Hampa

Srek… Srekkk…

Suara langkah kaki Virza yang menyeret kakinya malas karena merasa sangat lelah.

“Saf! Lo udah makan malam?” teriak Virza seraya meletakan dua porsi makanan yang sudah lengkap dengan minumnya di atas meja makan.

“Saf!” panggilnya lagi karena tidak mendapat respon dari kamar istrinya.

Virza hendak mengetuk pintu kamar Safira. Namun, Pintu itu terbuka dengan sendirinya saat bahu Virza tidak sengaja menempel pada pintu itu.

Matanya membesar dengan sempurna ketika Virza melihat kamar istrinya sudah bersih tanpa barang pribadi istrinya. Bahkan dia melihat setumpuk barang-barang yang telah di berikan kepada gadis yang dia nikahi beberapa bulan yang lalu. Virza menoleh kearah sudut kamar tempat koper milik safira biasanya di letakkan. Tapi kini sudah kosong.

Virza mendekati setumpuk barang yang di tinggalkan Safira. Gaun pernikahan, barang yang pertama kali di lihat oleh Virza. Dia menarik dan menjinjing gaun itu di hadapannya. Pikirannya melambung jauh saat enam bulan yang lalu saat pertama kalinya dia bertemu dengan gadis yang sama sekali tidak dia kenal sebelumnya.

***

ENAM BULAN LALU…

Saat itu Benny menenangkan gadis yang tergah meringkuk di sudut ruangan dengan memeluk dua kakinya yang tertekuk saat para pelayat sudah mulai meninggalkan rumah kecil yang di tempati Safira dan ayahnya. Tidak banyak kerabat yang tinggal. Virza bersikap acuh tak acuh akan keadaan gadis itu saat masih berada di kediamannya. Tapi semua berubah ketika seratus hari meninggalnya Ruslan, Ayah dari Safira. Pembicaraan serius waktu itu terjadi setelah acara kirim doa.

“Nak, saya dan ayahmu berteman sangat baik. Bahkan sebelum dia meninggal kami masih bertemu. Kami juga banyak memiliki rencana kedepannya. Tapi, umur tidak ada yang tahu,” ujar Benny membuka pembicaraan. “Dia Virza, anak saya.” Imbuhnya seraya menoleh kepada Virza yang duduk di sampingnya. Safira mengulas senyum tipis di bibirnya ketika menatap pria muda yang terlihat songong.

“Apa ayahmu mengatakan sesuatu saebelum meninggal?” tanya Benny.

“Tidak, Pak. Semua seperti biasa. Hanya guyonan seperti biasa yang beliau katakan,” jawab Safira yang jauh lebih baik daripada saat pertama kali bertemu di hari meninggalnya Ruslan.

“Apa itu?”

“Nggak penting kok, Pak. Ayah sering bilang kalau dia sudah menyiapkan calon suami untuk saya. Dia akan tenang kalau saya menikah dengan pilihannya,” kata Safira.

“Apa dia menyebut nama calon suamimu itu?”

“Tidak, Pak. Karena terlalu sering ayah menggodaku jadi saya sering tidak meresponnya.”

“Sebenarnya itu bukan guyonan, Nak, itu adalah rencana kami sejak masih muda.”

Mendengar itu Safira mengerutkan dahinya bingung. “Kami! Maksudnya gue di jodohin sama om-om ini?” batin Safira menatap aneh Benny.

“Saya dan dan ayahmu sudah benjanji akan menikahkan kamu dan anak saya, Virza!” jelas Benny yang membuat Virza juga ikut terbelalak kaget.

“Apa nih! Anak saya? Berarti gue dong! Apa-apaan ini!” batin Virza menatap ayahnya dengan mata bulat sepurna. Kakinya menyenggol kaki ayahnya beberapa kali agar menghentikan percapakapan konyol ini. tapi Benny tidak mengindahkan Virza.

“Pak, maaf sebelumnya. Ayah saya memang suka bencanda. Jangan di ambil serius,” ucap Safira kikuk.

“Tidak, nak. Saya juga banyak hutang budi kepada ayahmu yang belum bisa saya tebus hingga saat ini. bahkan saat ayahmu susahpun dia tidak maumberitahu saya. Jadi jalan satu-satunya untuk menebus kebaikan ayahmu selama ini dengan mengabulkan keinginan ayahmu,” ujar Benny.

Setelah percakapan panjang yang membuat Safira dalam pilihan yang membingungkan akhirnya Benny dan Virza berpamitan pulang. Tapi sesampainya di rumah perdebatan besar terjadi antara Virza dan Benny.

“Ayah egois! Hanya perjanjian dengan orang mati ayah bisa mengorbankan masa depan Virza!” protes Virza.

“Virza! Jaga omongan kamu!” bentak Benny.

“Kenapa? Memang itu kenyataan, Yah. Kalau ayah dan om Ruslan janji mau mati bareng apa bakal ayah lakukan?”

“Umur tidak ada yang tahu. bisa saja besok ayah meninggal. Makanya mumpung masih ada waktu ayah ingin melaksanakan keinginan ayah,” ucap Benny.

“Virza nggak mau!” tolak Virza dan pergi meninggalkan rumah Benny dengan perasaan kesal dan amarah yang terpancar dari sorot matanya.

Benny hanya menghela napas panjang dan mengelus dadanya melihat tingkah Virza yang sangat kaku dan kasar. Sesaat kemudian Virza merasakan ponselnya bergetar di dalam kantong celananya. Dia melihat sang ayah menghubunginya berkali-kali tapi tetap dia abaikan.

“Vir, Ayahmu di rumah sakit. Jantungnya sudah mulai berhenti bekerja!” pesan yang di kirimkan oleh Dokter Andrianto yang biasa menangani Benny setiap berada di rumah sakit. Virza lekas pergi ke rumah sakit setelah membaca pesan tersebut.

Terpopuler

Comments

dewi

dewi

istrinya hilang kan

2023-05-03

0

Nicky

Nicky

lah bapaknya kenapa tuh? boongan kali biar si Virza mau nikah sama Safira. kan skrg bapaknya masih ada.

2023-05-03

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!