Siang hari yang cerah, namun dengan suasana yang tidak terlalu panas. Ratu Caitlyn berjalan melalui pintu samping istana, dan menuju ke halaman serta taman samping istana untuk bertemu dengan putranya. Ketika sampai di taman tersebut, wanita cantik dengan gaun formal kerajaan serta mahkota di kepalanya berhasil dibuat terkejut dengan apa yang ia lihat. Altezza terlihat asyik memberi makan peliharaannya, namun dengan cara yang membuatnya takjub. Elang berwarna putih itu terus terbang, ke sana dan ke mari, kembali kepada Altezza ketika laki-laki itu melemparkan seekor ikan kecil ke udara, kemudian dengan cepat langsung elang tersebut menyambar mangsanya ketika di udara. Putra bungsunya terlihat sangat senang sekali ketika bermain-main dengan peliharaan barunya, wajahnya yang ceria tidak dapat disembunyikan.
"Apakah sayapnya sudah benar-benar sembuh?" tanya Caitlyn, berjalan perlahan menghampiri putranya.
Tanpa menoleh dan dengan pandangan masih asyik memandangi elang putih yang terbang berputar-putar di atasnya, Altezza memberikan jawaban, "entahlah, aku tidak tahu apa yang terjadi, tetapi dia tiba-tiba menghilang dari kandang, dan aku menemukannya terbang ke arahku."
Altezza kemudian meletakkan ember yang masih ada beberapa ekor ikan kecil di dalamnya, dan kemudian berjalan bersama sang ibunda menuju ke sebuah gazebo megah berwarna putih, tempat ia berbincang-bincang kemarin. Laki-laki itu membiarkan peliharaan terbang bebas, bahkan beberapa kali elang berwarna putih itu terlihat asyik hinggap di pepohonan taman tersebut.
"Jadi apa yang ingin kamu bicarakan? Sepertinya ini hal yang sangat penting, sampai-sampai kamu membuat surat resmi untuk membuat pertemuan dengan ibu," ucap Caitlyn, duduk berhadapan dengan putranya. Ia membawa serta meletakkan sebuah surat resmi yang ia terima, dan surat tersebut ditulis oleh putranya sendiri yaitu Altezza.
Altezza tertawa kecil dan berkata, "aku mengira ibu akan sibuk siang ini, jadi aku membuat surat tersebut tanpa sepengetahuan siapapun, hehe." Caitlyn hanya tersenyum, wanita itu terlihat selalu siap untuk mendengarkan apapun keluh kesah dari putranya.
Laki-laki berseragam formal putih itu kemudian meraih sebuah surat yang ditulis oleh Raja dari dalam sakunya, dan kemudian meletakkan surat tersebut di atas meja. Melihat serta membaca surat yang ditunjukkan oleh putranya, Caitlyn langsung memahami permasalahan apa yang sedang dipusingkan oleh putranya.
"Ibu tahu sendiri aku tidak bisa dansa, terlebih ayah mengharuskan ku mencari pasangan untuk pesta tersebut." Altezza terlihat cukup kesal, berbicara langsung pada topik pembicaraan tanpa basa-basi, dan kemudian mendengus, "benar-benar merepotkan!"
Caitlyn tertawa kecil melihat reaksi Altezza yang terlihat cukup kesal, namun tidak dapat membantah atau menolak apapun yang diperintahkan oleh Raja melalui surat tersebut. Tatapan mata yang dipenuhi dengan kebingungan, serta sedikit kekhawatiran cukup terlihat jelas di kedua mata milik Altezza. Sebagai ibu tentu dirinya dapat mengerti apa yang membuat putranya gelisah, mengingat Altezza memang sangat jarang sekali terlihat di pesta atau acara-acara formal antar kerajaan sebelumnya, dan laki-laki itu juga tidak pernah berdansa sebelumnya.
"Lalu apa yang kamu inginkan dari ibu? Apa tujuanmu membicarakan ini?" tanya Caitlyn, tersenyum hangat ketika menatap putranya.
Altezza menatap ibundanya dengan tatapan lembut, "apakah ... ibu ada saran? Setidaknya soal dansa ini," ucapnya dengan intonasi yang terkesan rendah dan lembut.
"Mungkin ibu bisa membantumu, memperkenalkan sekaligus mengajarimu berdansa. Bagaimana menurutmu? Jika kamu mau, tentu ibu bisa membimbing mu," ujar Caitlyn, perlahan berpindah posisi, beranjak dari tempat ia duduk, dan berpindah duduk tepat di sebelah Altezza.
Altezza langsung mengangguk setuju mendengar hal tersebut, "tentu aku mau," jawabnya.
"Baiklah, langsung temui aku di aula utama!" sahut Caitlyn.
"Sekarang?!" tanya Altezza terkejut.
Caitlyn mengangguk, "ya! Jika nanti atau besok, yang ada waktu kita untuk persiapan semakin terkikis, karena pesta tersebut akan dilakukan dua hari dari sekarang."
"Dua hari?! Yang benar saja!" sahut Altezza, kembali dibuat terkejut dengan apa yang baru saja ia dengar.
"Apakah Raja tidak memberitahumu soal itu?" tanya Caitlyn, terlihat cukup heran ketika melihat reaksi putranya.
Altezza menggeleng menjawab, "tidak sama sekali, aku bahkan tidak tahu atau tidak diberitahu kapan pesta itu dilaksanakan," jawabnya, kemudian melipat kedua lengannya dan menghela napas berat, terlihat cukup kesal. Merasa tidak ada pilihan lain, selain harus segera belajar soal dansa. Ia pun mengangguk, menurut dengan apa yang dikatakan oleh sang ibunda yang akan mengajarinya berdansa.
Ketika perbincangan itu telah mencapai akhir. Elang berwarna putih itu tiba-tiba saja terbang menghampiri, dan mendarat tepat di atas meja keramik, mendekat kepada Altezza. Hewan tersebut terlihat sangat jinak, dan penurut sekali, apalagi ketika berada di dekat Altezza.
"Dia benar-benar sembuh alami, loh! Apa yang ibu katakan sepertinya benar," cetus Altezza, terlihat lebih riang ketika membahas soal unggas raksasa itu daripada soal pesta atau dansa.
Caitlyn beberapa kali menyentuh, dan memeriksa sayap kanan milik burung besar itu. Dirinya tidak melihat luka yang ia lihat kemarin, benar-benar hilang, sembuh total. Tentu melihat hal tersebut wanita cantik itu merasa ada yang aneh, karena luka pada sayap kanan elang itu seolah disembuhkan oleh sihir penyembuhan.
"Sebenarnya ... perlu waktu berminggu-minggu bagi seekor burung untuk sembuh dari patah tulang, apalagi burung dengan ukuran besar sepertinya," ucapnya, sembari mengelus leher elang putih itu dengan jari telunjuknya. Ketika disentuh olehnya, elang itu tidak memperlihatkan gerak-gerik agresif, justru sangat jinak dan terlihat menyukainya ketika tangan yang terasa halus itu menyentuh dirinya.
"Lalu, bagaimana dengannya? Dia hanya butuh waktu semalam untuk bisa terbang lagi," tanya Altezza, kemudian menatap iris mata tajam milik elang tersebut dengan tatapan heran.
Caitlyn menggeleng, tersenyum, dan berkata, "entahlah, tetapi sepertinya dia elang yang sangat istimewa."
"Kamu tidak berniat untuk memberikan nama untuknya?" lanjut Caitlyn bertanya kepada putranya.
Altezza terlihat diam, berpikir sejenak, dengan pandangan terus melihat elang berwarna putih itu dari ujung paruh hingga ekor. Semuanya bewarna putih bersih, kecuali kedua mata, paruh, dan kedua kaki. Hanya satu kata yang secara spontan terlintas di dalam benaknya yaitu, "Shiro? Mungkin aku akan menamainya Shiro!" ucapnya, kemudian tersenyum, disusul dengan suara Shiro yang terdengar cukup nyaring namun terkesan lembut tidak terlalu memekakkan telinga. Sepertinya elang itu menyukainya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 222 Episodes
Comments
Wineta
wah mau belajar dansa kah ini? 🤭🤭🙈
lanjut kak! penasaran
2023-05-20
4
Taki
Lanjut! 🔥
2023-05-20
6
Kaori
bener kata Caitlyn sih, Shiro ni elang yg istimewa kayanya
2023-05-20
7