Altezza masuk ke ruang singgasana Raja, dan kemudian menghadap tepat di depan singgasana. Di sana terlihat Raja Aiden yang duduk di singgasananya bersama dengan Ratu Caitlyn yang duduk di sisinya. Raja terhormat itu sepertinya berhasil dibuat menunggu sepuluh menit oleh putra bungsunya. Welt saja yang pangeran pertama kerajaan tidak berani dan tidak pernah membuat Raja menunggu, ketika pria itu dipanggil oleh Raja, ia akan langsung bergegas untuk menghadap. Begitu pula oleh orang-orang di istana dan kerajaan ini, tidak ada yang berani membuat Raja menunggu. Namun hal itu tidak berlaku bagi Altezza, yang justru terlihat santai dan tenang, bahkan ia dengan santainya membuat Sang Raja harus sabar menunggu dirinya.
Raja Aiden hanya menghela napas, sabar. Sikap putra bungsunya memang sudah seperti itu sejak menginjak usia remaja. Raja sama sekali tidak marah, atau lebih tepatnya tidak bisa marah, karena ketika ia melihat putra bungsunya, seolah ia sedang bercermin kepada dirinya sendiri ketika masih masa remaja.
"Ada apa memanggil saya, Yang Mulia?" tanya Altezza, berdiri di depan Raja dengan sikap tenangnya.
"Apa yang kau katakan semalam ternyata benar, tepat pagi buta tadi para penyihir kerajaan menangkap dua pelaku yang sempat melarikan diri kemarin malam, dan mereka telah diinterogasi berjam-jam oleh Welt serta beberapa ahli sihir kerajaan. Hasilnya ... membuktikan sesuai dengan yang kau katakan." Raja Aiden langsung berbicara kepada topik inti dari pembicaraan, tidak ingin terlalu berbasa-basi karena dirinya sudah dibuat menunggu lama.
"Aku memang tidak berbohong, angin tidak bisa dan tidak akan pernah berbohong," sahut Altezza, berbicara dengan intonasi tenang.
"Ada beberapa hal yang mungkin belum kau ketahui, dan ini merupakan hasil dari interogasi para pelaku. Mereka mengatakan kalau mereka memiliki tempat persembunyian di Barat Perbukitan Pesisir."
"Melihat kondisi dirimu yang terlihat sudah sangat baik pagi ini, aku akan mengutusmu bersama dengan beberapa prajurit untuk pergi ke sana. Bisakah kau menerima perintah pengutusan ini, putraku Altezza?"
Raja Aiden kemudian kembali berbicara beberapa hal, dan berakhir pada kalimat yang menjerumus ke arah pemberian tugas pengutusan kepada Altezza. Keluar dari benteng kerajaan, tentu adalah keinginan Altezza. Ia pun menatap tajam dan serius Raja di hadapannya, dan kemudian langsung menjawab sembari menundukkan kepalanya, "saya siap menerimanya ...!" jawabnya lugas dan tegas.
Raja Aiden tersenyum, apalagi ketika melihat semangat yang membara dari ekspresi wajah tenang putra bungsunya. Setelah menyampaikan hal pertama, Raja itu kembali beralih topik dan ingin menyampaikan hal kedua yang ingin ia sampaikan.
"Belum selesai, ada hal kedua yang ingin ku sampaikan padamu," ucap Aiden, lugas dan terkesan tegas dengan wibawanya sebagai seorang Raja.
"Berhubung sebentar lagi kita akan memasuki musim gugur, Kerajaan Zephyra terpilih untuk menjadi tuan rumah dari pesta musim gugur yang rutin dilaksanakan setiap tahunnya. Akan ada banyak bangsawan kerajaan dari seluruh penjuru negeri yang datang, jadi aku sangat mengharapkan kehadiranmu di pesta tersebut tanpa adanya alasan apapun itu."
Seketika wajah semangat Altezza perlahan luntur saat mendengar kabar soal pesta musim gugur yang akan dilaksanakan di kerajaannya. Pesta musim gugur adalah pesta yang diadakan secara rutin hampir setiap tahunnya, dan biasanya di pesta tersebut akan datang para bangsawan dari berbagai kerajaan berbeda. Lokasi dari pesta itu juga tidak selalu menetap pada satu kerajaan saja, biasanya bergantian dan berpindah-pindah, memberikan kesempatan kepada kerajaan lain untuk menjadi tuan rumah dari pesta yang akan meriah itu, dan pesta kali ini akan menjadikan Kerajaan Zephyra sebagai tuan rumah.
Raja Aiden terlihat tegas ketika berbicara mengenai keikutsertaan putra bungsunya pada acara besar itu, karena di acara-acara yang hampir sama di tahun-tahun sebelumnya, Altezza hampir tidak selalu hadir bahkan enggan untuk hadir. Namun pada kesempatan kali ini, apalagi menjadikan Kerajaan Zephyra sebagai tuan rumah, tentu itu akan menjadi kesempatan yang besar bagi Altezza untuk bisa hadir, tanpa adanya alasan apapun itu.
"Cukup hadir? Baiklah, aku akan hadir di pesta tersebut ...!" ucap Altezza, dengan raut wajah datar, kurang bersemangat dengan kabar tersebut.
"Putraku, ini juga akan menjadi kesempatan besar bagimu untuk mencari pasangan hidup, jadi jangan sia-siakan kesempatan tersebut ...!" lanjut Aiden, berbicara serius mengenai hal yang bersangkutan dengan masa depan putranya.
Altezza semakin dibuat kurang bersemangat, apalagi jika topik pembicaraan sudah mulai menyangkut-pautkan ke arah pencarian pasangan hidup atau tunangan. Tentu hal itu juga menjadi salah satu kewajiban seorang pangeran untuk segera mencari tunangan setelah ia memasuki usia remaja bernajak dewasa. Namun rupanya adat atau peraturan atau bahkan kewajiban yang bersangkutan dengan hal itu tidak terlalu disukai oleh Altezza sendiri.
"Izin meninggalkan ruangan, aku akan mempersiapkan diri untuk segera berangkat ke Barat Perbukitan. Terima kasih ...!" cetus Altezza, berbicara dengan cepat, menundukkan kepalanya memberikan hormat, dan kemudian segera beranjak tanpa mendengar atau menunggu Raja Aiden mengizinkannya.
Altezza berjalan keluar dari ruang singgasana tanpa berkomentar atau berbicara lebih lagi, dengan ekspresi wajah yang terlihat cukup kesal. Kenan yang dari tadi menunggu tepat di sebelah pintu, langsung ikut beranjak, dan mendampingi tuannya ke manapun dia pergi.
"Sayang, sepertinya kau terlalu memaksakan untuk berbicara seperti itu padanya," ucap Ratu Caitlyn dengan intonasi lemah lembut kepada suaminya, setelah menyaksikan semua itu, terlebih dirinya tahu apa yang Altezza rasakan ketika mendengar Raja Aiden berkata mengenai pencarian pasangan hidup. Sebagai seorang ibu, dirinya tahu betul bagaimana karakteristik anak-anaknya, salah satunya adalah Altezza.
"Sebagai seorang pangeran, dia diwajibkan untuk segera memilikinya, seorang gadis yang nanti akan menjadi calon pasangan hidupnya. Welt saja sudah menemukannya ketika di usia 17 tahun," ucap Raja Aiden, terlihat cukup memikirkan hal tersebut, tentu dengan maksud dan tujuan untuk masa depan serta kebaikan putra bungsunya.
Ratu Caitlyn tersenyum hangat dan sempat terkekeh kecil, "jangan samakan Welt dengan Altezza, keduanya memiliki sifat serta karakteristik yang berbeda. Bukankah kamu menyadarinya sendiri, kalau Altezza sangat mirip dengan dirimu?"
"Aku tahu, meskipun anak itu bukan pewaris tahta, tetapi hal seperti ini akan sangat penting bagi hidupnya, apalagi dia seorang pangeran," sahut Raja Aiden.
Ratu Caitlyn dengan perlahan dan lembut, merangkul dan kemudian menyandarkan kepalanya pada bahu milik lelakinya. Wanita cantik itu kemudian kembali berbicara, "jangan seperti itu, kesannya kamu terlalu memaksa anak itu untuk segera mencari pasangan hidupnya. Biarkan saja dia dahulu, pemikirannya juga masih sering labil, dan dia masih memerlukan waktu untuk nantinya akan memikirkan sendiri soal pasangan hidupnya."
"Tenang dan percayalah, kesulitan baginya untuk mencari pasangan hanyalah memilih mana pasangan yang baik untuk dirinya dan juga masa depannya. Dia laki-laki yang tampan, berwibawa, dan memiliki keahlian yang sangat menakjubkan, sama seperti ayahnya," ucap Caitlyn dengan lembut, dan kemudian menoleh serta menatap suaminya dengan tatapan hangat dari jarak yang dekat ketika berbicara pada kalimat terakhirnya.
Wanita itu kembali memalingkan pandangannya, dan bersandar pada bahu milik lelaki tersebut sembari lanjut berkata, "aku yakin anak itu dapat dengan mudah memikat hati para gadis, jadi dia tidak akan kesulitan untuk berkenalan."
Aiden kemudian hanya menghela napas setelah mendengar semua yang dikatakan oleh istrinya. Sebagai seorang pangeran memang memiliki banyak tanggung jawaban dan kewajiban yang harus dipenuhi, salah satu di antara banyak kewajiban itu adalah harus memiliki calon pasangan hidup ketika sudah beranjak dewasa. Namun dirinya juga tahu bahwa Altezza memiliki tanggung jawabnya sendiri dalam mengambil keputusan, mengingat dia adalah anak laki-laki.
"Biarkan dirinya sendiri yang memutuskan, dia seorang laki-laki," ucap Caitlyn.
"Ya, sepertinya aku terlalu khawatir soal itu," sahut Aiden, menghela napas dan kemudian mengecup lembut kening milik istri tercintanya. Hatinya jauh merasa lebih tenang setelah mendengar semua yang dikatakan oleh Caitlyn.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 222 Episodes
Comments
Irma Kirana
Semangat kak ❤️❤️☺️1 vote untuk kakak
2023-07-10
1
Wineta
Raja kyknya buru² bngt pengen cepet liat putranya tunangan nih😳🙈
2023-05-10
1
read
wah sepertinya emang buah jatuh tidak jauh dari pohonnya ya🙈
2023-05-10
3