Pindah

Bab 10

Setelah mengantar Istrinya sampai di depan tempat kerja, Virza lekas meninggalkannya begitu saja. Tidak ada adegan romantis layaknya suami istri. Namun saat berhenti di persimpangan lampu merah. Virza melihat telapak telapak tangannya ada bekas lipstick berwarna peach. Bukannya lekas menghapus dia malah menatap bekas bibir itu dan membuat senyum berkembang di bibirnya.

Sedangkan Raka sengaja memantau Safira sejak hari mulaia gelap. Dia menyimpan banyak pertanyaan di benaknya. Sengaja dia menunggu hingga jam kerja Safira berakhir. Hingga akhirnya dua jam berlalu. Raka merasa tidak asing dengan mobil yang berhenti tak jauh dari toko tempat Safira bekerja. Matanya membulat sempurna menunggu pemilik mobil itu keluar. Tapi Virza juga menunggu jam kerja Safira selesai.

Pukul 21:00, terlihat Safira sudah keluar dari toko. Safira menuju mobil hitam yang terparkir tak jauh dengan tokonya. Namun, sebuah tangan menghentikan langkahnya. “Eh!” Safira menoleh dan melihat pria yang menggunakan jaket hitam di belakangnya. “Raka!” ucapnya kaget.

Virza yang melihat itu lekas keluar dari mobil. matanya menatap lekat tangan yang menggegam erat tangan istrinya.

“Pak Virza,” ucap Raka. “Sepertinya anda sangat baik dengan murid anda,” cibir Raka dengan sorot mata mengentimidasi.

“Apa ada larangan?” tanya Virza.

“Tidak, tapi saat ini saya ada urusan lain dengan Safira.”

Virza menoleh kepada Safira meminta jawaban atas ajakan Raka. Safira bingung antara pulang bersama Virza atau pergi dengan Raka.

“Kalau gue pergi sama VIrza pasti Raka bakal curiga dan besok bakal jadi rumor kalau dia ngomong di depan Sasha dan Rafa. Tapi… kalau gue pergi sama Raka gimana sama Ayah…” perang batin tengah terjadi. Namun Safira lekas membuat keputusan.

“Pak Virza, maaf. Hari ini saya ijin tidak membuat skripsi dulu. Saya ada janji dengan Raka,” ucap Safira. Terlihat kekecewaan pada sorot mata Virza meskipun dia mengulas senyum di bibirnya.

Tanpa mengatakan apapun dia pergi begitu saja menginjak pedal gas dengan kasar. Perasaanya campur aduk begitu saja ketika mendengar Istrinya lebih memilih pergi dengan pria lain.

Raka mengajak Safira untuk pergi ke café estetik tak jauh dari toko tempat Safira bekerja.

“Lo mau pesan makanan?” tanya Raka.

“Nggak, gue nggak lapar. Ka,” jawab Safira.

“Es cappuccino aja dua, pak.” Kata Raka kepada penjual itu.

“Lo kenapa tiba-tiba datang kesini?” tanya Safira setelah melihat Raka selesai memesan dua minum untuk mereka berdua.

“Lo tadi kenapa nggak masuk?” tanya balik Raka. “Gue ke kontrakan lo katanya udah lama nggak disana,” imbuh Raka karena Safira tak kunjung menjawab pertanyaannya.

“Sebenarnya…..” Safira mencoba mencari alasan yang tepat untuk di katakan kepada Raka agar tidak membuat sahabatnya itu menjadi curiga.

“Kenapa, Saf?” desak Raka karena penasaran.

“Sebenarnya, gue udah pindah belum lama ini,” jelas Safira.

“Kemana?”

“Ada… ada saudara dari ayah,” ucap Safira dengan gugup dan terlihat kikuk.

Raka mengangguk paham seakan percaya dengan ucapan gadis di depannya. Raka tidak ingin mengajukan pertanyaan lain. Dia tidak ingin membuat suasana di antara mereka menjadi semakin canggung. Saat bersamaan minuman yang mereka pesan di antarkan ke meja mereka.

“Lo kesini cuma nanyain gitu aja?” tanya Safira.

“Iya, gue khawatir sama lo aja,” jawab Raka.

“Thanks ya lo udahkhawatir sama gue,” ucap Safira.

Raka mengangguk dan menenggak cappuccino ice di depannya.

“Nanti gue antar kalau lo pulang,” kata Raka.

“Uhuuk!” Safira yang tengah minum seketika tersedak mendengar itu.

“Lo kenapa?” tanya Raka panik dan mengelus punggung Safira.

“Nggak-nggak… Gue bisa pulang sendiri,” tolak Safira.

“Lo kenapa sih? Lo jadi aneh banget sekarang.” Raka menatap Safira dengan serius.

“Bukan apa-apa, Ka. Gue kan numpang yak. Kalau tahu gue pulang sama cowok pasti bakal jadi masalah baru di rumah tante gue,” jelas Safira.

Raka hanya mengecapkan bibir pasrah. Tidak ada lagi yang bisa di paksakan. Meskipun hatinya sangat ingin mengantar Safira. Setelah minuman mereka habis, mereka beranjak dari tempat duduknya. Mereka berdua menggunakan bus trans seperti biasa. Hanya saja Raka turun lebih awal ketimbang Safira.

“Gue duluan ya,” pamit Raka ketika bus yang ia tumpangi berhenti di halte pertama.

“oke,” sahut Safira.

Setelah melihat Raka pergi membuat Safira merasa sangat lega. Dia masih harus melewati dua halte lagi untuk sampai di Perumahan Gerhana tempat keluarga Zhen tinggal. Bis berhenti, Safira turun dan melangkahkan kaki dengan perlahan. Namun, Langkahnya terhenti ketika mulai memasuki perumahan itu. Sebuah mobil hitam mencurigakan terparkir di pinggir jalan. Tidak terlihat plat nomornya membuat Safira sedikit waspada saat hendak melewati.

Sreeettt……

Kaca mobil mulai terbuka dan terlihat pengemudi yang terlihat sangat acak-acakan…..

“Elo!” seru Safira terkejut.

Terpopuler

Comments

dewi

dewi

mengalah si virza

2023-05-03

1

Nicky

Nicky

Raka udah mulai curiga. di bayangan aku Raka ini satset. tapi kalau ngomong pedes bgt 😅

2023-05-03

3

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!