Matahari kembali terbit dari timur, membawa cahaya yang menyinari lembut setiap dataran di negeri yang sangat indah ini. Cuaca pagi hari yang sangat indah, cerah, diiringi dengan kicauan burung-burung di pagi hari. Kenan mengetuk pintu kamar milik Altezza, dan langsung mendapatkan jawaban, "masuk!" dari Altezza yang berada di dalam kamar.
Perlahan Kenan membuka pintu kamar tersebut, dan langsung mendapati pangerannya yang sudah rapi dengan seragam kesehariannya. Kondisi Altezza sepertinya sudah sangat membaik daripada kemarin malam, bahkan di pagi ini ia terlihat asyik membaca buku cerita yang ia pinjam dari perpustakaan di sebuah meja belajar.
"Bagaimana kondisi anda, Yang Mulia?" tanya Kenan, berdiri tepat di sebelah Altezza dengan seragam kesatria miliknya.
Dengan santainya Altezza menjawab, "jauh lebih baik daripada kemarin malam," kemudian menoleh kepada pengawal setianya dan bertanya, "apakah ada yang ingin kau sampaikan?"
Kenan mengangguk dan menjawab dengan segala hormat, "saya diutus oleh Yang Mulia Raja untuk memberitahu kepada anda agar segera bersiap menghadap kepada beliau."
Altezza mengangguk paham dengan perintah dari ayahnya, namun ia menanggapinya dengan santai dan berkata, "sampaikan kepadanya aku akan datang sepuluh menit kemudian ...!"
"Namun beliau ingin anda untuk segera menghadap sekarang juga," ucap Kenan.
"Kau cukup sampaikan apa yang ku katakan tadi, jika memang Yang Mulia Raja memiliki hati yang sabar, maka dia akan menunggu. Namun jika tidak, dia akan bergerak sendiri mendatangiku ke sini," ucap Altezza dengan intonasi serta sikap yang sangat santai dan tenang, kembali mengalihkan fokusnya pada buku cerita yang ia pinjam dari perpustakaan kemarin.
Kenan terlihat cukup bingung, dan ragu serta menyimpan sedikit ketakutan untuk menyampaikan hal tersebut kepada Sang Raja. Namun ia mengerjakan serta melakukan perintah dari tuannya, dan segera beranjak pergi dari kamar tersebut untuk menyampaikan pesan itu kepada Raja.
Pangeran muda itu terlihat melanjutkan kegiatannya, asyik dan serius sekali ketika membaca buku yang menceritakan perjalanan seorang pengembara tersebut. Banyak petualangan yang seru, tantangan, serta bertemu dan berkenalan dengan orang-orang baru di luar sana. Tak hanya itu, kebebasan juga dapat dimiliki oleh seorang pengembara, yang sudah dipastikan tidak akan hanya berdiam diri atau tinggal hanya di satu tempat. Menjadi seorang pengembara tentu adalah cita-cita dan impian banyak anak-anak di kerajaan, dan hal tersebut juga dirasakan serta dimiliki oleh Altezza sedari kecil. Namun tugas dan tanggung jawabnya sebagai seorang pangeran walaupun dirinya bukan anak pertama, tugas dan tanggung jawab tersebut tetap ada membebani pundaknya, dan membuatnya sulit untuk bisa mencapai cita-cita atau impian tersebut.
Pangeran muda itu tampaknya telah selesai membaca buku, hingga halaman pertengahan, sebelum kemudian ia menandai halaman terakhir yang ia baca, dan akhirnya menutup buku cerita tersebut. Tidak ingin segera beranjak, Altezza lebih memilih beranjak dari kursinya sejenak, dan berdiri tepat di depan jendela kamar yang amat besar. Pandangan Altezza memandangi suasana perkotaan kerajaan tercintanya, yang terlihat jelas dari kejauhan, terlebih letak dan posisi istananya berada sedikit di atas bukit kecil, sehingga dapat menyaksikan pemandangan seluruh kerajaan yang amat luas dari istana tersebut.
"Seandainya ... dunia tidak ada perang, kurasa ... dinding itu tidak akan dibangun untuk membatasi," gumam Altezza, melihat dinding atau benteng kerajaan yang tinggi menjulang, dan yang memiliki peran untuk membatasi serta melindungi masyarakat atau kehidupan di dalamnya dari berbagai ancaman luar.
Altezza menarik napas panjang, dan kemudian menghembuskannya secara perlahan. Ia membenarkan seragam formal pangeran yang ia kenakan, medali emas berbentuk seekor elang emas di saku kirinya, dan membenarkan dua buah pangkat berwarna emas yang ada di pundaknya. Pakaian berwarna putih itu adalah pakaian kedua setelah pakaian pertama kemarin ternodai oleh bercak darahnya sendiri.
Pemuda laki-laki itu berkaca pada sebuah kaca yang menempel pada salah satu pintu lemari besarnya, dan menyaksikan dirinya sendiri pada pantulan cermin tersebut. Tubuh yang tinggi tetapi juga tidak terlalu tinggi, parasnya yang tampan menurun dari ayahnya, kedua bola mata indah dengan iris berwarna hitam pekat yang juga menurun dari ayahnya, beserta rambut hitam pekat yang juga menurun dari ayahnya. Hampir semua menurun dari gen ayahnya, kecuali hidung dan kedua telinganya yang lebih mirip dengan ibunya, tidak terlalu mancung namun juga tidak pesek, sempurna, begitu pula dengan kedua daun telinganya, sempurna.
Altezza terlihat sangat cocok dengan seragam formal yang dipakainya, aura kewibawaannya sangat terasa, terlebih seiring dengan ketampanan yang dimilikinya dari lahir. Ia terlihat sempurna, tidak heran jika laki-laki itu sangat disukai oleh banyak masyarakat, terutama dari kalangan para wanita atau gadis.
"Aku tidak meminta, namun aku dilahirkan sebagai seorang pangeran kedua kerajaan ini. Jujur saja aku sangat bersyukur dengan kehidupan yang nyaman ini," ujar Altezza, berbicara dengan sendirinya, dan lagi-lagi ketika ia berbicara sendiri, sebuah angin berhembus lembut masuk ke dalam kamar melalui celah-celah kecil, dan berakhir dengan mengelilingi tubuhnya. Tampaknya memang kesukaan dari angin tersebut untuk dekat dan berkeliling di tubuh Altezza ketika sedang diajak bicara oleh tuannya yaitu Altezza sendiri.
Altezza dibuat tertawa kecil dengan sendirinya, seolah mendengar tanggapan atau jawaban dari angin yang terlihat dapat berkomunikasi dengan baik, meskipun belum diketahui seperti apa bahasanya. Angin itu hanya berhembus lembut, berputar beberapa kali mengelilingi tubuhnya, dan berakhir pada salah satu telapak tangannya ketika sedikit terangkat.
"Iya, sepertinya akan sangat sulit untuk mendapat restu dari ayah, jika dari ibu ... kurasa dia dapat mengerti keinginan putranya," ucap Altezza, berbicara dengan sendirinya sembari menatap dirinya sendiri di depan cermin.
Untuk yang kedua kalinya, angin itu berhembus kembali mengelilingi tubuhnya, merespons apa yang diucapkan oleh tuannya baru saja, "aku tahu kau pasti akan merestui keputusanku, dan kau pasti akan ikut bersamaku. Namun aku tidak tahu bagaimana kedepannya, seperti apa tanggapan masyarakat saat mengetahuinya, apa saja asumsi publik kerajaan ini mengenai kepergian pangeran keduanya untuk berkelana, seperti apa kata-kata yang akan terucap dari mulut ayah kepadaku, dan masih ada beberapa lagi," ucap Altezza, seolah sedang mencurahkan apa yang sedang mengganjal dalam benaknya.
Altezza kemudian tersenyum tipis seolah mendengar atau mengetahui apa yang angin katakan kepadanya, sebelum akhirnya kembali berbicara, "ya, kau benar, pewaris tahta kerajaan ini bukanlah diriku, karena ada Welt yang memiliki kedudukan di atasku, karena dia kakakku. Namun tanggung jawab serta kewajiban ku tetap masih ada, karena aku telah dilahirkan untuk mengemban gelar ini, dan aku harus menjalaninya."
Tok ... Tok ... Tok ...!
Angin langsung berhembus keluar dari kamar melalui celah-celah kecil, dan menghilang meninggalkan Altezza seorang diri setelah mendengar suara ketukan pintu. Perbincangan mereka berdua terhenti dan berakhir saat itu juga. Altezza segera melangkah menuju pintu kamar, dan kemudian membukanya.
"Maaf, Yang Mulia. Saya diperintah oleh Baginda Raja untuk segera membawa anda ke hadapannya," ucap seorang kesatria yang rupanya adalah Kenan, tak lupa ia berbicara dengan segala hormat kepada tuannya.
"Baik, aku juga sudah siap," sahut Altezza, dengan sikap tenang dan santai seperti biasanya, sebelum kemudian beranjak pergi bersama dengan Kenan melalui lorong lantai dua istana. Ia tidak tahu dan tidak diberitahu apa maksud dan tujuan dari Raja atau Ayahnya memanggil serta menyuruh dirinya segera menghadap kepada beliau. Namun Altezza tidak ingin banyak bicara dan berkomentar, dan lebih mematuhi serta mengikuti alurnya saja, sekaligus untuk mengetahui maksud dan tujuannya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 222 Episodes
Comments
Wineta
bisa²nya santai gitu walau dipanggil Raja🙈
2023-05-10
3
read
enggak salah jga sih yg Altezza cemasin
2023-05-10
4
Taki
dipanggil Raja utk apa ya? 🤔
lanjut Thor!
2023-05-09
6