Aula utama istana, salah satu tempat terluas di Istana Kerajaan Zephyra, luasnya mungkin hampir sama dengan taman samping atau halaman belakang istana, namun yang menjadi pembeda adalah ini versi di dalam ruangan. Aula tersebut juga menjadi penghubung antara lorong satu dengan yang lain, jika di lihat di denah, mungkin letak dari aula itu berada sedikit tepat di tengah-tengah istana.
Situasi di aula siang ini terlihat cukup ramai dengan para pelayan istana serta penjaga yang sepertinya cukup sibuk untuk memasang berbagai dekorasi. Altezza cukup heran melihat hal tersebut, karena pagi tadi ketika dirinya melewati aula, dirinya belum melihat para pekerja yang memasang dekorasi itu. Mereka terlihat sangat telaten, dan hati-hati ketika memasang beberapa gemerlap lampu di atas jendela-jendela serta dinding-dinding istana.
"Apakah kita akan menggunakan ruangan ini untuk belajar?" tanya Altezza kepada ibundanya ketika pertama kali sampai di aula tersebut. Semua perhatian para pelayan istana langsung tertuju kepada mereka berdua, dan langsung menundukkan kepala mereka, memberikan hormat serta salam hangat.
Caitlyn menyempatkan diri untuk menyapa para pelayan tersebut, sebelum kemudian melangkah menuju ke salah satu sisi atau sudut aula. Di sudut atau sisi aula yang ia pilih, terdapat sebuah alat pemutar musik bernama gramophone, dan sudah terdapat satu piringan hitam di atasnya.
"Kita akan pakai sisi ini untuk kamu belajar," ucap Caitlyn, menjawab pertanyaan Altezza yang sempat sedikit tertunda untuk ia jawab.
Altezza sempat terdiam sejenak untuk beberapa saat, dan menoleh ke arah lain, memandangi para pekerja atau pelayan istana yang tengah sibuk memasang pernak-pernik pesta. Ia kembali menatap kepada ibundanya sembari bertanya, "mereka akan melihatku, dong ...?" tanyanya dengan ekspresi canggung dengan kedua pipi sedikit memerah.
Caitlyn sempat tertawa kecil, sebelum kemudian tersenyum dan menjawab, "besok pada saat pesta dimulai, akan ada banyak mata dari berbagai kerajaan yang dipastikan tertuju pada dirimu dan pasangan pesta mu, Altezza. Para bangsawan itu akan melihatmu, memperhatikanmu, dan menyaksikan setiap langkahmu di lantai dansa."
"Apakah di pesta nanti yang berdansa hanya aku?" tanya Altezza kembali, terlihat ingin memastikan hal tersebut.
"Tentu tidak, seorang laki-laki tidak akan bisa berdansa tanpa pasangan," jawab Caitlyn tersenyum tipis dengan tatapan seolah sedang menggoda putranya.
"Bukan itu maksudku!" sahut Altezza, sedikit kesal, "apakah Welt tidak ikut berdansa juga?" lanjutnya bertanya.
Caitlyn tertawa kecil, terlihat puas setelah sedikit menggoda putranya, "tentu saja dia dan Clara akan ikut di lantai dansa, bersama kamu dan pasanganmu," jawabnya.
Altezza hanya diam, dengan wajah yang cukup tersipu, merasa hal yang akan ia lakukan adalah hal yang memalukan baginya. Caitlyn tidak henti-hentinya dibuat tersenyum, apalagi melihat wajah putra bungsunya yang lucu baginya. Ia segera beranjak mendekati sebuah meja yang di atasnya terdapat gramophone, dan kemudian mulai menyalakan alunan melodi yang lembut nan indah.
"Ayo, ikuti pergerakan ibu, ya ...!" ucap Caitlyn, beranjak mendekati tubuh milik putranya, seraya menarik serta menggenggam hangat kedua tangan milik putranya.
Tidak ingin membuang-buang waktu lagi, Caitlyn langsung mengajari putranya untuk belajar melalui praktek langsung, tanpa kebanyakan teori. Alunan melodi yang sungguh indah perlahan memenuhi aula tersebut. Tak hanya Caitlyn, namun para pelayan dan pekerja yang sedang memasang pernak-pernik pesta juga terlihat menikmati alunan melodi tersebut. Sungguh terasa pelan dan lembut.
"I-ini ... bagaimana?!" cetus Altezza, memandang ke arah kedua kakinya yang terlihat cukup kesulitan mengiringi langkah ibundanya.
"Lihat dan tatap kedua mata pasanganmu, sayang ...! Cukup lemaskan saja, jangan terlalu kaku, ikuti serta rasakan melodinya," jawab Caitlyn dengan lembut, tersenyum pada putranya. Namun tetap saja, Altezza terlihat cukup panik, kesulitan untuk mengikuti irama lagu yang terdengar, serta menyesuaikannya dengan kedua kaki milik ibundanya.
Caitlyn menghela napas, dan menghentikan dansa singkat itu sejenak. Ia menatap laki-laki itu yang terlihat tertawa kecil dengan memasang wajah canggungnya. Wanita itu tersenyum, kemudian mulai memandu putranya untuk mengetahui hal-hal dasar soal dansa, seperti gerakan dan apa saja yang harus diperhatikan.
"Perlahan genggamlah dengan lembut tangan kanan milik pasanganmu dengan tangan kiri mu, sedangkan tangan kanan letakkan belikat kiri pasanganmu, dan stabilkan kedua lenganmu." Caitlyn terlihat sangat telaten dan sabar ketika memandu putranya.
"Benarkah harus begini? Bukankah jarak kita sangat dekat? Bahkan mungkin tidak ada satu meter," sahut Altezza, terlihat cukup terkejut canggung.
"Iya, sayang. Memang jarak seorang pasangan dalam berdansa itu sedekat ini, kalau jauh-jauh main catur aja nggak perlu dansa," celetuk Caitlyn menjawab pertanyaan tersebut.
Altezza perlahan mengikuti arahan yang diberikan oleh ibundanya, dan terus berusaha untuk mengikuti setiap langkah wanita itu. Pelan-pelan namun pasti, laki-laki itu mulai bisa mengikuti serta menyelaraskan langkahnya serta dirinya dengan pasangan dansanya. Namun ekspresi serta gerakannya masih sangat kaku, dan terkesan sangat canggung.
Sepertinya aktivitas latihan Altezza di aula berhasil menarik perhatian para pelayan wanita yang ada di aula tersebut. Beberapa dari mereka sempat tersenyum dan tertawa kecil ketika melihat pangeran muda itu belajar dansa, karena mungkin ini pemandangan yang sangat langka dan jarang sekali. Rata-rata para bangsawan, terutama bangsawan kasta tertinggi sudah dipastikan memiliki pengalaman dalam dansa, karena mereka sudah sering menghadiri pesta-pesta yang memiliki sesi berdansa. Namun sayangnya itu sangat berbeda dengan Altezza yang belum pernah memiliki pengalaman tersebut.
"Bagus, terus begitu, gerakan sederhana saja dahulu. Lemaskan, santai saja, nikmati momennya ...! Resapi alunan melodi yang terdengar sungguh indah dan lembut ini," ucap Caitlyn tersenyum, terus mengikuti langkah demi langkah dari putranya yang mulai memahami gerakan dasar dansa. Sekarang ia terlihat mulai mengalah, dan membiarkan putranya memimpin pergerakan dansa tersebut tanpa disadari oleh laki-laki itu sendiri.
Caitlyn tersenyum lembut, memperhatikan sembari terus mengikuti langkah putranya yang terlihat perlahan mulai menyesuaikan irama lantunan melodi. Laki-laki itu benar-benar belajar dengan cepat, walaupun semua gerakannya masih terbata-bata dan ada beberapa momen yang masih tidak sesuai dengan irama. Namun sejauh ini, Altezza terlihat perlahan mulai menyesuaikan.
Pelatihan tersebut berlangsung hingga jam makan siang tiba. Caitlyn pun memutuskan untuk menghentikan sesi latihan dansanya, "baiklah, cukup dahulu sampai sini!" ucapnya, menyudahi sesi latihan tersebut. Altezza langsung menghela napas lega setelah mendengar apa yang dikatakan oleh ibundanya. Akhirnya sesi latihan selesai juga.
"Jadi ... apakah kamu sudah menentukan siapa pasangan yang akan kamu bawa untuk pesta?" tanya Caitlyn, berjalan bersama putranya kembali ke halaman samping istana.
Altezza terlihat masih bingung untuk pertanyaan itu, "aku tidak tahu, ibu tahu sendiri aku tidak punya banyak teman perempuan, 'kan?" ucapnya.
Caitlyn menoleh kepada putranya, tersenyum dan berkata, "kamu harus segera memutuskan untuk mengajak siapa, kamu mengerti?" apa yang ia katakan langsung mendapat tanggapan dari Altezza berupa anggukkan kepala.
"Kalaupun sampai di hari pesta tiba kamu masih belum mendapat pasangan untuk pesta tersebut, maka kamu bisa coba untuk mencarinya ketika pesta itu berlangsung," lanjut Caitlyn, berjalan kembali ke gazebo awal ia berbincang-bincang dengan putra bungsunya.
"Memangnya bisa begitu?" sahut Altezza, menoleh dan bertanya dengan tatapan penasaran.
"Tentu saja bisa, apalagi kamu seorang pangeran tuan rumah. Ibu yakin dan bisa pastikan, akan ada banyak gadis bangsawan yang tertarik padamu, dan tentu mengajakmu untuk berdansa!" sahut Caitlyn, justru terlihat lebih bersemangat daripada putranya yang cenderung murung selama membahas topik soal pesta serta dansa ini.
Altezza hanya diam, terlihat kembali gelisah ketika harus memikirkan pesta musim gugur yang sebentar lagi akan dilaksanakan di istananya. Caitlyn tersenyum lembut melihat paras tampan milik putranya yang terlihat murung dan gelisah hari ini, "jangan terlalu pusing memikirkannya, cukup ikuti alurnya saja ...!" ucapnya.
"Ibu yakin kamu memiliki keberanian untuk mengajak siapapun gadis yang ingin kamu ajak bergabung ke pesta," lanjut Caitlyn, terlihat mencoba untuk menyemangati putranya, meskipun dirinya tidak terlalu pandai dalam berkata-kata untuk memberikan semangat.
"Siapapun?" sahut Altezza, menoleh, menatap serius ibundanya yang duduk tepat di sebelahnya. Laki-laki itu terlihat seperti baru saja memiliki ide yang ia temukan terlintas dalam benaknya.
Dengan senyuman yang masih terpampang, Caitlyn mengangguk dan menjawab, "ya, siapapun, tidak memandang status ataupun kastanya, kamu boleh mengajaknya!"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 222 Episodes
Comments
Wineta
kliatan bngt klo ini pengalaman pertama buat Altezza 😂🤭
btw siapa yg bakal diajak Altezza buat jdi pasangannya ya? aku penasaran 🙈🙈
2023-05-21
2
Taki
aku gak bisa bayangin, seorang pangeran bener² ga bisa dansa sampe harus diajarin😂🙈🙈
2023-05-20
5
Kaori
kocak bngt dah chap ini🙈🤭
lanjut kak!
2023-05-20
7