Ke Rumah Sakit Lagi

Bab 6

Jegrek…

Virza membuka pintu untuk Safira. Safira merasa jika Virza banyak berubah sikap kepadanya. Gadis itu menoleh kearah Virza yang tengah melepaskan jaketnya.

“Lo jangan salah paham, gue kesana Cuma di suruh ayah. Gue di minta memastikan kalau lo baik-baik aja,” ucap Virza seakan tahu apa yang tengah di pikirkan istrinya.

“Oh!” Safira terlihat kecewa mendengar alasan di balik baiknya Virza.

Virza merasa malu untuk mengakui jika dia sebenarnya merasa khawatir jika Safira bekerja dengan jarak yang jauh dan pulang malam hari. Dia juga tidak bisa mengendalikan diri yang merasa kesal saat melihat kedekatan antara Raka dan Safira.

***

Pernikahan mereka sudah menginjak umur dua bulan. Selama itu pula mereka sudah tingal barenga. Safira yang membagi waktu antara kerja, kuliah dan mengerjakan skripsi menyiapkan beberapa makanan untuk mereka.

Malam itu Safira pulang seikit telat. Sudah beberapa hari juga Virza tidak menjemputya karena ada masalah di kantor ayahnya. Saat tiba di rumah melihat Safira tertidur di ruang tamu dengan laptop masih menyala. Virza hendak melihat sejauh apa skripsi yang sudah di kerjakan Safira tetapi laptop itu terlihat tidak merspon kursor yang di gerakkannya.

“Ini laptop rusak?” tanyanya bingung melihat laptop ini seperti tidak berfungsi. Bahkan saat menekan tombol powerpun tidak mati layarnya.

Melihat Safira menggeliat berpindah posisi membuat Virza tersentak dan lekas meletakan laptop itu. Virza pergi ke kamarnya sebelum Safira melihatnya.

Keesokan harinya Safira berangkat lebih pagi.

“Lo udah mau berangkat?” tanya Virza.

“Ya,” jawab Safira dengan lesuh.

“Lo nggak sarapan dulu?” tanya Virza.

“Nggak,” jawab singkat Safira seraya berlalu begitu saja.

Suasana hari Safira tengah tidak baik-baik saja. Dia merasa kesal ketika karena beberapa barang di toko tempat dia bekerja hilang begitu saja. Saat mengerjakan skripsi laptopnya berhenti tengah jalan saat tulisannya belum ada yang di simpan. Hal itu semakin membuat Safira merasa kesal.

Sesampainya di kampuspun Safira terlihat sangat murung. Membuat Raka dan kedua teman lainnya merasa kasihan. Sasha mencoba menghibur Safira di bantu dengan Raka.

“Saf, nih coklat,” ujar Sasha seraya menyodorkan satu bungkus coklat SilverKing kepada Safira.

“Thanks,” ucap Safira.

“Lo sakit, Saf?” tanya Raka.

“Enggak, Ka. Gue kesel aja sama laptop gue. Gue udah ngetik banyak-banyak dari jam sepuluh malam sampai jam dua belas malam malah tiba-tiba no respon laptop gue. Ngelag gitu aja,” ungkap Safira.

“Terus ketikkan lo?” sahut Rafa yang ikut terkejut mendengar cerita Safira.

“Hilanglah, gue matiin juga nggak bisa. Akhirnya gue biarin aja gitu aja sampai pagi tadi,” jelas Safira.

Raka merasa iba dengan Safira, dia mengeluarkan laptopnya dan memberikan kepada Safira.

“Lo pakai ini aja dulu, gue pakai tab aja,” ujar Raka.

“Nggak, Lo juga butuh ngerjain sendiri, Ka,” tolak Safira.

“Gue masih ada laptop papa dan tab juga,” paksa Raka.

“Udahlah, Saf. Lo pakai aja. Nanti kalau udah jadi laptop lo baru kembaliin,” sahut Sasha.

“Nggak usah di kembalikan. Lo pakai sampai Skripsi lo selesai aja,” kata Raka.

Safira mengikuti saran Sasha. Saat ini dia memang tidak memiliki banyak waktu untuk membat Skripsi. Terlebih operasi ayah mertuanya sudah di jadwalkan dia atau tiga bulan lagi. Sehingga Safira dalam dua bulan harus menyelesaikan skripsi ini. jika tidak bisapun setidaknya sudah delapan puluh persen. Sehingga saat selesai operasi sang ayah mertua Safira tidak terlalu berat mengejar kekurangannya.

Hari ini safira mendapatkan jatah libur dari pekerjaannya. Dia pergi ke rumah Benny dengan menggunakan Bus trans. Sesampainya di kediaman keluarga Zhen itu Safira tidak melihat mobil yang biasanya berjejer. Namun, Safira tidak berfikir apapun. Dia mengira jika mobilya tengah di servis seperti biasa.

“Loh, Non Safira kok kesini?” tanya Mbok ijah yang biasa membantu di rumah keluarga Benny Zhen.

“Emangnya kenapa, Mbok?”

“Pak Benny kan di rumah sakit,” jelas wanita paruh baya yang lebih tua daripada ayah mertua Safira.

“Sejak kapan?”

“Semalam, apa Tuan—“

“Rumah sakit mana?” tanya Safira yang memotong ucapan Mbok Ijah.

“Medika,” jawab cepat wanita itu.

Safira Lekas berlari ke Halte depan kompleks perumahan Gerhana. Dia menghentikan taksi yang melintas dan menuju rumah sakit Medika. Sepanjang jalan dia menahan air mata yang sudah di ujung pelupuk matanya. Hatinya tidak henti mengumpat untuk Virza yang tidak memberitahunya.

Terpopuler

Comments

💗vanilla💗🎶

💗vanilla💗🎶

hmmm .. silverking ya .. 😁

2023-05-16

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!