Lanjut bestie
Aleta yang mendengar teriakan Mentari sang sahabat menjadi sangat kesal apalagi saat ini mereka ber dua sedang menjadi pusat perhatian di seluruh kantor
Karena teriakan Mentari sangat nyaring.
"Kenapa sih, jangan ber teriak seperti itu gak malu apa di liat anak anak!" Ucap Aleta kesal.
Tidak, Mentari tidak bisa untuk tidak ber teriak saat ini karena ini berita yang sangat luar biasa.
" Kami serius punya nomor pak Azzam?" tanya Mentari.
"Memang nya kenapa apakah ini juga termasuk dalam sejarah sekolah ini selain aku bisa masuk ke ruangan itu?" heran Aleta.
"Jawab saja sih!" Kesel Mentari.
"Belum! Tapi nanti dia akan kirim pesan untuk memberi ku soal," jawab Aleta santai.
Gadis itu kembali berteriak, menarik tubuh Aleta untuk di peluk nya dan sesekali Mentari mencium pipi nya dengan sangat gemas.
Beberapa murid yang melihat nya hanya ter senyum geli, sudah tidak heran lagi, setiap mereka berada di kantin pasti akan sangat ramai sekali.
"Kamu tadi nuduh aku kesurupan, bukti nya kamu yang kayak orang yang lagi kesurupan."
Aleta berusaha menjauh kan Mentari dari tubuh nya, namun Mentari malah mengeratkan pelukan nya.
"Beruntung banget sih kamu, Ta," ucap Mentari.
Beruntung apanya? Yang ada dirinya kesal karena pasti guru itu akan memberikan tugas menumpuk untuk nya pikir Aleta.
"Yang namanya dihukum itu gak ada yang untung. Sial yang ada!" Jawab nya.
"Ck! Maksudnya kamu beruntung bisa punya nomor pak Azzam!"
"Emang kamu belum punya?" tanya Aleta mulai penasaran.
Apakah segalak itu guru bermata pelajaran matematika tersebut sehingga tidak ada satu pun murid yang bisa memiliki nomor nya.
"Belum. Makanya aku bilang kamu beruntung."
Benarkah? Ah Aleta tidak percaya.
"Kamu sekolah disini udah 2 tahun loh tar, masa iya-"
"Serius Aleta, tapi gak semua guru sih cuma pak Azzam doang yang ribet."
"Kenapa emangnya?"
"Dia gak suka nomornya disebar ke sembarang orang. Hanya orang-orang penting dan tertentu aja yang boleh tahu," jelas Mentari.
Ya memang begitu kenyataan nya.
Mengingat dia adalah seorang pengusaha sukses sekaligus pemilik perusahaan terbesar di Asia, pria itu sangat membatasi diri untuk tidak terlalu dekat dengan siapapun.
"Ck! Lebay banget deh."
PLAK! Satu tabokan keras mendarat pada lengan kirinya.
"Sembarangan kalau ngomong! Kamu tahu gak, sekolah ini itu milik keluarganya tahu, jelas Mentari.
''Wow! Pantas saja ruangannya begitu mewah, anak pemilik sekolah ini rupa nya. " Ucap Aleta
''Dia juga ngajar ekskul music !" Imbuhnya.
Cih!
Aleta begitu sebal mendengarnya saat Mentari dengan bangga menyebutkan satu-persatu keahlian khusus guru tampan tersebut.
Apakah Mentari benar-benar lupa jika diri nya juga pandai dalam berbagai alat musik.
Terdengar nada pesan masuk, Aleta segera mengambil ponselnya, "Diam! Ada pesan masuk" Lalu melihatnya. Sebuah pesan baru masuk dari nomor tidak dikenalnya.
"Nomor baru," heran Aleta.
"Siapa?" Tanya Mentari penasaran.
Aleta hanya menggelengkan kepalanya, lalu membuka pesan tersebut.
+62116638xxxx: [Kerjakan halaman 1 dan serah kan besok ke ruangan saya]
Oh ternyata guru tampan menyebalkan itu. Aleta cepat-cepat membalasnya.
[Berapa soal pak, jangan banyak-banyak ya, hehe]
Pesan terkirim dengan doa-doa agar guru tersebut tidak memberikan soal yang banyak untuknya karena rencananya malam ini dirinya akan melanjutkan kembali episode yang belum di tontonnya.
Begini nih jika tidak update informasi, tertinggal beberapa drama yang sedang booming.
Sebelum guru itu membalas, Aleta memikirkan nama apa yang cocok untuk guru dingin dan menyebalkan sepertinya.
Nama itu harus benar-benar sesuai dengan karakternya, tidak boleh melenceng sedikitpun.
"Apa ya?" gumam nya.
Terus mengetik beberapa nama, kemudian menghapusnya lagi.
Berpikir terus untuk mencari nama yang cocok untuk guru tersebut.
"Nah, ini aja!" ucap Aleta menemukan yang cocok
Di ketikannya sebuah nama 'Seblak' pada deretan kontaknya.
Nama yang sangat sesuai dengan karakternya yang menyebal kan..
Seblak kepanjangan dari sebal galak.
Seblak: [Kamu tenang saja, hanya 15 soal]
APA? Yang benar saja, bahkan itu sangat banyak sekali.
Kenapa tidak semuanya saja untuk dirinya kerjakan! Guru itu benar-benar menyebalkan sekali, untung tampan.
[Bapak serius?]
Seblak: [Sangat serius. Apakah kurang banyak?]
"Gila ya ini guru! Aku cuma telat 5 menit doang loh" Meskipun kesal, Aleta tidak berani membantah nya atau guru itu akan menambahkan soal nya.
[Tidak, terima kasih bapak guru nyebelin]
Di ruangannya, Aleta tertawa-tawa sambil membaca pesan dari murid nya.
Ia begitu senang karena berhasil membuatnya kesal, pasti gadis itu sedang mengoceh diluar sana.
"Berani-beraninya dia bilang aku nyebelin!" Ucapnya dengan terkekeh.
[Saya tambah 5 soal]
Aleta [Ampun pak guru tampan ☺️
Lagi-lagi Azzam tertawa.
Mereka terus berkirim pesan sampai Azzam menjadi lupa jika dirinya belum sempat makan siang.
Untung saja masih ada stok roti dalam kulkasnya.
Sedangkan Aleta, gadis itu terus mengomel menatap layar ponselnya, dimana foto guru tampan yang sempat ia curi terpampang disana.
"Gila!" ucap nya kesal.
Mentari yang terus memperhatikan sahabatnya itu bingung, sejak tadi Aleta terus mengomel. Ia menjadi penasaran, siapa yang telah membuat Aleta seperti itu.
"Kenapa sih?" tanya nya.
"Nih orang gila nyebelin banget!"
"Ha?"
"Guru kesayanagan kamu!"
Lagi-lagi Mentari berteriak tidak percaya, kemudian merampas ponsel yang masih Aleta genggam lalu membaca pesan-pesan dari guru tampannya itu.
"Astaga! Aleta, kamu yakin ini pak Azzam, guru kita?"
Menteri masih tidak percaya dengan isi pesan tersebut, dimana guru yang terkenal galak dan dingin itu ternyata bisa bercanda juga.
Meskipun terlihat agak menyebalkan tetapi Mentari cukup terkejut dengan selera humornya.
"Aku minta ya," ucap Mentari.
"Ambil aja. Sumpah ya, itu guru nyebelin, " jawab Aleta.
"Lagian kamu nyari gara-gara bilang dia nyebelin, tapi emang iya sih haha."
Dasar!
"Aku ke toilet dulu deh, kamu kalau mau ke kelas duluan aja. Nanti aku nyusul."
"Ya udah."
Sementara Aleta sedang ke toilet, Mentari memilih kembali ke kelasnya.
Di lapang basket, sudah ada kelas 12 E yang akan berolahraga.
Ia juga melihat ada seorang pemuda yang sangat ia kenal terus memperhatikan nya.
Terkenal karena ke-cuek-kan nya, Mentari berjalan biasa saja melewatinya.
Namun baru selangkah dirinya akan menaiki anak tangga, tiba-tiba ada seseorang yang memanggilnya.
Mentari menoleh bingung.
"Ada apa?" Mentari bertanya setelah pemuda itu berdiri dihadapannya.
"Pulang sekolah tunggu aku diparkiran ya?" Kata pemuda berambut tebal tersebut. Dia adalah Kevin Angkasa, anak rekan kerja papahnya .
Mereka saling mengenal namun tidak terlalu dekat karena Mentari tidak begitu nyaman jika dekat dengan seorang pria, apalagi seorang Kevin yang terkenal sangat playboy.
"Mau apa-"
Belum sempat Mentari menyelesaikan kalimatnya, Kevin berlalu begitu saja, berlari ke lapangan bergabung kembali dengan sahabat-sahabatnya.
"Gak jelas banget!" Gerutu Mentari.
Cie cie Mentari.
Lanjut di bab selanjutnya besti.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 125 Episodes
Comments
Pinky
So sweet kan
2023-09-07
1