Melanggar Aturan

Bab 9

“Lo jangan ambil kesempatan dari situasi ini!” tegas Safira setelah mendorong tubuh suaminya untuk menjauh.

“Lo nggak lihat ayah dari tadi lihat kita terus, dia berharap kita romantis kayak pasangan lain,” kata Virza dengan membersihkan celemeknya setelah memeluk Safira yang sama sekali tidak ada noda.

“Dih! Kan ada cara lain, nggak harus meluk juga,” protes Safira.

Seeet…!

Virza menarik lengan Safira dan menyudutkannya di meja. Tubuhnya tidak ada jarak lagi. Wajahnya hampir saja bertemu. Safira berusaha terus menjaga jarak antara wajahnya dengan wajah Virza. Namun, tangan Virza melingkar di pinggangnya dan menarik tubuhnya untuk mendekat. “Ini yang lo maksud cara lain?” bisik Virza. Safira hanya diam tak mengatakan apapun. Dia menutup bibirnya dengan rapat.

“Huh!” Virza melepaskan tanganya dengan mengulas senyum di ujung bibirnya penuh arti.

“Airnya mendidih, cepat potong sayurnya,” titah Virza.

“I-iya!” Safira terperajat sadar.

Perasaannya kini benar-benar campur aduk. Melihat Safira salah tingkah membuat Virza tersenyum gemas. Dia menaham senyum itu dan melepaskannya saat Safira telah pergi. Bayangan wajah polosnya membuat Virza juga ikut salah tingkah. Sedangkan Safira meninggalkan dapur ketika selesai memotong sayur. Dia berdiam diri di kamar ingin menenangkan perasaannya tidak karuan.

“Dih, apa nih? Gue baper? Nggak-nggak. Gue Cuma kaget ajakan?” perang batin tengah di terjadi dihati Safira. Gadis itu mengusap wajahnya dengan kasar merasa jegah dengan perasaan yang semakin tidak jelas arahnya.

Setelah berdiam diri dengan waktu cukup lama dan merasa perasaanya sudah cukup lebih baik kini Safira memilih meninggalkan kamar.

Jegrekk…

Deg!

Saat bersamaan Virza juga hendak membuka pintu.”Eh!” celetuk Safira.

“Lo di tunggu ayah untuk makan siang,” ucap Virza datar seolah tidak terjadi apapun antara mereka.

“i-iya,” sahut Safira gagap lalu melewati Virza begitu saja.

Sebelum menginjak anak tangga terakhir. Safira berusaha merubah wajahnya agar terlihat tidak terjadi apapun sebelumnya. Seperti biasa dia memasang wajah cerianya dan menyapa ayah mertuanya. “Ayah…” sapanya.

“Dari mana aja kamu, Nak?” tanya Benny.

“Dari kamar,” jawab Safira dengan riang. Selang beberapa saat kemudian Virza terlihat juga menuruni anak tangga. Safira berusaha menghindari sorot mata suami kontraknya agar tidak bertemu. Safira tidak bisa mengendalikan perasaannya saat pandangannya bertemu.

***

Pukul 14:00 Safira sudah mulai bersiap untuk pergi ke tempat kerjanya. Karena jaraknya semakin jauh dan menggunakan mobil bisa jadi akan terjebak macet. Untuk menghindari itu Safira berangkat lebih awal. Selain itu Safira memiliki alasan lain. Yaitu tidak ingin bertemu Virza terlalu lama.

“Ayah… Safira berangkat bekerja dulu,” pamit Safira.

“Iya, hati-hati,” sahut Benny. “Sebenarnya kamu tidak bekerja, ayah bisa mencukupi kebutuhanmu kalau gaji Virza nggak cukup,” imbuhnya.

“Bukan perkara cukup atau tidak cukup, Yah. Safira hanya mau cari pengalaman aja,” kata Safira.

“Ya sudah,.” Benny mengalah berdebat dengan menantunya. “Vir, Antar Istrimu!” titah Benny dengan sorot mata yang mengancam.

“Iya-iya, ini juga mau di antar.” Virza menoleh ke arah istrinya dengan mata seakan mengatakan “Nih, benerkan omongan gue!” hal itu terlihat dari Virza yang mengangkat satu alisnya.

Sesaat mereka terjebak saling diam seperti biasa. Namun Safira memulai pembicaraan untuk mengutarakan perasaannya.

“Vir, sesuai aturan. Lo udah melanggar aturan, bukankah kita sudah berjanji kalau tidak aka nada kontak fisik?” ujar Safira.

“Yang bikin aturan siapa?”

“Elo.”

“Bebas dong gue rubah aturannya,” kata Virza.

“Lo kok gitu? Curang namanya,” protes Safira tidak terima.

“Hahha…” Virza malah tertawa terbahak-bahak. “Oke-oke, gue ngaku salah. Gue reflek tadi. Ayah lihat ke arah kita terus,” imbuhnya mengakui kesalahannya. “Gue janji nggak akan gitu lagi, gue juga nggak akan ikut campur urusan apapun yang bersifat pribadi,” lanjut Virza.

Mendengar permintaan maaf suami kontraknya Safira merasa lega. Setidaknya dia mengakui jika itu melanggar aturan. Terlebih dia juga berjanji tidka akan mengulanginya. Meskipun begitu Safira juga masih harus berjaga-jaga jika terjadi serangan dadakan.

Tiba-tiba…

“Awaaass!!” teriak Virza seraya menginjak pedal rem dengan kuat dan meletakan tangannya di depan wajah Safira untuk melindungi istrinya agar tidak terbentur karena dia menghindari mobil di depannya yang mengerem mendadak.

“Lo nggak apa-apa?” tanya Virza memastikan dengan khawatir.

“Nggak,” jawab Safira “Tapi lo melanggar lagi. Padahal baru janji,” protes Safira.

“Lo maunya gimana? Kalau lo nggak gue lindungi, hidung lo udah hilang. Ntar pulang-pulang gue di salahin lagi. Di kira KDRT!” elak Virza membela diri. Safira hanya diam karena kepalang malu di depan suami kontraknya itu.

Terpopuler

Comments

D_Ratnawati

D_Ratnawati

virza namamu kya mtor bojoQ loh

2023-05-17

1

hiro_yoshi74

hiro_yoshi74

si virza jan sak karepe dewe ngawe dewe langar dewe wes to sak polah mu 🤣

2023-05-02

5

Lilis Diansari

Lilis Diansari

definisi peraturan harus di langgar 😂

2023-05-02

3

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!