Reaksi Elemen #2

Waktu yang begitu tenang dengan pemandangan indah hamparan hijau di negeri ini. Pemuda laki-laki itu terlihat sangat menikmati waktu luangnya, waktu yang benar-benar tenang tanpa ada gangguan dari apapun itu. Laki-laki itu menggunakan waktu luangnya untuk bermain-main dengan angin yang setia bersamanya. Beberapa kali ia mengangkat sedikit telapak tangannya, dan kemudian diikuti oleh embusan angin lembut, membawa sehelai daun berwarna hijau yang kemudian mendarat tepat di atas telapak tangan tersebut.

Tanpa berucap atau merapal, hanya dengan tatapan kedua iris mata berwarna hitam indah itu. Sehelai daun yang berada di telapak tangannya perlahan sedikit terangkat dengan putaran angin kecil dan terasa lembut. Namun tak berselang lama, sehelai daun itu robek dan hancur menjadi potongan kecil seperti debu dalam hitungan detik, dan kemudian potongan-potongan kecil itu tertiup terbang bersama dengan angin.

"Bagaimana dengan sesuatu yang lebih berat?" tanya pemuda itu berbicara dengan sendirinya. Ia kemudian mengambil apel bekas miliknya yang sudah hampir habis dari dalam saku, dan kemudian meletakkan buah tersebut di atas telapak tangan kanannya.

Pemuda itu menarik napas panjang, dan kemudian menghembuskannya secara perlahan. Ia kelihatannya sedang ingin mencoba trik yang sama seperti dirinya menghancurkan sehelai daun menjadi potongan-potongan kecil layaknya debu. Lagi-lagi tanpa merapal atau berucap sesuatu, embusan angin lembut kembali datang dan terasa, namun kini mengelilingi tubuhnya.

Angin lembut itu terus berputar dan semakin kencang, sebelum kemudian angin yang berhembus itu bergerak berkumpul tepat mengelilingi apel bekas yang ada di atas telapak tangannya. Secara perlahan buah apel itu terangkat dan sedikit lebih tinggi daripada sehelai daun sebelumnya. Di saat itu juga embusan angin yang berkeliling di sekitar tubuhnya perlahan ikut berkumpul mengitari buah apel yang melayang-layang di atas telapak tangannya, hingga membuat wujud dari apel bekas itu cukup sulit untuk terlihat karena angin yang semakin kencang.

Perlahan namun pasti, dalam waktu beberapa detik kemudian, buah apel bekas miliknya langsung terpotong-potong menjadi bagian kecil-kecil, bahkan lebih kecil daripada sebuah dadu. Pemuda itu seketika tersenyum senang melihat apa yang terjadi di depan matanya, apalagi ketika melihat potongan-potongan apel itu kini berada di telapak tangannya.

Tap ... Tap ... Tap ...!!

Mendengar suara langkah kaki yang perlahan menaiki anak tangga menara, pemuda tersebut langsung menoleh ke belakang dan bersiap untuk segala kemungkinan jika seseorang yang muncul bukanlah orang baik. Namun niat tersebut langsung ia urungkan ketika melihat sosok yang sangat tidak asing baginya.

"Astaga, saya sudah mencari anda ke mana-mana, ternyata anda berada di sini," ucap seorang laki-laki dengan pakaian zirah santai kesatria kerajaan.

"Mengapa kau mencari ku? Bukankah hari ini adalah hari libur untukku?" ucap pemuda itu, bersandar santai pada salah satu pilar menara.

"Memang, sih. Hanya saja ... rasanya ... saya tidak bisa meninggalkan tanggung jawab yang sudah diberikan kepada saya," ucap laki-laki berpakaian kesatria kerajaan itu kepada si pemuda.

"Kembalilah ke istana, Kenan ...! Nikmatilah waktu luang mu! Jangan khawatir, aku bisa jaga diri sendiri," ucap pemuda laki-laki itu kepada lawan bicaranya.

Kenan, atau nama lengkapnya adalah Kenan Va Valeeqa. Laki-laki berambut hitam pekat itu berusia 19 tahun, dan memiliki peran sebagai salah satu kesatria kerajaan, sekaligus mengemban amanah untuk menjadi seorang pengawal atau ajudan si pemuda laki-laki. Kenan bisa dibilang masih baru dalam mengemban tugas atau amanah tersebut, karena baru seminggu ia menjadi seorang pengawal pribadi.

"Tetapi, Yang Mulia. Saya---"

"Jangan memanggilku seperti itu, aku tidak suka dengan cara bicara formal!" sahut si pemuda menghela napas.

"Maaf," sahut Kenan dengan sedikit menundukkan kepalanya.

Pemuda itu hanya tersenyum tipis dan berkata, "sudahlah, tidak perlu meminta ma--"

DUAAARRR ...!!!

Sebuah ledakan tiba-tiba saja terdengar dari pusat kota, dan sangat mengejutkan bahkan hingga memotong perkataan pemuda laki-laki itu. Beberapa detik setelah ledakan itu terdengar, terlihat banyak sekali penjaga kerajaan yang langsung berlarian ke lokasi kejadian, merespons apa yang sebenarnya terjadi.

"Apa yang terjadi?" tanya pemuda laki-laki itu, memandang ke arah pusat kota, dan dari kejauhan terlihat kepulan asap hitam yang perlahan membumbung tinggi.

"Mungkin perampokan? Kalau tidak salah di sana terdapat toko permata," jawab Kenan.

Tanpa berbasa-basi dan berbicara, pemuda laki-laki langsung melompat dari atas menara, dan mendarat dengan sempurna berkat bantuan dari angin yang setia bersamanya, sebelum akhirnya ia berlari menuju ke lokasi kejadian. Tentu pergerakan tiba-tiba itu sangat mengejutkan Kenan yang melihat, terlebih dirinya sebagai pengawal, namun ditinggal oleh tuannya. Kenan segera bergegas turun dari menara melalui anak tangga, dan kemudian berlari untuk menyusul pemuda itu.

Tak berselang lama, pemuda laki-laki itu sampai di lokasi kejadian, dan benar apa yang dikatakan oleh Kenan sebelumnya. Sebuah toko permata tengah dirampok oleh tiga orang berjubah hitam, dan sepertinya mereka ahli dalam mengendalikan sihir. Tempat itu sudah dikepung oleh para penjaga, namun mereka cukup kesulitan untuk bergerak melawan dan meringkus para pelaku, karena terkendala keahlian.

"Tunggu, ini bisa sangat berbahaya! Saya mohon untuk tidak terlalu gegabah ...!" ucap Kenan, akhirnya sampai tepat di sebelah pemuda tersebut.

Pemuda laki-laki itu bersama dengan Kenan untuk sementara hanya melihat dari kejauhan, dari balik kerumunan masyarakat yang juga menyaksikan kejadian tersebut. Tindakan kriminal seperti ini sudah umum terjadi, apalagi di pusat kota. Namun sangat jarang tindakan kriminal tersebut dilakukan oleh orang-orang yang memiliki keahlian dalam bidang sihir.

Setelah mendapatkan barang-barang rampasan, ketiga pelaku itu berusaha untuk melarikan diri dengan keahlian mereka. Salah satu dari mereka terlihat tengah merapal sesuatu, sebelum kemudian sebuah bola api yang amat besar muncul dari kedua telapak tangannya yang sedikit terangkat. Melihat bahaya tersebut, orang-orang yang ada di sekitar langsung berusaha untuk melarikan diri mencari tempat untuk berlindung.

"Apa yang dilakukan oleh pihak keamanan sihir kerajaan? Di mana mereka saat ini?" gumam pemuda itu, terlihat sudah geram sekali, apalagi melihat adanya potensi bahaya yang meningkat.

"Mereka sedang dalam perjalanan, satu menit lagi sampai." Kenan menjawab pertanyaan tersebut.

"Yang ada tempat ini akan hangus terbakar," sahut pemuda tersebut, dan kemudian langsung berlari menyela kerumunan orang-orang yang berlarian ke arah sebaliknya.

"Tu-tunggu! Anda bisa dalam bahaya! Anda juga tidak membawa pedang anda!" teriak Kenan, kemudian segera menyusul laki-laki itu.

Pemuda laki-laki itu berlari menuju ke arah toko permata, dengan dikelilingi oleh angin lembut yang berhembus mengelilingi tubuhnya. Di saat ia berlari, ia sempat berkata, "aku akan menggunakannya, tetapi jangan terlalu besar skalanya, ya ...?" ucapnya berbicara sendiri.

Beberapa detik setelah berbicara demikian. Angin yang berada di sekitarnya seketika berhembus kencang, dan semakin kencang seiring langkah kakinya berlari mendekati tiga orang pelaku. Bola api yang dibuat oleh pelaku semakin membesar, sebelum akhirnya melesat ke arahnya. Menyadari hal tersebut, laki-laki itu mengulurkan satu telapak tangannya ke depan, dan kemudian menciptakan gumpalan angin yang bertiup sangat kencang. Gumpalan itu berukuran sangat besar, bahkan lebih besar daripada bola api yang sedang terbang ke arahnya.

Tabrakan pun tidak dapat dielakkan, dan seketika angin milik pemuda laki-laki itu terlibat reaksi elemen dengan api yang ditabraknya. Api semakin membesar bahkan lebih besar daripada bangunan-bangunan di sekitarnya. Namun api tersebut tidak menyebar, justru dikelilingi oleh sebuah pembatas angin yang bertiup sangat kencang serta semakin tinggi, dan membatasi penyebaran kebakaran yang bisa saja terjadi.

"Apa yang terjadi?!"

"Tidak mungkin!!"

"Siapa?!"

Melihat sesuatu yang sangat mereka tidak duga-duga, tentu membuat mereka terkejut serta tidak menyangka. Terlebih dengan reaksi elemen antara angin dan api yang seharusnya membuat api semakin membara dan menyebar. Namun dalam kejadian ini, api tersebut tidak menyebar, justru malah dikurung oleh angin di sekitarnya.

"Siapapun kalian, tetapi kurasa kalian pantas mendapatkan hukuman dari apa yang kalian buat." Pemuda laki-laki itu berjalan dengan santainya, sedikit memutar dari balik putaran angin yang ia buat, dan kemudian secara perlahan mendekati tiga orang pelaku.

Tatapannya tajam, kedua iris mata berwarna hitam indah itu kini seolah memiliki kesan yang sangat menyeramkan, menyimpan hasrat yang bisa saja menghabisi atau membunuh siapapun di hadapannya.

Mata masing-masing pelaku langsung terbelalak, terkejut dengan apa yang mereka lihat. Mereka seolah tidak menyangka akan berhadapan langsung dengan pemuda laki-laki itu. Tidak ingin melawan, mereka justru memilih untuk berlari dan mencoba untuk melarikan diri. Pergerakan mereka bertiga tidak mendapat respons dari pemuda laki-laki itu, yang justru terlihat tenang dan santai.

"Kalian mau ke mana? Buru-buru banget?" celetuk pemuda itu, bertanya dengan intonasi merendahkan ketiga orang pelaku. Namun mereka tidak peduli dengan apa yang ia katakan, dan terus berlari menjauhi lokasi kejadian.

Namun sayangnya langkah mereka terhenti karena dinding penghalang yang terbuat dari angin yang berhembus sangat kencang ke atas. Salah satu dari mereka ada yang nekat menerobos pembatas tersebut. Tetapi nahas, tubuh pelaku yang nekat menerobos itu langsung tergores dan membuatnya terpental hingga mengalami patah tulang ekor. Kedua tangannya yang sempat menyentuh pembatas angin terlebih dahulu harus mengalami luka yang sangat berat, bahkan ia harus kehilangan beberapa jemarinya.

"Percuma, jika kalian nekat menerobosnya, yang ada nyawa kalian akan melayang sia-sia," ucap pemuda laki-laki itu, terlihat seolah tidak memiliki belas kasih sama sekali, apalagi ketika berhadapan dengan pelaku tindak kejahatan.

"Ba-baik! Baik, kami menyerah! Tolong ampuni kami, Yang Mulia! Kami masih ingin hidup!" seketika mereka langsung berlutut dan tunduk tepat di hadapan pemuda laki-laki itu, dengan penuh penyesalan.

Melihat lawannya sudah mengibarkan bendera putih alias menyerah, pemuda itu pun melepas sihir pembatas angin yang ia ciptakan, dan membuat semua orang di luar pembatas dapat melihat serta masuk ke dalam lokasi kejadian. Para penjaga kerajaan langsung merespons, bergerak serentak masuk ke lokasi setelah pembatas dihilangkan, dan kemudian meringkus para pelaku. Tak lupa, mereka juga terlihat sempat menundukkan kepala mereka di hadapan pemuda laki-laki itu ketika berjalan melewatinya.

Kenan segera menghampiri pemuda tersebut dan kemudian berkata, "anda sungguh nekat! Sebisa mungkin jangan tinggalkan saya, jika terjadi sesuatu kepada anda, saya yang akan terkena hukuman."

Pemuda laki-laki itu tertawa kecil dan kemudian berbicara, "maaf, maaf, aku tadi sudah terlalu geram untuk hanya diam dan menonton."

Di tengah perbincangan mereka berdua, seorang pria dengan seragam petinggi Akademi Pedang dan Sihir Kerajaan Zephyra berjalan menghampiri keduanya, sebelum kemudian menatap tajam kepada pemuda laki-laki itu.

Melihat serta menyadari sosok pria terhormat itu, Kenan langsung menundukkan wajahnya dan menyapa, "selamat siang, Yang Mulia."

"Kau ... benar-benar nekat ...! Bagaimana jika terjadi sesuatu yang buruk padamu!" ucap pria itu, tegas kepada pemuda laki-laki.

Pemuda itu menundukkan pandangannya dan kemudian berkata, "maaf, habisnya ... kalian terlalu lama."

Pria itu kemudian tersenyum tipis, kemudian melangkah lebih dekat kepada pemuda itu, dan perlahan memeluknya sembari berkata, "syukurlah, yang penting dirimu baik-baik saja."

"Tetapi, Altezza, sebaiknya jangan tinggalkan Kenan, ya ...! Dia masih baru sebagai pengawalmu, kasihan jika kau seenaknya meninggalkannya," ucap pria itu, kemudian tersenyum dan sempat melirik ke arah Kenan, sebelum akhirnya kembali menatap ke arah pemuda laki-laki bernama Altezza di hadapannya.

"Ba-baik, Kak Welt," jawab Altezza, kemudian menghela napas.

Pria itu bernama Welt Zafran Zeeshan, usia 20 tahun, dan memiliki peran sebagai petinggi serta kepala sekolah dari Akademi Pedang dan Sihir Kerajaan Zephyra. Selain peran sebagai petinggi akademi, pria itu juga memiliki peran sebagai seorang kakak kandung dari Altezza.

"Oke, sekarang ... bagaimana caranya kita membereskan api itu ...?" cetus Welt, kemudian menoleh dan memandang ke arah api yang masih membara di tengah-tengah pembatas angin yang dibuat oleh Altezza.

Altezza tertawa kecil seolah tak bersalah. Namun laki-laki itu tidak memiliki ide yang buntu. Ia langsung berbicara menyampaikan idenya dengan berkata, "gunakanlah sihir air, dan akan ku gunakan angin ku agar terjadi reaksi elemen untuk memadamkan api itu ...!"

"Baiklah, mari kita bereskan!" sahut Welt, menarik pedang dari sarungnya yang bergelantungan di pinggangnya, dan kemudian menyelimuti pedang tersebut dengan sihir air yang ia kuasai. Sedangkan Altezza, ia bersiap dengan angin yang setia bersamanya.

Terpopuler

Comments

Penulis ku

Penulis ku

ada kalimat yang typo thor

2023-07-27

1

Yukity

Yukity

duh, kaget Thor...😬

2023-06-27

1

lanjutkann

2023-05-04

3

lihat semua
Episodes
1 Zephyra #1
2 Reaksi Elemen #2
3 Perpustakaan #3
4 Mencari Buku Cerita #4
5 Selesai Dari Perpustakaan #5
6 Angin yang Tajam #6
7 Sihir yang Menguras Energi #7
8 Pangeran Sejak Lahir #8
9 Salah Satu Kewajiban #9
10 Keberangkatan Tugas Dari Raja #10
11 Hutan Barat Perbukitan Pesisir #11
12 Disergap #12
13 Goa #13
14 Elang Putih #14
15 Impian Berkelana #15
16 Surat Perintah #16
17 Pasangan untuk Pesta #17
18 Shiro #18
19 Sesi Latihan Dansa #19
20 Potensi Sihir #20
21 Mengembalikan Buku #21
22 Basa-basi #22
23 Keputusanku Memilihmu #23
24 Bermain dengan Shiro #24
25 Menunggu yang Tidak Pasti #25
26 Yang Dinanti #26
27 Makan Malam Harmonis #27
28 Disambut Hangat #28
29 Dansa Pertama #29
30 Berkeliling Istana #30
31 Perpustakaan Istana #31
32 Ketakutan Terhadap Bangsawan #32
33 Berbincang Hangat #33
34 Laporan Tiba-tiba #34
35 Lokasi Kejadian #35
36 Terkepung #36
37 Sihir Tingkat Atas #37
38 Menetralkan Situasi #38
39 Aura Jahat Elang Hitam #39
40 Tamu Kerajaan Mulai Berdatangan #40
41 Tetaplah Di Dekat Ku #41
42 Aku Menyukaimu Malam Ini #42
43 Orang-orang Terhormat Berkumpul #43
44 Masalah yang Tidak Penting #44
45 Pengalaman yang Sangat Berharga #45
46 Kembang Api #46
47 Akademi Kerajaan Zephyra #47
48 Duel #48
49 Api Biru #49
50 Pengetahuan Dasar Sihir Angin #50
51 Guru Dadakan #51
52 Pusat Perbelanjaan Ibu Kota #52
53 Informasi Pendaftaran Petualang #53
54 Legenda Tua #54
55 Alasan? Tujuan? #55
56 Kristal Sihir #56
57 Kerajaan Zephyra Bersalju #57
58 Jalan-jalan Sejenak #58
59 Berbagai Benua #59
60 Cerita Dari Timur #60
61 Keputusan Berkelana #61
62 Cuti Tiba-tiba #62
63 Di Atas Salju #63
64 Pertama Kali Berkuda #64
65 Hari yang Indah #65
66 Berbicara Bersama Raja #66
67 Angin Bersuara #67
68 Busur Ajaib #68
69 Kekuatan Alam #69
70 Permata Berharga #70
71 Bola Salju #71
72 Welt Bertemu Shiro #72
73 Asal-usul Shiro? #73
74 Pertengahan Musim Dingin #74
75 Akhir Musim Dingin #75
76 Elf, Kurcaci, Manusia Setengah Binatang? #76
77 Akan Pergi? #77
78 Keberangkatan #78
79 Mystick #79
80 Sang Peri Angin #80
81 Desa Pertama, Blissville #81
82 Perusakan Ladang #82
83 Roh Angin #83
84 Proyek Pertambangan Terbengkalai #84
85 Pengirim Surat #85
86 Surat Balasan #86
87 Surat untuk Rumah #87
88 Pihak Kerajaan Datang #88
89 Melanjutkan Perjalanan #89
90 Putri Aurora #90
91 Dasar Iblis! #91
92 Seorang Bocah #92
93 Membantu Bocah Tersesat #93
94 Gereja Kecil Vesperin #94
95 Makan Siang Bersama #95
96 Aurora Melarikan Diri #96
97 Percobaan yang Gagal #97
98 Lanjut! #98
99 Si Pemilik Kekuatan #99
100 Aetheria #100
101 Bermalam Sebentar #101
102 Pertanda Buruk #102
103 Topik yang Sedang Hangat #103
104 Multi Tafsir #104
105 Jangan Khawatir #105
106 Menerjang Badai #106
107 Berusaha #107
108 Teman Baru #108
109 Aku Mati? #109
110 Tupai yang Berbicara #110
111 Kota Beladon #111
112 Pasar Raya #112
113 Kelompok Pengembara #113
114 Perbatasan Selatan Zephyra #114
115 Tujuan Kelompok #115
116 Berita Tersebar #116
117 Perbatasan Mutiara #117
118 Kegelapan Telah Datang #118
119 Perjalanan Kembali Berlanjut #119
120 Tiga Kerajaan, Keputusan Akhir #120
121 Teluk Mutiara #121
122 Arcadia #122
123 Belum Menerima Kabar? #123
124 Telinga Runcing, Ekor Kucing?! #124
125 Kau, Permata Alam!? #125
126 Buku Ramalan Arcadia #126
127 Makhluk Dari Neraka #127
128 Anjing Biru dari Neraka #128
129 Angin yang Membisu #129
130 Kawanan Anjing Berkepala Tiga #130
131 Pembasmian Hama #131
132 Pertarungan Cepat #132
133 Monster di Arcadia, Selesai #133
134 Ruru dan Aurora #134
135 Selatan Zephyra #135
136 Astaroth dan Asmodeus #136
137 Ibu Kota Neverley #137
138 Surat Telah Sampai #138
139 Pasukan Neverley #139
140 Malam yang Tenang #140
141 Isi Surat #141
142 Pertanda #142
143 Pasukan Kegelapan Telah Tiba #143
144 Telah Dimulai #144
145 Pertempuran Mutiara #145
146 Ekspedisi Gurun, Batal #146
147 Mematahkan Segel Kegelapan #147
148 Takluk #148
149 Kuil Berdoa #149
150 Mutiara Telah Jatuh #150
151 Keluar dari Benua Selatan #151
152 Prajurit Tambahan Asmodeus #152
153 Duel Langit #153
154 Penguasa Langit Zephyra#154
155 Situasi Darurat #155
156 Hasil Pertempuran Langit #156
157 Berita yang Sedang Panas #157
158 Jauh-jauh Dari Langit Hitam #158
159 Minim Informasi #159
160 Dipermainkan Alam #160
161 Petunjuk #161
162 Taktik Klise #162
163 Baltazhar Berubah Wujud #163
164 Pertemuan Tak Terduga #164
165 Pertempuran Langit Kedua #165
166 Baltazhar vs Altezza #166
167 Melawan Api Menggunakan Api #167
168 Ini Bukanlah Petualangan, Ini Perang #168
169 Perang Meletus #169
170 Runtuh #170
171 Terpukul Mundur #171
172 Fajar #172
173 Lautan Api #173
174 Pangeran Kedua Telah Kembali #174
175 Memahami Situasi #175
176 Gelombang Ketiga, Dimulai #176
177 Perang Belum Berakhir #177
178 Artefak Milik Ratu Zephyra #178
179 Kubah Emas Pelindung #179
180 Jangan Sentuh Istanaku! #180
181 Angin vs Api #181
182 Menguasai Lebih Dari Satu Elemen #182
183 Menciptakan Reaksi Angin dan Air #183
184 Kau Tidak Abadi, Aku Abadi! #184
185 Altezza vs Astaroth #185
186 Titik Kelemahan! #186
187 Keadaan yang Berbolak-balik #187
188 Sepasang Sayap Hitam Jatuh #188
189 Api, Air, Angin #189
190 Mati Langkah #190
191 Selamat Tinggal #191
192 Amorfati #192
193 Ini Bukanlah Takdir! #193
194 Saling Menggenggam #194
195 Harapan #195
196 Keturunan Asli Mystick #196
197 Menjenguk Permata Alam #197
198 Laporan Kehancuran dan Keputusan Raja #198
199 Alam Bawah Sadar #199
200 Hati #200
201 Kabar Baik Tersebar #201
202 Ungkapan #202
203 Ragu untuk Kembali? #203
204 Mungkin Dia Lebih Layak #204
205 Tentang Sihir Terlarang, Pembagian Nyawa #205
206 Kegoyahan Putra Mahkota #206
207 Saatnya Kembali #207
208 Aku Sudah Memutuskan! #208
209 Malam #209
210 Aurora dan Permata Alam #210
211 Karakter Si Bungsu #211
212 Selesaikan Apa Yang Harus Diselesaikan #212
213 Keberangkatan Utusan #213
214 Sudah Berjauhan #214
215 Bekas Pertempuran Selatan #215
216 Mengendalikan Cuaca #216
217 Danau Buatan Tercipta #217
218 Ketidakstabilan Benua Selatan #218
219 Menemui Penguasa Selatan #219
220 Menetralisir Kegelapan #220
221 Selesai (END) #221
222 | Chapter Bonus |
Episodes

Updated 222 Episodes

1
Zephyra #1
2
Reaksi Elemen #2
3
Perpustakaan #3
4
Mencari Buku Cerita #4
5
Selesai Dari Perpustakaan #5
6
Angin yang Tajam #6
7
Sihir yang Menguras Energi #7
8
Pangeran Sejak Lahir #8
9
Salah Satu Kewajiban #9
10
Keberangkatan Tugas Dari Raja #10
11
Hutan Barat Perbukitan Pesisir #11
12
Disergap #12
13
Goa #13
14
Elang Putih #14
15
Impian Berkelana #15
16
Surat Perintah #16
17
Pasangan untuk Pesta #17
18
Shiro #18
19
Sesi Latihan Dansa #19
20
Potensi Sihir #20
21
Mengembalikan Buku #21
22
Basa-basi #22
23
Keputusanku Memilihmu #23
24
Bermain dengan Shiro #24
25
Menunggu yang Tidak Pasti #25
26
Yang Dinanti #26
27
Makan Malam Harmonis #27
28
Disambut Hangat #28
29
Dansa Pertama #29
30
Berkeliling Istana #30
31
Perpustakaan Istana #31
32
Ketakutan Terhadap Bangsawan #32
33
Berbincang Hangat #33
34
Laporan Tiba-tiba #34
35
Lokasi Kejadian #35
36
Terkepung #36
37
Sihir Tingkat Atas #37
38
Menetralkan Situasi #38
39
Aura Jahat Elang Hitam #39
40
Tamu Kerajaan Mulai Berdatangan #40
41
Tetaplah Di Dekat Ku #41
42
Aku Menyukaimu Malam Ini #42
43
Orang-orang Terhormat Berkumpul #43
44
Masalah yang Tidak Penting #44
45
Pengalaman yang Sangat Berharga #45
46
Kembang Api #46
47
Akademi Kerajaan Zephyra #47
48
Duel #48
49
Api Biru #49
50
Pengetahuan Dasar Sihir Angin #50
51
Guru Dadakan #51
52
Pusat Perbelanjaan Ibu Kota #52
53
Informasi Pendaftaran Petualang #53
54
Legenda Tua #54
55
Alasan? Tujuan? #55
56
Kristal Sihir #56
57
Kerajaan Zephyra Bersalju #57
58
Jalan-jalan Sejenak #58
59
Berbagai Benua #59
60
Cerita Dari Timur #60
61
Keputusan Berkelana #61
62
Cuti Tiba-tiba #62
63
Di Atas Salju #63
64
Pertama Kali Berkuda #64
65
Hari yang Indah #65
66
Berbicara Bersama Raja #66
67
Angin Bersuara #67
68
Busur Ajaib #68
69
Kekuatan Alam #69
70
Permata Berharga #70
71
Bola Salju #71
72
Welt Bertemu Shiro #72
73
Asal-usul Shiro? #73
74
Pertengahan Musim Dingin #74
75
Akhir Musim Dingin #75
76
Elf, Kurcaci, Manusia Setengah Binatang? #76
77
Akan Pergi? #77
78
Keberangkatan #78
79
Mystick #79
80
Sang Peri Angin #80
81
Desa Pertama, Blissville #81
82
Perusakan Ladang #82
83
Roh Angin #83
84
Proyek Pertambangan Terbengkalai #84
85
Pengirim Surat #85
86
Surat Balasan #86
87
Surat untuk Rumah #87
88
Pihak Kerajaan Datang #88
89
Melanjutkan Perjalanan #89
90
Putri Aurora #90
91
Dasar Iblis! #91
92
Seorang Bocah #92
93
Membantu Bocah Tersesat #93
94
Gereja Kecil Vesperin #94
95
Makan Siang Bersama #95
96
Aurora Melarikan Diri #96
97
Percobaan yang Gagal #97
98
Lanjut! #98
99
Si Pemilik Kekuatan #99
100
Aetheria #100
101
Bermalam Sebentar #101
102
Pertanda Buruk #102
103
Topik yang Sedang Hangat #103
104
Multi Tafsir #104
105
Jangan Khawatir #105
106
Menerjang Badai #106
107
Berusaha #107
108
Teman Baru #108
109
Aku Mati? #109
110
Tupai yang Berbicara #110
111
Kota Beladon #111
112
Pasar Raya #112
113
Kelompok Pengembara #113
114
Perbatasan Selatan Zephyra #114
115
Tujuan Kelompok #115
116
Berita Tersebar #116
117
Perbatasan Mutiara #117
118
Kegelapan Telah Datang #118
119
Perjalanan Kembali Berlanjut #119
120
Tiga Kerajaan, Keputusan Akhir #120
121
Teluk Mutiara #121
122
Arcadia #122
123
Belum Menerima Kabar? #123
124
Telinga Runcing, Ekor Kucing?! #124
125
Kau, Permata Alam!? #125
126
Buku Ramalan Arcadia #126
127
Makhluk Dari Neraka #127
128
Anjing Biru dari Neraka #128
129
Angin yang Membisu #129
130
Kawanan Anjing Berkepala Tiga #130
131
Pembasmian Hama #131
132
Pertarungan Cepat #132
133
Monster di Arcadia, Selesai #133
134
Ruru dan Aurora #134
135
Selatan Zephyra #135
136
Astaroth dan Asmodeus #136
137
Ibu Kota Neverley #137
138
Surat Telah Sampai #138
139
Pasukan Neverley #139
140
Malam yang Tenang #140
141
Isi Surat #141
142
Pertanda #142
143
Pasukan Kegelapan Telah Tiba #143
144
Telah Dimulai #144
145
Pertempuran Mutiara #145
146
Ekspedisi Gurun, Batal #146
147
Mematahkan Segel Kegelapan #147
148
Takluk #148
149
Kuil Berdoa #149
150
Mutiara Telah Jatuh #150
151
Keluar dari Benua Selatan #151
152
Prajurit Tambahan Asmodeus #152
153
Duel Langit #153
154
Penguasa Langit Zephyra#154
155
Situasi Darurat #155
156
Hasil Pertempuran Langit #156
157
Berita yang Sedang Panas #157
158
Jauh-jauh Dari Langit Hitam #158
159
Minim Informasi #159
160
Dipermainkan Alam #160
161
Petunjuk #161
162
Taktik Klise #162
163
Baltazhar Berubah Wujud #163
164
Pertemuan Tak Terduga #164
165
Pertempuran Langit Kedua #165
166
Baltazhar vs Altezza #166
167
Melawan Api Menggunakan Api #167
168
Ini Bukanlah Petualangan, Ini Perang #168
169
Perang Meletus #169
170
Runtuh #170
171
Terpukul Mundur #171
172
Fajar #172
173
Lautan Api #173
174
Pangeran Kedua Telah Kembali #174
175
Memahami Situasi #175
176
Gelombang Ketiga, Dimulai #176
177
Perang Belum Berakhir #177
178
Artefak Milik Ratu Zephyra #178
179
Kubah Emas Pelindung #179
180
Jangan Sentuh Istanaku! #180
181
Angin vs Api #181
182
Menguasai Lebih Dari Satu Elemen #182
183
Menciptakan Reaksi Angin dan Air #183
184
Kau Tidak Abadi, Aku Abadi! #184
185
Altezza vs Astaroth #185
186
Titik Kelemahan! #186
187
Keadaan yang Berbolak-balik #187
188
Sepasang Sayap Hitam Jatuh #188
189
Api, Air, Angin #189
190
Mati Langkah #190
191
Selamat Tinggal #191
192
Amorfati #192
193
Ini Bukanlah Takdir! #193
194
Saling Menggenggam #194
195
Harapan #195
196
Keturunan Asli Mystick #196
197
Menjenguk Permata Alam #197
198
Laporan Kehancuran dan Keputusan Raja #198
199
Alam Bawah Sadar #199
200
Hati #200
201
Kabar Baik Tersebar #201
202
Ungkapan #202
203
Ragu untuk Kembali? #203
204
Mungkin Dia Lebih Layak #204
205
Tentang Sihir Terlarang, Pembagian Nyawa #205
206
Kegoyahan Putra Mahkota #206
207
Saatnya Kembali #207
208
Aku Sudah Memutuskan! #208
209
Malam #209
210
Aurora dan Permata Alam #210
211
Karakter Si Bungsu #211
212
Selesaikan Apa Yang Harus Diselesaikan #212
213
Keberangkatan Utusan #213
214
Sudah Berjauhan #214
215
Bekas Pertempuran Selatan #215
216
Mengendalikan Cuaca #216
217
Danau Buatan Tercipta #217
218
Ketidakstabilan Benua Selatan #218
219
Menemui Penguasa Selatan #219
220
Menetralisir Kegelapan #220
221
Selesai (END) #221
222
| Chapter Bonus |

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!