Cemburu?

Bab 13

Sasha melihat Safira datang menatap dengan kagum. Matanya berbinar menyambut kedatangan sahabatnya itu.

“Wahhh…. Safira!” seru Sasha.

“Apa?” tanya Safira datar tak berekspresi. Dia merasa sakit hati karena Virza menurunkannya begitu saja.

“Lo terlihat mewah,” ucap Sasha dengan menatap laptop yang di dekap sahabatnya itu.

“Lo dapat warisan, Saf?” sahut Rafa yang ikut penasaran asal laptop mewah seharga motor keluaran terbaru itu.

“Warisan apa sih? Ini… ini…” safira masih mencari-cari alasan untuk di katakana kepada teman-temannya.

“Laptop gue kemana?” tanya Raka yang sedari tadi hanya menlihat tingkah konyol teman-temannya dan mencoba menyelamatkan Safira ketika terlihat bingung menjawabnya.

“Laptop lo ada di rumah tante gue, Ini milik ponakan gue kok,” jawab Safira yang tiba-tiba mengatakanya begitu saja.

Virza mendengar percakapan Safira. Dia ingin memanggil gadis yang menjadi istri kontraknya itu. Tiba-tiba…

“Pak Virza!” panggil May juga di dengar oleh Safira dan ketiga temannya yang lain.

“Ini makanan untuk anda,” ujar May seraya memberikan kota bekal kepada Virza. Safira semakin kesal melihat itu. Dia pergi ke kelasnya begitu saja dan di ikuti teman-temannya.

“Lama-lama gue kesel lihat si May, ganjen banget. Masak dia terang-terangan dekati dosen di kampus,” ucap Sasha kesal.

“Bilang aja lo kalah saing,” sahut Raka.

“Ih, gue udah nggak suka lagi sama pak Virza. Dia jadi ngeselin. Masak ngasih tugas nggak kira-kira,” kata sasha menggidik geli.

Sepanjang pelajaran Safira tidak menatap mata Virza dia sebisa mungkin mengalihkan pandangannya. Gadis itu sering mengajak bicara Raka untuk menghindarai pandangan Virza saat tertuju padanya. Hal itu membuat Virza panas hati.

“Kamu!” tunjuk Virza mengarah kepada Safira. Sebenarnya Virza juga tidak berniat menunjuknya tapi tangannya reflek begitu saja.

“Saya! Kenapa pak?” tanya Raka karena mengira dosen di depannya itu menunjuk kearahnya.

“Jawab soal ini!” suruh Virza dengan menunjuk papan tulis.

Raka terkenal pintar dalam berbagi pelajaran dia juga menempati ranking tiga terbaik di kampusnya dan menjadi ranking terbaik di kelasnya. Tanpa kesulitan Raka menjawab pertanyaan yang di berikan Virza.

“Bagus! Kembali ke tempat dudukmu,” titah Virza. Raka kembali ke tempat duduknya dan mendapatkan acungan jempol dari Safira. Melihat Itu Virza merasa kesal begitu saja.

****

Malam tiba, Safira yang menunggu jam kerja usai duduk lemah di lantai setelah selesai menata rak mie instan dan bagian jajanan riangan.

“Saf, Lo pulang dulu aja. Udah di jemput Raka,” ujar Birlly yang menggantikan ibunya menjaga toko malam ini.

“Masih beberapa menit lagi,” sahut Safira.

“Nggak apa-apa lo pulang aja gih,” paksa Birlly.

“Baik, Mas.”

“Bentar!” cegah Birly. “Lo jangan panggil gue Mas. Kita Cuma beda beberapa tahun aja kan. Lo bisa panggil gue Birlly.” Imbuhnya.

“Nggak enak. Masa sama bos panggil nama. Gimana kalau kakak aja?” Safira mencoba memberikan penawaran.

“Terserah lo deh,” Birlly mengalah dan menyetujuinya begitu saja.

Safira pulang bersama Raka. Virza melihat itu tidak ingin menghentikaannya. Virza berniat untuk membicarakan perihal kejadian tadi pagi saat tiba di apartemen. Namun hingga larut malam Safira tak kunjung pulang. Virza sampai ketiduran di ruang tamu.

Virza membuka mata dan melihat jam yang menggantung di dinding sudah menunjukkan pukul 06:00 dia lekas melihat ke dapur tidak ada seorangpun disana dan lantai kamar mandi yang masih kering seperti tidak di gunakan. Tatanan handuk juga masih sama. Virza perlahan memegang handuk biru milik Safira yang masih kering.

“Dia tidak pulang semalam?” pikir Virza denagn mata yang menerka-nerka. “Kemana dia?” tanyanya dalam hati. Kemudian dia membuka kamar Safira yang masih tertata rapi seperti sebelum mereka pergi ke rumah orang tuannya.

Perasaan Virza semakin tidak karuan ketika mencoba menghubungi hp Safira tapi tidak akrif. Dengan cepat Virza membersihkan diri dan mengganti pakaian. Dalam pikirannya kini hanya Raka. Karena dia terakhir melihat Safira pulang bersama Raka semalam saat selesai bekerja.

Virza menjadi sosok yang ceroboh karena ingin segera sampai di kampus. Dia hampir menabrak tukang bubur keliling. Melewati lampu hijau yang hampir berhanti merah beberapa detik saja. Virza sangat buru-buru untuk melihat alamat tempat tinggal Raka. Entah kenapa dia bisa sekhawatir ini dengan Safira.

“Harusnya gue cegah dia,” gumam Virza menyesal. Berulang kali dia juga melihat jam tangan yang melingkar di tangan kirinya.

Kemacetan terjadi karena memang bersamaan dengan jam kerja dan anak sekolah.

Duk!

Virza memukul keras setir bundar itu. “Sialan!” umpatnya dengan mengertakkan giginya dengan keras.

Terpopuler

Comments

dewi

dewi

mewah karena laptop semangka

2023-05-03

2

Nicky

Nicky

hayoo istrinya kemana .... bingungkan?

2023-05-03

1

Nicky

Nicky

dih ... may udah kayak sopir grabfood ya 🤣

2023-05-03

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!