Diantara tangisnya itu Lili menggeleng kecil, karena tiap kali dia lihat waktu yang bergerak maju mendekati waktu operasi, keinginan Lili untuk mempertahankan bayinya jadi semakin kuat dia rasakan.
Pikirannya sudah penuh dengan bayang-bayang bayi mungil tersebut, detak jantungnya, tubuhnya, wajah yang nampak sendu, bibir kecil yang sempat dia lihat.
Tidak, Lili tidak akan sanggup melenyapkan bayi itu. Bayi yang masih bertahan disaat dia terus mengkonsumsi pil KB. Seperti sebuah petunjuk, bahwa bayi itu pun ingin hidup.
Ya Tuhan, batin Lili. coba mencari kekuatan dari pemilik kehidupannya.
Sementara Anjas terus menggenggam tangannya erat, terus meyakinkan bahwa semuanya akan baik-baik saja. Setelah operasi ini selesai mereka akan mendapatkan kebahagian yang sesungguhnya.
Kembali mengukir pernikahan impian yang sejak lama di damba-damba kan.
Anjas bahkan telah merencanakan bulan madu untuk mereka berdua.
Dan saat sang dokter sudah kembali ke ruangan itu lagi, Anjas tersenyum semakin lebar. Membuat Lili benar-benar merasa gamang.
"Mari, kita menuju ke ruang operasi," ajak sang dokter.
"Ayo sayang," ajak Anjas pula, dia adalah yang paling antusias.
Namun saat Anjas hendak membantu Lili bangun dari duduknya, tiba-tiba Lili menahan tangan suaminya tersebut.
Sebuah pergerakan yang membuat sang dokter pun menaruh atensi lebih. Apalagi wajah sendu Lili begitu mencuri perhatiannya. Seperti nampak ragu untuk menjalani operasi tersebut.
Harusnya Lili pun tersenyum, persis seperti senyum yang diukirkan oleh Anjas.
"Kenapa? kamu takut?" tanya Anjas, dia bahkan duduk lagi mensejajarkan diri dengan sang istri.
Sebegitu perhatiannya Anjas pada Lili.
Bingung mau menjawab apa, jadi Lili hanya bisa mengangguk kecil. Lantas dengan semua keberanian yang dia punya, akhirnya Lili mengatakan apa yang ada di dalam hatinya.
"An ... Ba-bagaimana jika kita pikirkan lagi keputusan ini? dia tidak bersalah An," ucap Lili lirih, menatap penuh harap dengan satu tangan yang menyentuh perut.
Kalimat itu membuat sang dokter menghela nafas lega, sementara Anjas mendelik merasa dia salah dengar.
"Apa maksud mu Li?" tanya Anjas, dia ingin Lili bicara lagi dengan suara yang lebih jelas. Anjas yakin dia salah dengar, bagaimana tiba-tiba Lili berubah pikiran untuk membiarkan janin itu hidup.
Bayi yang jelas-jelas tak ada hubungannya sedikit pun dengan mereka berdua, justru bayi yang hanya akan jadi simbol kesialan.
"Aku tidak bisa An, aku tidak menggugurkan bayi ini. Apa salah dia? bahkan setelah semua usaha yang kita lakukan agar dia tidak tumbuh tapi nyatanya dia tetap hidup, tidak kah kamu merasa dia pun berjuang untuk bertahan?" tanya Lili lirih, mengalir lagi air bening dari kedua matanya.
Entah ini bawaan bayi atau bukan, namun Lili merasa begitu sedih. Sangat sedih bahkan ingin terus menangis tiap kali ingat sang jabang bayi.
Dan Anjas langsung menggeleng mendengar semua penjelasan sang istri.
Lili sudah berubah, ini semua tak ada dalam rencana mereka.
"Maaf Tuan, Nyonya, lebih baik bicarakan dulu tentang hal ini. Saya akan memberi waktu 1 minggu untuk berpikir, lebih dari itu saya pun tidak bisa melakukan tindakan aborsi tersebut," ucap sang dokter, coba jadi penengah diantara keduanya. Semakin lama tindakan aborsi dilakukan, maka akan menimbulkan resiko yang besar pula, terlebih untuk sang ibu.
Lili hanya mampu terdiam, sementara Anjas menatap tak percaya pada istrinya.
Anjas ingin sekali marah, namun dia masih coba menahan diri. Dan pada akhirnya Anjas keluar lebih dulu dari dalam ruangan itu.
Meninggalkan Lili begitu saja.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 85 Episodes
Comments
Katherina Ajawaila
kita ngk tau, rejeki anak anjas berpikir dewasa aja, smua udh terjadi. anak ngk berdosa, yg dosa yg Bpk nya cabang bayi yg ngk punya otak😎
2024-11-19
1
andi hastutty
Ini yg jadi masalahnya
2024-08-03
0
himmy pratama
JD problem yg sangat sulit
2024-07-11
0