Siang bestie ketemu lagi dengan author.
" Tapi,'' ucap Azzam menggantung ucapan nya.
" Tapi apa lagi, " ucap Aleta tanpa sadar.
Mendengar itu Azzam ter senyum.
"Kalau kamu mengulangi nya kembali, saya tidak akan segan segan untuk menyuruh kamu untuk berlari mengelilingi lapangan bola di belakang sana sebanyak sepuluh putaran tanpa henti dan juga membersihkan toilet dalam sebuah full, " jawab Azzam.
DEG
" Tega sekali, " batin Aleta saat mendengar ucapan sang guru yang menurut nya itu sangat sangat keterlaluan dan terlalu kejam hanya karena ia terlambat dan itu pun belum sampai satu jam ia hanya telah beberapa menit saja dan itu pun untuk pertama kali nya
Aleta ingin protes tapi ia tidak berani membantah.
Karena bagaimana pun ia masih baru dan Aleta yakin jika guru yang ber nama Azzam itu yang ada di depan nya adalah orang yang sangat di siplin.
Dan bagi Aleta orang di siplin itu rata rata-rata semua nya keras dan juga tegas.
"Dan untuk hukuman saat ini kamu harus menyelesai kan tugas yang akan saya berikan dan itu harus selesai secepat mungkin jika tidak maka saya akan menambah hukuman mu menjadi berkali kali lipat,'' jelas Azzam.
" Apa?! kata nya memaklumi apa ini kata memaklumi versi nya,'' protes gadis itu dengan kesel tapi detik berikut nya Aleta tersenyum manis karena melihat ekspresi Azzam yang terkesan galak.
" Tampan sih tapi galak nya minta ampun, " batin Aleta
" Tapi sebelum kamu mengerjakan hukuman itu kamu tulis kan nomor telpon kamu terlebih dahulu karena nanti saya akan mengirim hukuman mu'' ucap Azzam yang sudah menemukan bahasa dan juga kalimat yang tepat untuk bisa mendapat kan nomor murid nya itu.
" Kenapa harus di kirim sekarang kenapa tidak di berikan sekarang saja, " protes gadis itu.
" Kamu sedang saya hukum jadi kamu harus nurut semua pernyataan saya, apa kamu pikir saya ini tidak punya kerjaan, " jawab Azzam.
" Tulis sekarang, " perintah nya tegas.
Aleta segera menyambar bolpoin yang Azzam berikan, untuk menulis kan nomor telpon nya dengan benar lalu memeriksa nya kembali takut kalau dia salah menuliskan angka.
" Untung aku sudah hafal dengan nomor ku sendiri " gumam Aleta merasa senang.
"Sudah pak," ucap Aleta melapor kan.
" Bagus ," jawab Azzam merasa senang.
Azzam mengangguk setelah melihat kertas tersebut sudah ter tulis kan nomor murid nya tersebut, kemudian Azzam mengambil ponsel untuk memasukkan nomor tersebut ke dalam daftar kontak nya.
"Kamu boleh keluar sekarang, kasihan perut kamu bunyi terus," ucap Azzam setelah mendapat kan apa yang ia mau.
Aleta menunduk malu, pipi putih nya sudah di penuhi rona merah, membuat se orang dingin seperti Azzam lagi dan lagi ter pesona melihat nya.
"Sialan! " umpat nya Azzam.
Kenapa jantung nya juga berdetak tak karuan?.
Kenapa kembali berantakan seperti tadi?.
Ini tidak benar, Azzam harus memeriksakan nya dengan benar dan juga harus berkala!
" Kamu boleh keluar, " ucap Azzam dengan wajah datar nya.
Dan tanpa permisi Aleta langsung pergi sedang kan Azzam berpura pura sibuk kembali dengan laptop nya.
Sedang kan ke diaman Al Fahrizal sedang ada sosok manusia yang sedang merasa pusing akibat ocehan sang istri yang amat ia cintai dan ia hargai.
Karena sang istri mengoceh tak jelas akibat sikap sang putra.
Suara seseorang memenuhi ruangan di kediaman Al Farizal, membuat sang pemilik rumah lebih tepat nya tuan rumah itu memijat pangkal hidung nya karena mereka pusing.
Bukan hanya pusing yang ia rasa, nyata nya pria itu juga merasakan telinga nya berubah pengap karena sedari tadi wanita tersebut tidak henti mengomeli nya.
"Kalau sudah begini bagaimana kita mau melanjut kan rencana nya, mas Teo!" ucap Rani sang ratu di kediaman Al Fahrizal tersebut.
Pria yang di panggil mas Teo itu hanya diam, tanpa ingin mengeluar kan suara nya karena rasa nya percuma karena pasti setiap kata yang di ucapkan nya akan terdengar salah oleh telinga wanita yang bergelar istri nya itu.
Dia adalah Rani, istri dari seorang pengusaha properti tersukses Teo Al fahrizal.
"Seharus nya kamu jangan terburu-buru seperti tadi pagi, sekarang dia jadi marah kan?!" imbuh nya lagi merasa kesal dengan sikap sang suami.
"Mas hanya mengingatkan nya saja sayang," bela Teo.
Dia bukan nya terburu-buru, hanya saja berjaga-jaga, takut kalau putra nya memiliki seorang kekasih.
"Untuk apa?" Tanya Rani.
"Seperti yang mas bilang sebelum nya, agar dia tidak ber pacaran dengan siapa pun," jawab sang suami.
"Tapi-"
"Sudah ya? Kamu tenang saja, jangan terlalu memikirkan nya. Anak itu pasti akan menyetujui nya," ucap Teo menenang kan.
" Benarkah? " Tanya sang istri karena ia tidak begitu yakin dengan apa yang di kata kan sang suami.
Tadi pagi saja putra satu-satu nya itu terlihat marah sekali.
" Apakah mungkin dia sudah memiliki orang yang spesial atua mungkin orang yang sedang ia incar. "
"Percaya kepada mas," imbuh nya.
Rani mendongak, menatap suami nya sebelum akhirnya mengangguk dengan pasrah.
Sedang kan Aleta sudah berhasil keluar dari ruangan tersebut dan ia segera berlari ke kantin.
Dimana Mentari, sahabat nya sudah menunggu. Untung saja dia sudah menyuruh gadis berkulit putih itu memesan kan makanan untuk nya, jadi Aleta tidak perlu menunggu nya.
" Uh, lapar sekali, " ucap nya.
Setibanya disana dia langsung mengambil mangkuk yang berisi mie ayam favori tnya itu, melahap nya dengan rakus karena perut nya benar-benar sangat lapar.
Mentari menganga, menatap terkejut sahabat nya itu.
"Tidak makan berapa Minggu?" tanya nya heran.
"Sebulan!" Jawab Aleta asal.
"Kesurupan setan apa?"
"Reog!" jawab nya.
Sudahlah Mentari jangan banyak ber tanya dulu. Biarkan gadis kelaparan itu menghabis kan makanan nya terlebih dahulu.
Percuma menanyainya sekarang, jawaban nya tidak akan pernah benar.
Tetapi-
" Kamu lama sekali di dalam sana, membicara kan apa?" Tanya Mentari.
"no coment!" Jawab Aleta.
Mentari pasrah dan mentari juga tau, lebih baik diam dan menutup mulut nya rapat-rapat sebelum menanyai sahabat nya itu banyak per tanyaan-per tanyaan tentang kok bisa seorang murid baru seperti sahabat nya itu bisa masuk dengan mudah ke ruangan tersebut.
Ruangan yang tidak sembarang orang bisa masuk ke dalam nya.
Mentari saja yang hampir tiga tahun sekolah di sana saja belum pernah masuk ke sana, tetapi Aleta?
Ruangan Azzam terkenal dengan ruangan privat sebab tidak sembarang orang bisa masuk hanya kepala sekolah dan orang yang di izinkan bisa masuk.
Karena ada sebuah kejadian yang membuat nya membatasi diri.
"Aleta," ucap Mentari.
"Apa?" jawab Aleta tak berdosa.
Mentari berdecih, gadis itu tetap saja menyebal kan.
"Aku hanya diberi tugas hukuman saja!" jawab Aleta pada akhir nya.
"Tugas hukuman?" tanya Mentari.
Aleta mengangguk.
"Nanti pak Azzam akan mengirimkan nya lewat pesan."
" APA?!" Teriak Mentari.
Bukan hanya bisa dengan mudah memasuki ruangan tersebut, sahabat nya itu juga bisa mendapatkan nomor telponnya?
''Kau sangat luar biasa Aleta,'' ucap Mentari.
Lanjut besok besok semoga kalian suka.
Nantikan bab bab selanjut nya.
Dan juga karya author yang akan launching bulan ini.
Terimakasih jangan lupa tinggalkan jejak.
Bye bye
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 125 Episodes
Comments
Pinky
Selamat membaca Bosquee
2023-09-07
1