Anjas keluar dengan membawa semua rasa kecewa yang ada di dalam hatinya, masih tak habis pikir Lili berubah pikiran di saat waktu yang begitu genting.
Di saat mereka nyaris saja melepaskan semua kesialan itu dan hidup dengan bahagia.
Diantara langkah kakinya yang lebar, berulang kali Anjas nampak berulang kali menggelengkan kepala. Kadang tersenyum kecil, menertawakan ucapan sang istri.
Sementara itu di dalam ruangan sang dokter, Lili hanya bisa meminta maaf pada dokter tersebut.
Berulang kali minta maaf karena dia seperti sedang mempermainkan.
"Maafkan aku Dok, aku membatalkan semuanya," ucap Lili sekali lagi, setelah entah berapa kali dia meminta maaf.
"Tenang lah nyonya, tidak perlu meminta maaf. Semakin lama ikatan antara anak dan ibu akan terjalin dengan sendirinya dan itu adalah hal yang wajar. Kita akan sangat mencintai anak kita, meski kita sangat membenci ayahnya. Itu adalah seorang ibu," jawab sang dokter.
Membuat air mata Lili makin mengalir saja, tapi dia pun terus coba menghapusnya lagi.
Coba tersenyum dan tegar menghadapi semuanya.
"Terima kasih Dok," balas Lili sebelum akhirnya dia pamit pergi dan mengejar sang suami.
Saat keluar dari ruangan itu, Lili susah tak melihat Anjas lagi. Lili tidak berjalan, dia langsung berlari keluar. Sangat berharap Anjas akan menunggunya di mobil meski mereka keluar sendiri-sendiri seperti ini dari rumah sakit.
Sampai di perkiraan nafas Lili terengah-engah, namun dia bisa bernafas lega saat melihat mobil suaminya masih ada di sana. Secepat yang Lili bisa dia segera masuk dan duduk di samping kursi kemudi.
Belum ada pembicaraan apa-apa, Anjas langsung mengemudikan mobilnya.
Sesaat hanya ada hening di sana, sepi sekali sampai menciptakan suasana yang begitu dingin. Ini adalah pertengkaran pertama mereka setelah menikah.
Pertengkaran pertama yang terasa begitu menyakitkan bagi keduanya.
"Maafkan aku An, maafkan aku," hanya kata itu yang bisa Lili ucapkan ketika mobil berhenti di lampu merah.
"Aku tidak tau apa yang kamu pikirkan Li. Mempertahankan anak itu? Astaga." Anjas tertawa hambar.
Lili menunduk, dia tau suaminya marah dan kecewa. Tapi tentang anak ini, Lili benar-benar tak bisa menggugurkannya. Andai Anjas tau, bahwa rasa sayang itu begitu mudah tumbuh di hati Lili untuk anak tersebut.
Jika bisa Lili bahkan sudah ingin memeluk anak itu sekarang, memohon maaf bahwa selama ini dia telah berusaha melenyapkan.
"Aku tidak akan pernah berubah pikiran sampai kapan pun, anak itu harus tetap digugurkan." tegas Anjas, sebelum akhirnya dia kembali melajukan mobil karena lampu telah berubah warna jadi hijau.
"Maafkan aku An, tapi aku tidak bisa. Apa kamu tidak merasakan sesuatu saat mendengar detak jantungnya? dia ingin hidup An," lirih Lili, lagi-lagi dia menangis.
"Apa kamu lupa Li? dia itu anak haram! dia bukan anak yang kamu inginkan!" balas Anjas, suaranya mulai meninggi hingga membuat Lili mematung.
Lili pun terdiam, dia seka lagi air mata yang tumpah. Saat ini mereka masih dalam perjalanan pulang, tak ingin mengganggu konsentrasi sang suami dalam menyetir jadi Lili putusan untuk mengakhiri semua pembicaraan lebih dulu.
Dan selama 20 menit di dalam perjalanan itu benar-benar tak ada kata yang tercipta diantara keduanya.
Sampai akhirnya Anjas menghentikan mobil mereka tepat di dalam garasi mobil.
Sebelum turun, pria itu bicara lebih dulu.
"Aku akan mengatakannya sekali lagi. Gugurkan, dia bukan anakku," ucap Anjas.
Lili termenung, menyentuh perutnya yang berdenyut nadi.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 85 Episodes
Comments
Yeni Fitriani
laah iyankan memang membingungkan dilahirkan dibesarkanpun klo kita tdk ikhlas pasti akan jijik dan benci sm anak hasil perkosaan.
2025-03-05
0
rin
piye ki, jd ikutan pusing 😢🤣😓
2024-10-07
0
Anita Candra Dewi
klo jd anjas memang sulit ya, krn akan trus terbayang2
tp klo digugurkan ya salah juga
2024-10-06
1