Mencari Kerja

Bab 4

Saat bangun pagi safira mencium bau roti tengah di panggang. Dia melihat Virza sudah ada di dapur.

Menyadari ada sepasang mata tengah memperhatikannya Virza melihat kearah belakang.

“Gue bikin roti lebih, kalau mau ayo sarapan bareng,” ajak Virza.

Dengan langkah perlahan Safira mendekat ke meja makan. Dia sedikit ragu dengan kebaikan Virza yang terlihat tiba-tiba.

Sebelum mengoleskan selai kacang dan coklat di atas roti Safira meneliti terlebih dahulu untuk memastikan tidak ada bahan berbahaya. Ternyata Virza melihat itu.

“Lo takut gue racun?” tanya Virza.

“Hehe…” safira terkekeh kikuk. “Lo kalau baik bikin orang curiga,” ucapnya.

“Ya udah sih kalau nggak mau,” ujar Virza.

“Mau kok mau.” Safira dengan cepat dan lekas mengoleskan selai coklat di atas roti yang kecoklatan.

Setelah selesai saran mereka membersihkan diri dan bersiap pergi ke kampus. Mereka pergi dengan terpisah. Safira datang lebih dulu daripada Virza.

Safira mendapatkan kabar jika hari ini banyak jam kosong pelajaran. Safira memutuskan untuk pergi kekediaman Benny, sang ayah mertua setelah jam perlajaran. Untuk membicarakan tentang pekerjaan paruh waktu yang dia ambil.

Dua jam berlalu, Safira lekas menaiki bus menuju kompleks Gerhana yang harus melewati dua halte saat menaiki transjakarta. Sesampainya di rumah mertuanya Safira di sambut hangat oleh pria berumur 58 tahun itu.

“Safira, masuk-masuk,” ajak Benny kepada menantunya.

Safira dengan perlahan memasuki rumah mertuanya. Terlihat wajah Benny sedikit pucat membuat Safira enggan mengatakan jika dia ingin menerima bekerja paruh waku yang di tawarkan oleh Raka. Namun, Benny tahu jika Safira seperti menahan sesuatu.

“Kamu kenapa, Nak?” tanya Benny.

“Ayah sakit?” tanya balik Safira.

“Enggak, ayah baik-baik saja.” jawab Benny. “Sepertinya ada yang mau kamu omongin, apa?” imbuh Benny.

Safira menarik napas dalam-dalam dan memberanikan diri untuk mengatakannya.

“Yah, Safira mulai besok nggak bisa kesini. Mungkin satu minggu sekali saja,” ujar Safira dengan ragu.

“Kenapa?”

“Safira mulai bekerja besok, Yah. Bekerja paruh waktu,” jelas Safira.

“Kamu butuh uang? Kenapa nggak bilang? Harusnya bilang ke ayah atau Virza,” kata Benny.

“Semua orang butuh uang, yah. Tapi safira mau bekerja saja.”

“Apa Virza memperlakukamu dengan buruk?” desak Benny.

“Enggak, enggak ayah. Virza baik kok.”

Benny tidak bisa melarang keinginan menantunya. Mau tidak mau dia menyetujuinya. Meskipun dengan berat hati. Safira melihat ayah mertuanya sangat keberatan tetapi Safira tidak punya pilihan lain.

Setelah hari berganti malam Safirapun pergi dari kediaman mertuannya. Setelah melihat menantunya pergi, Benny menghubungi anak lelakinya untuk menanyakan apa yang sedang terjadi hingga membuat Safira ingin bekerja sendiri.

***

“Tidak terjadi apa-apa, Yah. Bahkan masih sarapan bareng tadi pagi. Tidak ada masalah apapun antara kami,” ujar Virza.

“Kamu harus cari tahu kenapa dia memilih bekerja,” pinta Benny kepada Virza.

“Iya, Yah.” ucap Virza degan patuh.

Jegrek…

Suara pintu terbuka dan kemudian tertutup hampir bersamaan dengan panggilan Benny dan Virza yang berakhir. Virza menatap tajam gadis yang baru memasuki rumahnya.

“Kenapa?” tanya Safira bingung melihat sorot mata yang mengintimidasi.

“Lo dari mana?” tanya balik Virza dengan wajah datarnya.

“Dari rumah ayah,” jawab Safira.

“Jadi bener lo tadi pamit sama ayah kalau mau kerja?”

“Iya!”

“Astaga!!” geram Virza.

“Lo bener-bener ya! Kenapa harus bilang ke ayah? Lo cari perhatian? Cari simpatiknya?” cecar Virza.

“Lo kenapa mikir yang aneh-aneh sih ke gue? Gue nggak sehaus itu akan perhatian! Gue janji sam ayah ke rumah setiap hari, kalau gue kerja jadi nggak bisa kan. Makanya gue pamit!” tegas Safira.

“Lo bisa bilang kan kalau lo sibuk skripsi lo sibuk apa kek, jangan bilang kalau lo bekerja. Gue di salahin, Bodoh!”

Safira hanya diam.

“Lagian Lo udah harus skripsi kenapa harus bekerja?” tanya Virza.

“Bukan urusan Lo! Skripsi butuh duit kalau gue nggak kerja gimana? Nunggu hujan duit?”

“Lo bisa minta ke gue kan.”

“Bukannya kita sudah ada perjanjian kalau kita nggak boleh ikut campur urusan pribadi kita.”

“Ayah kasih uang ke gue buat Lo, tapi belum sempat gue kasih,” ujar Virza.

“Lo simpan aja. Gue bisa sendiri. Gue nggak mau setelah kontrak nikah ini selesai gue masih punya hutang ke lo. Gue nggak mau punya hutang dalam bentuk apapun ke elo!”

Safira pergi memasuki kamarnya begitu saja.

Virza hanya termangu menatap pintu kamar Safira yang tertutup dengan rapat.

Terpopuler

Comments

teudwrdh

teudwrdh

aku suka peran wanita gk kemah,salam kenal kak

2023-07-11

7

Paksi Winata

Paksi Winata

bagus jdi cewek berprinsip n mandiri tegas mengambil sikap menjunjung tinggi harga diri drpd dipandang rendah orang lain.good job Safira👏👏👏👏👏

2023-05-17

1

handa_seokjin🥀

handa_seokjin🥀

wow calon janda galak😂

2023-05-10

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!