggabungkan diri dengan ‘miracle root’ dan berevolusi. Namun, pada kenyataannya, aku bertanya-tanya apakah apa yang disebut evolusi masih berguna?
Ratusan tahun manusia berjuang, tetapi mereka sama sekali tidak pernah mengembalikan apa yang mereka sebut ‘kemuliaan’. Sebaliknya, semakin lama, jumlah manusia semakin sedikit. Bahkan, aku berpikir manusia bisa punah kapan saja jika makhluk-makhluk yang disebut ‘penguasa sebenarnya’ itu bergerak.
Manusia? Puncak rantai makanan? Kamu pasti bercanda denganku.
Daripada makhluk di puncak rantai makanan, aku lebih suka mengibaratkan manusia dengan maggot. Ya ... manusia lebih mirip belatung yang menggerogoti bangkai. Tidak bisa melawan, hanya melihat pertarungan makhluk kuat, dan mengambil sisa bangkai untuk bertahan hidup.
Menjijikkan? Begitulah faktanya. Hidup itu kejam dan kita tidak bisa terus melanjutkannya jika terus berusaha bersikap terlalu tinggi.
Aku rasa lebih baik manusia bersikap rendah hati daripada berpura-pura sombong dan akhirnya disambar sampai mati.
Hari ini masih hari yang sama seperti biasanya. Selain menulis di malam hari, aku tidak bisa melakukan apa-apa karena belum menemukan petunjuk tentang keberadaan makhluk itu. Namun aku masih tidak bisa menyerah. Orang menjengkelkan itu telah memberikan hidupnya kepadaku, jadi aku harus bertanggung jawab.
Sungguh, menjadi penerus terakhir itu benar-benar merepotkan.
^^^^^^Alexander Note.
^^^^^^
...----------------
...
Dalam ruangan kecil, seorang pemuda menutup buku catatan yang terbuat dari kulit binatang tidak diketahui.
Pemuda itu kemudian menyimpan buku lalu berjalan menuju ke lentera berbentu aneh. Di dalamnya tidak ada api, tetapi sejenis tumbuhan, atau lebih tepatnya lumut aneh yang menyala dengan warna hijau.
Tidak begitu terang, tidak begitu redup, tetapi cukup untuk memberi cahaya dan kehangatan dalam ruangan sempit tersebut.
Pemuda itu mengambil lentera tersebut. Dia membawanya ke sudut ruangan. Setelah itu pemuda tersebut membuka penutup tembikar berisi sedikit air. Dia kemudian mengeluarkan lumut dari dalam lentera lalu memasukkannya ke dalam wadah tersebut.
“Air sudah hampir habis? Sepertinya aku harus pergi mengambil lagi besok.”
Pemuda itu mengelus dagu. Setelah menutup wadah itu, barulah dia menghela napas panjang.
“Untung saja masih musim semi. Jika musim panas datang, pasti harus menempuh jarak terlalu jauh untuk mencarinya. Benar-benar tidak sebanding dengan hasilnya.”
Setelah menggeleng ringan, pemuda itu pergi ke tempat tidurnya. Bukan jenis kasur empuk atau semacamnya, tetapi hanya tanah datar yang dipadatkan. Sedikit lebih tinggi daripada lantai yang biasa dia pijak.
Berbaring di atas ‘ranjang’ sambil melihat langit-langit yang merupakan tanah penuh bebatuan.
Ya. Tempat Alexander sekarang tinggal bukanlah rumah biasa. Namun sebuah ‘kamar’ yang dibuat dalam gua besar. Salah satu tempat berlindung tingkat menengah yang berada di bawah pemerintahan Blood Cross.
Baru saja memejamkan mata, Alexander merasakan perutnya meraung. Jelas kelaparan, tetapi tidak membuatnya bangun untuk makan sesuatu.
‘Dunia terkutuk ini ... kenapa aku harus terus bertahan hidup dan menyiksa diri dengan cara seperti ini?’
‘Sungguh menyebalkan.’
Sambil terus mengeluh dan mengutuk dalam hati, Alexander terus memejamkan matanya sampai akhirnya tertidur karena rasa lelah dan kantuk yang menyerangnya.
...----------------
...
Keesokan paginya.
Tok! Tok! Tok!
Mendengar ketukan di pintu, Alexander yang baru saja terbagun merasa sangat kesal. Pemuda tersebut langsung bangkit dari tempat tidurnya lalu membuka pintu. Saat melihat sosok pemuda yang berdiri di depan pintu, dia merasa terkejut.
“Apa yang kamu lakukan di sini pagi-pagi sekali, Kid?”
Seorang pemuda berambut coklat dengan penampilan kotor, tubuh kurus, dan ekspresi agak panik berdiri di depan ruangan Alexander. Pemuda itu bernama Kid. Bukan tokoh terkenal di tempat perlindungan ini, tetapi Alexander masih mengenalnya.
“K-Kak Al, Bos ... Bos mengalami kecelakaan!” ucap Kid dengan nada berantakan dan tergesa-gesa.
Mendengar ucapan Kid, mata Alexander langsung terbelalak. Tangannya langsung mengepal dan dia langsung mengutuk dengan dingin.
“Claude ... B-jingan itu pasti melakukan pasti melakukan hal-hal sembrono lagi!”
Setelah menenangkan diri, Alexander langsung melihat Kid lalu mengangguk ringan.
“Apakah sekarang dia ada di ruangannya? Sudah kembali?”
“Ya!”
“Kalau begitu kamu bisa kembali dan beristirahat. Jangan lupa membersihkan diri, pasti sulit mengikuti orang itu.”
“Baik!”
Melihat Kid pergi, Alexander pergi mengambil jubahnya lalu keluar dari ruangannya tanpa makan atau minum. Dia menutup pintu dan menguncinya, lalu pergi ke tempat Claude berada.
Di luar ruangannya, tampak sebuah gua yang sangat luas dengan langit-langit berlubang. Di sepanjang dinding gua raksasa itu, tampak banyak ‘lubang’ yang merupakan kamar-kamar tempat orang-orang tinggal. Di tempat perlindungan tingkat menengah ini, setidaknya ada ratusan orang tinggal.
Alexander tidak bisa menyebutnya banyak, tetapi itu memang sudah lumayan di dunia dimana manusia hampir punah ini. Lagipula, tidak hanya ada satu tempat berlindung. Masih ada cukup banyak tempat berlindung di luar sana.
Selain itu, tinggal dan hidup itu adalah hal yang berbeda. Di sini, ada pajak untuk tinggal di salah satu ruangan. Jika tidak memberi bahan makanan dalam jumlah tertentu setiap minggu, mereka harus melakukan pekerjaan kasar. Jadi normal jika ada satu atau dua orang yang meninggal setiap beberapa minggu sekali.
Pajak dan pekerjaan itu adalah masalah pokok untuk tinggal. Namun ada masalah lain yang lebih penting, yaitu makanan dan air. Bisa dibilang, warga normal yang tinggal di tempat ini bahkan lebih buruk daripada pengemis atau gelandangan di masa kejayaan manusia.
Makan satu hari sekali sudah baik. Makan dua hari satu kali itu normal. Begitulah cara mereka menjalani hidup sampai sekarang.
Sampai di ruangan tertentu, Alexander langsung membuka pintu tanpa permisi. Dia kemudian melihat pemuda yang cukup tampan, berambut pirang dengan mata biru berbaring di ranjang. Tampak luka yang terlihat mengerikan di bagian perutnya. Hanya saja, alih-alih meringis kesakitan, pemuda itu malah tersenyum konyol.
“Apakah akhir-akhir ini kamu semakin gila? Kamu benar-benar keluar lebih sering padahal sudah tidak kekurangan makanan. Apakah kamu merasa hidupmu terlalu lama? Melompat keluar untuk bunuh diri?”
Alih-alih berbicara dengan lembut dan memasang ekspresi khawatir, Alexander langsung mengutuk Claude dengan ekspresi dingin. Pemuda itu terlihat membenci besi tetapi bukan baja. Jelas Claude cukup berbakat, tetapi konyol dan sembrono. Hampir mati beberapa kali.
Claude sendiri tidak marah. Melihat Alexander mendekat, dia langsung meraih pergelangan tangannya lalu berkata dengan serius.
“Aku telah menemukan ‘itu’, Al!”
Mendengar ucapan Claude, pupil di mata Alexander langsung menyempit. Jelas merasa sangat terkejut karena ucapan sahabatnya itu.
>> Bersambung.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 169 Episodes
Comments
Shame
Seru sih, kebetulan aku juga ingin buat novel Sci-fi. Izin belajar kak author :)
2024-09-01
0
hadsa saputra
apakah novel ini sambungan dari novel sebelumnya yang judulnya kalau tdk salah apocalypse regsesion
2024-04-30
1
Iqbal Novran
keren
2023-12-13
0