Malam yang paling menyebalkan bagi Anjas akhirnya berakhir. selepas malam ini dia tidak akan pernah lagi mau tidur dengan Lili.
Pagi itu Gala, Gisel, Usman dan Robby langsung pamit pulang, tak lama setelah meraka semua selesai sarapan bersama.
"Kami pamit dulu, jaga diri baik-baik," ucap Usman pada Lili. Robby tidak bicara apa-apa, hanya mengusap puncak kepala Lili dengan kasar. Baginya Lili dan Gisel sudah seperti adik sendiri.
Mereka semua juga saling memeluk sebagai salam perpisahan.
Kehangatan itu jelas begitu terasa di sana, namun kemudian saat semua orang sudah pergi kini mendadak keadaan jadi sangat dingin.
Senyum yang tadi sempat terukir di bibir Anjas seketika hilang, mulutnya pun sontak terdiam seribu bahasa, tak sudi berbicara dengan istrinya sendiri.
Selama masih ada anak itu, jangan anggap Anjas akan memperlakukan Lili dengan baik.
"Huh." Dan Lili hanya mampu membuang nafasnya dengan kasar.
Hari pun bergulir.
Senin tiba dan waktunya semua orang beraktivitas masing-masing. Anjas dengan kesibukannya dan Lili pun begitu.
Jam 8 mereka berdua tiba di kantor dengan mobil masing-masing.
Hari ini ada rapat umum untuk semua karyawan di jam 10, jadi Lili buru-buru ke meja kerjanya untuk menyiapkan beberapa hal.
Perusahaan Dwiguna adalah perubahan yang bergerak di bidang jasa perjalanan, Tour dan Travel.
"Li, nanti kamu yang baca laporan ya. bulan ini banyak keluhan konsumen yang masuk, aku takut salah," ucap Marta.
"Hii, jangan aku, aku juga takut, biar pak Arif saja," jawab Lili dengan berbisik. Pak Arif adalah ketua tim mereka, bagian custumer servis.
"Biar aku yang laporan," Timpal Rendi penuh tanggung jawab.
"Whoo keren!" salut Marta dan Lili hingga membuat semua orang tertawa.
Sebelum jam 10, semua karyawan berkumpul di ruang rapat utama, duduk sesuai dengan tim mereka masing-masing.
Hampir jam 10 tepat Anjas di dampingi asisten dan sekretarisnya masuk ke dalam ruang rapat itu juga.
Marta langsung menyenggol kaki Lili, menggoda saat suaminya datang.
Lili hanya mampu tersenyum malu-malu, bersikap seolah hubungan rumah tangganya baik-baik saja, padahal? hah, cukuplah Lili sendiri yang mengetahuinya.
Putra memimpin jalannya rapat, tiap Tim mulai melaporkan hasil kerja mereka selama 3 bulan terakhir.
Dalam rapat kali ini, Lili sedikit tak berkonsentrasi, dia justru terus melihat kedekatan antara Anjas dan sekretarisnya Felin.
Terlihat jelas jika keduanya berulang kali saling bicara dan entah kenapa pemandangan itu terasa begitu menyesakan dadda bagi Lili.
Pasalnya selama ini Anjas tak pernah lagi bicara sehangat itu dengannya. Bahkan Anjas pun tersenyum kecil ke arah Felin.
"Li, jangan melamun," bisik Marta dan sontak membubarkan semua pikiran wanita cantik itu. Lili tersenyum kikuk dan mengangguk kecil.
Ya Tuhan, sabar Li, sabar. batinnya, bicara sendirian.
Satu-satunya cara yang bisa Lili gunakan untuk menenangkan hatinya yang gundah hanyalah mengelus perutnya sendiri.
Tak ingin larut dalam kesedihan dan coba menikmati semuanya, coba hidup bahagia hingga anak ini pun bisa merasakan kebahagiaan juga.
Setelah menguatkan hati, Lili akhirnya coba fokus pada rapat itu, terlebih sekarang giliran tim mereka yang melaporkan hasil kerja.
Rendi maju ke depan, Lili dan Marta memberi dukungan dengan senyum lebar dan sedikit lambaian tangan.
"Pak, silahkan minum teh nya," ucap Felin, lalu mendekatkan teh milik sang Boss yang telah tersedia di sana.
"Fokuslah pada rapat," jawab Anjas penuh penekanan. Lili tak menghadap ke arah sini, tak ada alasan pula dia bicara dengan wanita ini.
Mendengar kata-kata menyakitkan itu, membuat Felin perlahan menjauh.
Selesai rapat Lili tak bisa tinggal diam saja, ada sebuah pertanyaan besar yang ingin dia perjelas pada sang suami.
Jadi keluar dari ruang rapat itu Lili langsung mendatangi ruang kerja suaminya. Kali ini Lili bahkan menatap dingin pada Felin, tak seramah selama ini.
"Anjas," panggil Lili setelah dia masuk dan menutup pintu.
"Jaga bicara mu, panggil aku Pak kalau sedang berada di kantor," jawab Anjas, bicara tanpa menatap. Dia sibuk sendiri, melepaskan jas dan duduk di kursi kerjanya.
"Apa maksud mu tadi? selama ini aku tidak pernah melihat mu sedekat itu dengan Felin." tuntut Lili langsung. Permasalahan mereka hanya tentang anak ini, bukan orang ketiga.
"Aku berhak melakukan apapun yang aku mau, sama seperti kamu Li," balas Anjas, kini dia pun membalas tatapan sang istri dengan tatapan yang lebih dingin.
"Apa maksud mu An?"
"Sepertinya selama ini aku salah, sekarang aku mulai sadar mungkin saja kamu tidak benar-benar terpuruk atas kejadian itu, mungkin saja saat itu kamu menikmatinya juga, sampai bersedia mengandung anaknya," jelas Anjas.
Sebuah penjelasan yang teramat sangat menyakitkan bagi Lili.
Astaga, Lili sampai tak bisa berkata apapun, daddanya sesak dan nafasnya seketika tersengal.
Bagaimana bisa Anjas dengan tega mengatakan hal itu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 85 Episodes
Comments
Katherina Ajawaila
kabur aja ly dr rmh, ribet suami kalau plin plan😎
2024-11-19
0
komalia komalia
nyesel juga jadi lili
2025-02-19
0
andi hastutty
Awalnya menerima tapi semakin berjalan penuh dengan kata2 yg menyakitkan
2024-08-03
1