Jam 5 Anjas pulang dengan wajahnya yang nampak masam, penat dan kacau.
Dia duduk di ruang tengah dan meminta seorang pelayan untuk memanggil Lili datang ke sini.
Tak sampai 10 menit setelah Anjas memerintahkan itu, istrinya benar-benar datang.
Lili sangat terkejut ketika melihat penampilan sang suami.
"Anjas, apa yang terjadi?" tanya Lili cemas.
"Jangan duduk di dekat ku, menjauh lah," titah Anjas, dengan kedua tangannya yang mengusap wajah Frustasi.
Lili tercenung, namun menuruti ucapan suaminya tersebut. Dia duduk di sofa lain di hadapan Anjas, mereka terhalang oleh meja di tengah-tengah.
"Papa Irwan sudah tau bahwa kamu hamil, jadi sekarang bagaimana?" tanya Anjas, sorot matanya mengisyaratkan sebuah keputusasaan, tidak ada gairrah.
Dan Lili hanya mampu menelan ludah.
Serapat apapun mereka menyembunyikan rahasia ini, suatu saat pasti akan terkuak juga.
"Aku tidak sudi mengakuinya sebagai anakku, jadi bagaimana? apa kita bercerai saja?"
Petir seperti menyambar Lili saat itu juga, tanpa komando air bening langsung jatuh dari kedua matanya, menikmati dadda yang terasa begitu sesak, berdenyut nyeri.
Lili kepalanya dengan kuat, dia tidak ingin mereka berpisah.
Lili tak bisa membayangkan jika hidup tanpa Anjas. Anjas lah yang selalu ada disaat hidupnya hancur, Anjas lah yang mengobati semua rasa sakit di dalam hidupnya.
"Ampuni aku An, maafkan aku. Aku akan melakukan apapun asal kita tetap bersama dan anak ini hidup," mohon Lili.
Sementara Anjas terus mengusap wajahnya kasar. Masalah ini terlalu berat untuk mereka hadapi, di saat pernikahan masih seumur jagung.
Belum lagi ketika pikiran-pikiran buruk menguasai, ketika bayang-bayang tak masuk akal menyusup.
Bagaimana jika pria badjingan itu kembali dan melihat anaknya? bagaimana dengan Lili yang makin terikat dengan anak itu. Bagaimana masa depan rumah tangga mereka.
Pikiran Anjas sungguh kacau.
"Baiklah, lahirkan lah anak itu, tapi setelahnya letakkan di panti asuhan. Pahami aku Li, sekali ini saja," mohon Anjas, masih berharap atas cinta yang mereka punya.
Bisakah melanjutkan hidup tanpa bayang-bayang masa lalu yang kelam.
Lili menangis, namun kali ini dia mengangguk. Di hadapkan dengan kata cerai Lili tak sanggup.
"Dan jangan harap aku akan menyentuhmu selama masih ada bayi itu. Aku tidak akan melakukannya." putus Anjas pula.
"Berhenti menangis, malam ini kita akan malam di rumah papa Irwan. Merayakan kehamilan sialan mu itu," kata Anjas lagi.
Lili hanya mampu menerima semua ucapan kasar tersebut.
Mengigit bibir bawahnya kuat coba bertahan.
Sesakit inilah rasanya?
Ternyata Anjas bukan hanya mengobati luka lama, tapi juga membuat Luka baru.
Ya Tuhan, batin Lili.
Keputusan sudah dia ambil, maka sekarang hanya tinggal menjalaninya. Yang terpenting adalah anak ini hidup dan rumah tangganya tetap bertahan.
Jam 7 malam waktu itu, Anjas dan Lili benar-benar pergi ke rumah papa Irwan untuk makan malam bersama.
Kedatangan keduanya disambut dengan hangat dan suka cita.
"Syukur lah, mama senang sekali kamu hamil sayang. Dia akan jadi cucu pertama keluarga Dwiguna," ucap mama Reni- mamanya Anjas.
Lili tersenyum hambar, sementara Anjas sudah membuang muka sejak tadi.
Nikmatilah kebohongan ini Li, inilah yang kamu inginkan. Batin Anjas.
"Berapa usia kehamilan mu sayang?" tanya mama Reni lagi dan Lili cukup kesulitan untuk menjawab itu. Dia tengah mengandung selama 4 bulan, namun usia pernikahan mereka masih 3 bulan.
Mendengar pertanyaan itu Anjas tersenyum miring.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 85 Episodes
Comments
galaxi
pdhl sebenernya nikah 3bln bisa lo hamil 4bln klu pas nikah pas masa subur
2025-01-29
0
mardiana sari
dr awal ud bohong lilinya salah jg knp ga dilaporin ke polisi pas dia diperkosa.biar pelakunya ketangkep.lilinya terlalu egois pdahal suaminya ud blng laporin ke polisi.ksh tau keluarga.
2024-12-24
1
andi hastutty
Aduh benar benar rumit
2024-08-03
1