Kisah Pengembara Angin
Dunia yang begitu indah, dengan hamparan hijau yang amat luas, hutan-hutan yang subur, dan sungai-sungai yang mengalir di bawahnya dengan air jernih serta menyegarkan. Pegunungan di mana-mana, serta danau dan banyak sekali bioma yang bermacam-macam. Dunia yang sangat luas, tak semua tempat dan wilayah terjamah oleh manusia. Masih lestari dengan alam yang begitu indah serta berbagai macam satwa yang hidup di dalamnya.
Di balik luasnya dunia, terdapat banyak sekali keajaiban serta rahasia yang tidak banyak manusia ketahui. Manusia adalah salah satu makhluk hidup yang memiliki kurang lebih dua puluh satu sifat, salah satunya adalah sifat tamak yang menjadi sumber perusak segalanya. Namun di dunia yang penuh dengan keajaiban serta kerahasiaan ini, rupanya tak hanya manusia yang hidup di atas muka bumi ini.
Dunia ini adalah tempat yang sangat luas, bahkan hingga terbagi-bagi menjadi berbagai bangsa dan benua. Tak hanya bangsa manusia, di dunia yang penuh dengan kehidupan ini juga hidup bangsa lain selain manusia, tentu dengan sifat-sifat yang menjadi khas mereka serta berbagai keajaiban yang ada di baliknya.
Di tengah hamparan pasir yang sangat luas, tidak ada air, dan tidak ada sumber kehidupan. Terlihat sekelompok orang tengah melakukan perjalanan mereka dari suatu negeri menuju ke negeri lain dengan menaiki unta-unta yang mereka bawa. Rasa lapar tidaklah terlalu terasa, namun tenggorokan kering dan rasa haus seakan-akan ingin membunuh mereka.
Beberapa dari mereka hampir tumbang di tengah perjalanan, ditambah dengan persediaan air yang semakin menipis. Namun mereka terus melanjutkan perjalanan, karena tidak ada pilihan lain dan sudah berada di tengah-tengah hamparan pasir yang sangat luas seolah menandingi luasnya lautan. Langkah demi langkah mereka mendaki salah satu bukit pasir, dan terus melakukan perjalanan ke arah Timur.
Di kala mereka mendaki sebuah bukit pasir tersebut, salah satu pemuda laki-laki dari mereka yang telah berada di puncak bukit tiba-tiba saja berteriak, "air! Aku melihat danau di sana!"
Seorang pria dewasa melangkah mendekatinya, dan melihat ke arah yang sama. Kedua matanya juga melihat apa yang dilihat oleh pemuda itu. Dari kejauhan terlihat seperti oasis yang amat menyegarkan serta menyejukkan. Di sana terdapat sebuah danau dengan air yang bersih dan jernih, di sekitar danau tersebut dikelilingi oleh rerumputan serta pepohonan rindang yang terlihat sangat menyegarkan dan cocok untuk digunakan sebagai tempat peristirahatan.
Namun pria dewasa tersebut tidak terlalu percaya dengan apa yang ia lihat, "apakah mungkin yang kita lihat adalah fatamorgana?" ucapnya bertanya-tanya sendiri.
"Sebaiknya kita mendekat dan memeriksanya secara langsung!" seru pemuda laki-laki itu, kemudian berlari menuruni bukit menuju ke oasis yang terlihat menakjubkan serta menggoda untuk didekati.
"Tu-tunggu! Bisa berbahaya jika sembarangan mendekati sesuatu yang tidak kita ketahui!" teriak pria dewasa itu, namun perkataannya tidak dihiraukan oleh pemuda tersebut.
Merasa tidak ada pilihan lain, pria tersebut pun memimpin kelompoknya yang terdiri dari tiga orang pria dewasa dan dua orang pemuda laki-laki itu untuk berjalan menuju ke oasis yang terlihat. Tak hanya dirinya yang melihat oasis tersebut, rekan-rekan regunya juga melihat hal yang sama. Hal itu tentu semakin melemahkan dugaannya yang mencurigai bahwa oasis yang ia lihat hanyalah ilusi atau fatamorgana.
Sekelompok pengembara itu melanjutkan perjalanan menuju oasis yang mereka lihat. Semakin mendekat, oasis itu semakin jelas terlihat, bahkan membesar. Hal itu meyakinkan mereka bahwa oasis itu asli. Pemuda laki-laki yang di awal melihatnya merasa sangat senang, bahkan ia tinggal beberapa langkah lagi untuk bisa menginjak rerumputan oasis yang tampak menyegarkan dengan warna hijaunya.
"Ini benar oasis!! Ini bukanlah ilusi!" teriak pemuda itu berseru kegirangan, dan langsung berlari ke arah sumber air yang menyegarkan dengan niat ingin meminumnya.
Tak hanya pemuda laki-laki itu, tetapi sekelompok pengembara yang ikut di belakangnya juga terlihat sangat senang dan bersyukur menemukan sumber air. Mereka langsung turun dari unta-unta yang mereka kendarai, dan kemudian berlarian menuju ke danau dengan air yang tenang dan sangat jernih menyegarkan. Beberapa dari mereka juga tidak lupa untuk membawa tempat minum mereka untuk diisi ulang oleh air sebagai perbekalan.
Ketika beberapa dari mereka telah meminum serta melakukan isi ulang persediaan air minum mereka. Sesuatu yang aneh pun tiba-tiba saja terjadi dengan danau tersebut. Air danau yang sebelumnya tenang, tiba-tiba beriak dan menimbulkan gelombang seperti ada yang bergerak-gerak di dalamnya. Melihat keanehan yang terjadi, tentu membuat sekelompok pengembara itu ketakutan dan langsung menjauh dari danau.
Air danau semakin tidak bisa tenang, bahkan hingga tumpah ruah membasahi rerumputan di sekitarnya, dan warna dari air tersebut perlahan berubah menghitam. Suara gemuruh juga terdengar dan berasal dari dalam danau. Dalam waktu yang sangat singkat, tiba-tiba saja makhluk besar yang sangat mirip seperti ular naga dengan sisik berwarna ungu kegelapan muncul dari dalam danau. Makhluk itu menatap ke arah sekelompok pengembara yang mengambil serta meminum air danau, dan seketika keanehan berikutnya pun terjadi.
"ARGHHH ...!!!!"
Sekelompok pengembara yang meminum air danau tersebut tiba-tiba saja ambruk dan mual-mual mengeluarkan cairan berwarna merah darah. Kulit mereka perlahan berubah menjadi sisik-sisik berwarna gelap dan kelam, serta masing-masing mata mereka seketika berubah menjadi warna merah dengan iris seperti mata ular.
Sakit, pedih, mungkin itu yang dirasakan oleh mereka. Mereka tak henti-hentinya berteriak, merintih kesakitan, dan meminta tolong. Namun tidak ada satupun yang dapat mendengar rintihan, teriakan, serta permintaan tolong mereka.
Makhluk besar yang terlihat seperti naga namun berbentuk ular itu hanya diam menatap sekelompok manusia yang sedang kesakitan itu. Tatapan mata berwarna biru muda terus memancarkan cahaya. Semakin cahaya itu bersinar, semakin sakit yang diderita oleh orang-orang itu, hingga rintihan serta suara mereka tidak terdengar lagi. Tubuh-tubuh mereka terlihat sudah lemas, tersungkur, dan tergeletak tidak bergerak sama sekali. Banyak darah yang mengalir keluar dari setiap lubang yang ada pada tubuh manusia-manusia itu.
Setelah orang-orang itu tergeletak dan tersungkur tak bernyawa. Makhluk besar itu perlahan keluar dari tengah danau, mendekati serta melingkari jasad orang-orang itu, dan kemudian dengan perlahan membawanya serta menyeretnya untuk masuk ke dalam danau.
Situasi oasis yang sebelumnya sangat kacau, perlahan kembali tenang kembali. Darah-darah yang sempat berceceran di rerumputan, perlahan luntur dan menghilang karena percikan air yang tercipta akibat makhluk itu berenang dan kembali ke dalam danau. Ketika semuanya kembali tenang, danau tersebut juga kembali dengan ketenangannya serta daya tariknya yang sangat menggoda siapapun yang lewat. Air yang sebelumnya berwarna hitam, kini secara cepat berubah jernih dan menyegarkan kembali.
***
Di sebuah negeri yang begitu indah dan subur serta amat luas, memiliki hamparan hijau yang luas, hutan-hutan, pegunungan, serta wilayah pesisir. Negeri tersebut bernama Negeri Zephyra, berada di bawah kekuasaan Kerajaan Zephyra yang dipimpin oleh seorang Raja bernama Aiden Zuhair Zufar, seorang pria tampan berambut hitam pekat, dan Ratu bernama Caitlyn Zemira Zanitha, wanita cantik dengan rambut berwarna cokelat muda.
Kerajaan yang begitu makmur dan damai, dengan rakyat yang terlihat sangat bahagia di setiap harinya. Sangat jarang sekali terlihat adanya gelandangan atau rakyat miskin, hampir semuanya yang hidup di negeri ini berkecukupan, apalagi dalam masa periode Raja Aiden memimpin kerajaan. Semuanya dikelola dengan sangat baik.
Seorang pemuda laki-laki terlihat sedang menghabiskan waktunya seperti biasa, untuk berjalan-jalan menikmati suasana kota. Dengan pakaian sederhana dan santai, baju berwarna krem dan sebuah jubah berwarna cokelat, celana panjang berwarna cokelat tua serta sebuah sabuk dan sarung pedang yang bergelantung di pinggangnya. Ya, hanya sarung pedangnya saja, tidak ada pedang alias ia tidak membawanya.
Laki-laki tersebut terlihat berjalan dan mulai memasuki area pasar, area yang menjadi pusat perdagangan di kerajaan ini. Ketika berjalan-jalan di area tersebut, pemuda itu terlihat menutupi kepalanya dengan sebuah tudung yang melekat menjadi satu dengan jubah yang ia kenakan, menutupi rambut pendek berwarna hitam pekatnya.
Suasana pasar yang sangat amat ramai, terjadi berbagai transaksi di wilayah tersebut. Suara-suara para pedagang yang menawarkan barang dagangannya, dan para pembeli yang melakukan negosiasi harga dengan pedagang. Terlihat juga tidak hanya pedagang di negeri tersebut yang terlihat sedang menawarkan barang dagangannya, namun juga terpantau banyak pedagang yang datang dari luar negeri, tentu setelah melewati berbagai ketentuan untuk mereka dapat melakukan perdagangan di dalam area kerajaan.
Beberapa langkah membawanya kepada seorang pedagang yang terlihat menjual buah-buahan. Buah-buah itu terlihat sangat segar, ada apel, jeruk, pear, dan masih banyak lagi.
"Selamat datang, silakan!" ucap pria yang menjual buah-buahan itu dengan sangat ramah menyambut calon pembelinya.
"Apel ini harganya berapa?" tanya pemuda itu dengan mata yang tidak terlalu terlihat karena tertutup tudung jubah yang ia pakai. Laki-laki itu menunjuk ke arah keranjang yang berisikan banyak sekali apel berwarna merah segar, di sebelahnya juga ada keranjang apel namun dengan warna hijau segar.
"Satu buah cukup dua koin perunggu," jawab pedagang itu.
"Baiklah, saya beli satu ...!" ucap pemuda tersebut, kemudian transaksi pun ia lakukan, membayar harga untuk satu buah apel berwarna merah yang ia pilih.
Setelah transaksi tersebut, dan satu buah apel kini berada di tangannya. Pemuda itu melanjutkan berjalannya. Beberapa kali ia melihat banyak penjaga kerajaan yang sedang melakukan patroli, beberapa kali juga ia terlihat terpaksa harus berpapasan dengan mereka. Namun dirinya merasa beruntung karena para penjaga itu tidak begitu memperhatikannya, dan wajahnya juga tidak terlalu terlihat.
"Merepotkan," gumam pemuda itu, berjalan mengarah ke salah satu bagian dinding kerajaan, dan kemudian naik ke sebuah menara yang ada pada dinding yang tinggi itu.
Di atas menara tersebut, si pemuda laki-laki berdiri dan bersandar pada salah satu pilar sembari memandang ke arah pemandangan luar dinding dengan menikmati manisnya apel yang ia beli dari pedagang itu.
Angin di siang hari tiba-tiba saja bertiup kencang nan lembut, menghempas tudung yang dikenakan oleh si pemuda laki-laki, sehingga membuat rambutnya yang berwarna hitam menari-nari tertiup angin.
Kedua iris mata yang berwarna hitam pekat sama seperti warna rambutnya itu terus memandangi setiap hamparan hijau serta hutan-hutan yang terlihat luas dan jauh. Beberapa kali ia menghela napas, beberapa kali juga angin menerpanya, hanya dirinya serta di sekitarnya. Angin yang bertiup lembut itu seolah tidak ingin beranjak jauh-jauh dari tempat pemuda itu berada.
Pemuda itu tiba-tiba saja tertawa kecil dan berkata, "kira-kira ada apa saja di luar sana, ya? Apakah kau mengetahuinya? Aku yakin kau telah menjelajahi berbagai tempat di luar sana, 'kan!" ucapnya berbicara dengan sendirinya.
Sesaat setelah berbicara, angin kembali bertiup lembut mengelilingi tubuhnya, seolah memberikan respons dan jawaban dari pertanyaan-pertanyaan pemuda itu.
Pemuda itu tersenyum dan berkata, "terkadang ... aku merasa ingin sepertimu, bisa berhembus dan terbang dengan kebebasan untuk menjelajahi berbagai tempat di luar sana."
Angin kembali bertiup lembut hingga membuat salah satu tangannya sedikit tertarik dan terangkat. Lagi-lagi seolah angin di sekitarnya dapat mengetahui serta berbicara dengan pemuda itu.
Pemuda itu kembali tertawa dan kemudian berkata, "bukan terbang secara harafiah, jika secara harafiah aku tahu kau dapat membawaku terbang dengan mudah. Tetapi yang ku maksud adalah kebebasan itu."
"Tak selamanya memiliki hak istimewa itu menyenangkan," lanjutnya dengan intonasi yang terdengar cukup rendah dan pelan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 222 Episodes
Comments
Muhamad Saefulloh
aku tidak bisa melihat angin yqng mengelilinginya, gimana dong?
2023-09-13
1
Muhamad Saefulloh
buah tomat ada?🗿
2023-09-13
1
Yukity
kutukan bukan ya?
2023-06-27
2