3 hari Anjas benar-benar mengacuhkan Lili, tidak peduli meski istrinya tersebut berulang kali mengajaknya bicara.
Tapi lain saat mereka sedang berada di kantor, terkadang tanpa sengaja bertemu Anjas masih tersenyum dan bicara.
Kini suami Lili itu seperti punya dua kepribadian yang berbeda, di rumah begitu dingin namun saat diluar terlihat hangat.
Semuanya jadi hanya seperti sandiwara.
Pagi ini adalah hari ke 4 dan Lili masih sangat berharap Anjas memahami posisinya sebagai seorang ibu. Berharap ini semua hanya salah paham sementara dan setelahnya hubungan mereka akan baik-baik saja.
"An, ini kopi mu," ucap Lili, dia menyajikan kopi hangat itu di atas meja makan.
Anjas diam saja, bahkan menganggap ucapan Lili hanya angin lalu.
"Hari ini, aku ikut mobil mu ya?" tanya Lili, sejak kemarin dia pergi ke kantor bersama sang supir, rasanya begitu tak nyaman.
Bukannya menjawab pertanyaan itu, Anjas malah memanggil seorang pelayan.
"Bi! ambilkan aku air hangat."
"Baik Pak," jawab pelayan itu dengan perasaan yang sungguh tak enak hati. Biasanya selalu nyonya Lili yang menyiapkan semua keperluan tuan Anjas, kini justru dia.
Tapi mau bagaimana lagi, tugasnya hanyalah mematuhi semua perintah Tuan dan nyonyanya.
Pelayan itu meletakkan gelas air putih hangat di samping kopi buatan Lili. Dan Anjas lebih pilih mengambil minuman yang dia minta dan mengabaikan minuman buatan istrinya.
Tanpa ada kata yang terucap lagi, Anjas pergi.
Dan Lili hanya mampu memandang punggung suaminya yang menjauh.
Lalu menghela nafas berat.
"Ya Tuhan," guman Lili.
Dia menyentuh perutnya tanpa sadar dan tiap kali melakukan itu Lili seperti mendapatkan ketenangannya lagi.
"Bu, maaf kalau saya lancang. Apa sekarang ibu Lili sedang hamil?" tanya pelayan itu. Pasalnya bukan hanya sekali dia melihat sang nyonya menyentuh perutnya seperti ini, tapi berulang kali. Seolah mengisyaratkan bahwa ada janin yang hidup di dalam sana.
Selama ini tak ada yang tau pasti tentang hal itu, para pelayan hanya mampu menebak-nebak dan bertanya-tanya kenapa hubungan Tuan dan Nyonya nampak merenggang.
"Iya Bi, aku hamil," jawab Lili, kali ini dia tersenyum saat mengucapkannya. Tidak berputus asa seperti beberapa waktu lalu. Semakin hari Lili justru menikmati kebersamaan bersama sang anak.
"Oh syukurlah, apa pak Anjas sudah tau? beliau pasti senang sekali," balas pelayan itu pula dengan antusias.
Namun berhasil membuat senyum Lili jadi hambar. Karena kemudian Lili baru terpikir bagaimana tanggapan keluarga dan sahabat mereka saat mengetahui tentang anak ini.
Anjas saja begitu tak terima, mungkin yang lain akan memandang sebelah mata.
"Bi, aku akan pergi sekarang," jawab Lili, dia tidak membalas lagi ucapan sang pelayan, namun memutuskan untuk langsung pergi.
Tiba di kantor Lili langsung menuju ruangan kerjanya. Beberapa orang yang berpapasan memberi salam hangat.
Dan Lili membalasnya dengan tangan yang terus memegang perut, sungguh Lili tak sadar saat melakukan itu.
Semuanya terjadi secara alami.
Sampai menimbulkan pembicaraan yang begitu intens pada karyawan-karyawan yang lain, semuanya yakin jika istri dari wakil direktur mereka tengah mengandung.
"Wah sepertinya memang benar, Lili hamil."
"Pak Anjas pasti senang sekali ya."
"Hihihi, aku juga jadi tidak sabar melihat anak mereka. Lili sangat cantik dan pak Anjas begitu tampan, seperti apa anak mereka nanti."
Hari itu semua orang membicarakan hal yang sama, sampai akhirnya terdengar di telinga Anjas.
Sebuah kabar yang seperti garam diantara lukanya yang menganga.
Anjas mengepalkan kedua tangannya kuat, tanda amarah yang membuncah.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 85 Episodes
Comments
andi hastutty
Makin kesini makin kentara
2024-08-03
0
himmy pratama
li .. segera ambil tindakan
jgn mau di acuhin GT setiap harinya
ajak bicara' baik2 suamimu
klo GK ada titik temu ya mintalah cerai
2024-07-11
0
Uci
kasian
2023-06-27
4