Angin yang Tajam #6

Altezza terlihat terburu-buru, bergegas menuju ke sebuah balkon yang biasa menjadi tempat santai berkumpulnya keluarga istana di lantai dua. Ia membuka pintu keramik yang berukuran sama besarnya dengan pintu aula utama di lantai satu, dan langsung berada di balkon istana tersebut.

Suasana malam yang dingin, gelap, sunyi. Tidak ada suara apapun kecuali suara hembusan angin malam yang cukup kencang, hingga membuat baju formalnya berkibar-kibar, begitu pula dengan rambut hitamnya yang berhasil dibuat menari-nari akibat hembusan angin yang cukup kencang.

Laki-laki itu menoleh ke sana dan ke mari, tidak melihat siapapun di tempat tersebut, terlebih ketika ia memeriksa serta memandang ke arah jendela kamar milik Welt dan Clara yang tertutup rapat ditambah dengan tirai putih dan tanpa cahaya dari dalam. Sepertinya mereka berdua sudah benar-benar beristirahat.

"Apa kau benar-benar serius? Tiga orang?!" lagi-lagi Altezza berbicara sendiri, dengan angin lembut yang berhembus mengelilingi tubuhnya.

SET ... SET ... SET ...!!!

Apa yang menjadi pertanyaannya rupanya adalah kenyataan, dan langsung dapat ia saksikan di depan matanya. Dalam waktu bersamaan dan sangat cepat, tiga orang pria tiba-tiba saja datang dan muncul di hadapannya. Pakaian mereka serba hitam, bahkan mereka juga menutupi identitas mereka dengan memakai penutup wajah dan kepala.

"Keberadaan mereka sulit untuk disadari, bahkan aku tidak mendengar pergerakan mereka dari mana. Jika saja tanpa kesetiaan angin, kurasa aku bisa terbunuh secara tiba-tiba oleh mereka," batin Altezza, ketika mendapati ketiga orang pria itu berada di hadapannya.

"Ini tidak sesuai dengan rencana, mengapa dia yang ada di hadapan kita?" cetus salah satu dari mereka terlihat bingung dengan kehadiran Altezza yang seolah sudah tahu dan siap dengan kedatangan mereka.

"Namun meski begitu, kita akan menciptakan keseruan jika pangeran kedua turut terbunuh dalam rencana kita," sahut pria kedua dan kemudian langsung mengeluarkan dua buah belati dari belakang punggungnya.

Mereka berbicara hal yang tidak dimengerti oleh Altezza, yang jelas dirinya memahami bahwa mereka datang dengan niat jahat, bahkan sampai ada kata-kata "membunuh" yang keluar dari salah satu mulut mereka. Apalagi melihat mereka membawa senjata tajam, dan menghunuskan senjata-senjata tersebut ke arah Altezza.

Tidak terlihat adanya ketakutan sama sekali, justru Altezza malah tertawa kecil dan kemudian berkata, "wah, wah ...! Kalian hebat juga, bisa menembus penjagaan istana, ya ...?"

"Apakah kalian tidak ingin bertarung secara adil? Aku tidak membawa senjata tajam sama sekali, loh! Kalian boleh menyerang ku langsung bertiga, namun kita sama-sama menggunakan tangan kosong," lanjutnya dengan santai dan tenang berbicara seperti itu kepada tiga orang pria itu, bahkan mungkin dengan intonasi serta sikap bicara yang terkesan merendahkan serta meremehkan mereka.

"Tidak usah banyak bicara, aku akan merobek dan membuat mu tidak dapat berbicara lagi!" sahut pria ketiga, terlihat benar-benar kesal dan marah setelah Altezza selesai berbicara.

Melihat amarah serta emosi yang sudah mulai terpancing itu, membuat Altezza menyeringai tipis ketika melihatnya. Rupanya kata-katanya berhasil memancing amarah serta emosi mereka, "baiklah, silakan serang aku sebisa kalian! Kita lihat apakah kemampuan kalian dapat membuatku tergores atau tidak," ucapnya.

Laki-laki yang masih menggunakan seragam formal pangerannya itu langsung menundukkan kepalanya, dan kemudian berbicara, "berhembuslah dengan lembut ke seluruh istana, beritahu semua penjaga, terutama Kenan!" ucapnya dengan intonasi terdengar sungguh rendah dan sedikit berbisik, tidak dapat didengar oleh ketiga orang itu.

"Hei, sedang berbisik kepada siapa kau, dasar pangeran aneh!" bentak salah satu dari ketiga pria itu.

Tatapan Altezza kembali terangkat, menatap tajam dan serius ketiga orang itu. Posisinya saat ini sedang tidak membawa pedangnya, hanya tangan kosong, dan kemampuan sihir yang ia miliki. Tidak ada senjata, dan tidak ada benda-benda di sekitar yang dapat dijadikan sebagai alat pembelaan diri. Namun hal itu tetap tidak membuat sosok pangeran bungsu itu bingung atau takut, justru terlihat adanya hasrat ketertarikan untuk mencoba sesuatu dari kedua iris mata hitam pekatnya.

***

Kenan terlihat sedang bersantai, ditambah ia menikmati hobinya sedari kecil yaitu berpedang. Halaman belakang istana adalah tempat yang sangat luas, dan terbagi menjadi beberapa bagian karena saking luasnya. Ada taman, ada kolam, ada juga lapangan yang sangat luas untuk dijadikan sebagai tempat latihan baik berlatih pedang ataupun sihir.

Ketika Kenan hendak mengayunkan pedangnya ke sebuah boneka kayu tiruan yang siap ia tebas di hadapannya. Tiba-tiba saja niatnya harus terhenti karena angin yang tiba-tiba bertiup cukup lebat, namun memiliki kesan serta perasaan yang sungguh lembut. Seketika laki-laki itu menoleh dan menatap ke arah istana dengan hati yang bertanya-tanya, "aku mengenal angin ini, mengapa Yang Mulia menggunakan sihir di kamarnya? Apalagi dengan skala yang sangat luas, dan sudah pasti dapat dirasakan oleh seluruh orang di istana."

Kenan kembali menyarungkan pedang miliknya, dengan pandangan yang seolah masih tak bisa lepas dari bangunan megah yang disebut sebagai istana itu. Ada perasaan yang aneh dalam hatinya, apalagi ketika merasakan hembusan angin yang begitu lembut namun terus-menerus tanpa henti seolah memanggil-manggil dirinya.

"Kurasa ... sebaiknya aku memeriksanya," gumam Kenan, langsung bergegas kembali ke dalam istana, dan berniat untuk segera menuju ke kamar milik sang pangeran kedua.

Dengan langkah cepat dan sigap, karena perasaan yang tidak menentu serta membuatnya cukup gelisah. Kenan kembali memasuki aula utama, dan di sana dirinya melihat Yang Mulia Raja dan Ratu yang juga terlihat kebingungan. Tak hanya kedua orang yang paling dihormati itu, namun di aula utama juga terdapat beberapa penjaga yang sepertinya juga tergerakkan oleh angin yang barusan berhembus. Seluruh orang di istana sudah mengetahui siapa yang dapat mengendalikan perasaan serta kelembutan angin dengan begitu gemulai, selain sang pangeran kedua tidak ada lagi di negeri ini.

"Kenan, di mana Altezza? Apakah dia tidak bersamamu?" tanya Ratu Caitlyn secara spontan ketika melihat sosok Kenan di aula tersebut.

Dengan jujur serta segala hormat Kenan menjawab, "tidak, Yang Mulia. Beliau sudah memerintahkan saya untuk beristirahat beberapa menit yang lalu."

"Sebaiknya kita periksa di kamarnya, angin ini bukanlah sekedar angin biasa," cetus Raja Aiden, dan kemudian langsung bergegas dengan para penjaga sekaligus Kenan untuk langsung menuju ke lantai dua istana.

***

WUUSSHHH ...!!!

Sebuah angin langsung bertiup sangat kencang dan dapat membuat apapun disekitarnya beterbangan, bersamaan dengan ketiga orang itu yang tiba-tiba saja bergerak maju dengan kecepatan yang sungguh cepat layaknya bayangan. Sulit untuk dilihat secara kasat mata, namun tidak sulit bagi angin untuk mendeteksi serta memindai setiap pergerakan mereka.

Sebuah belati tajam melayang mengarah ke Altezza dengan sangat cepat. Namun beruntungnya belati tersebut tidak dapat menembus penghalang angin yang ia ciptakan untuk melindungi dirinya sendiri. Merasa tidak ingin didesak, laki-laki yang masih mengenakan seragam formal kerajaan itu pun mulai melancarkan serangannya.

Tanpa menggunakan rapalan, angin besar tiba-tiba saja tercipta dan berputar hebat layaknya angin topan di atas balkon tersebut, dan berhasil membuat ketiga orang asing itu kewalahan. Meskipun mereka tidak ikut terbang terbawa angin, namun mereka mendapatkan beberapa luka gores yang tampaknya cukup dalam, dan luka-luka tersebut diakibatkan oleh terpaan angin yang begitu kencang, bahkan semakin mengganas seiring dengan memuncaknya emosi yang dimiliki oleh Altezza.

Tidak menyerah, dan tidak ingin kalah. Tiga orang pembunuh itu terus melancarkan serangan mereka, bahkan mereka juga menggunakan sihir yang sangat berbeda. Tubuh mereka dilapisi oleh bayang-bayang hitam pekat, dan pergerakan mereka semakin cepat, begitupula dengan setiap serangan yang mereka lancarkan menggunakan senjata tajam yang mereka bawa.

"Maaf, jika seperti ini terus, terpaksa aku harus melakukannya," cetus Altezza secara tiba-tiba meminta maaf.

Sesaat setelah laki-laki itu berbicara demikian, angin yang terus berputar kencang dan mengganas itu seketika berubah menjadi layaknya tombak yang dapat menusuk apapun di sekitarnya. Terpaan angin yang semakin kencang itu juga semakin membuatnya tajam.

"Celaka!"

"Mundur!!"

"Arghh!"

Salah satu dari mereka tidak sigap dengan apa yang tiba-tiba saja terjadi, dan semuanya terjadi sangat cepat. Seorang pria tertusuk oleh angin yang diciptakan oleh Altezza, sedangkan dua yang lain langsung mundur dan melarikan diri dalam keadaan luka parah, darah terus keluar dari beberapa luka robek yang mereka derita.

"Altezza! Altezza, cukup!"

Terpopuler

Comments

Irma Kirana

Irma Kirana

1 vote dan 2 bunga untukmu kak 😍😍

2023-06-24

1

Wineta

Wineta

yah 2 kabur padahal cuma lawan Altezza seorang, ninggalin temennya pula, parah banget🙂

2023-05-07

2

Nana

Nana

aku suka pas bagian Altezza berbisik ke angin miliknya buat cari bantuan😍

2023-05-07

2

lihat semua
Episodes
1 Zephyra #1
2 Reaksi Elemen #2
3 Perpustakaan #3
4 Mencari Buku Cerita #4
5 Selesai Dari Perpustakaan #5
6 Angin yang Tajam #6
7 Sihir yang Menguras Energi #7
8 Pangeran Sejak Lahir #8
9 Salah Satu Kewajiban #9
10 Keberangkatan Tugas Dari Raja #10
11 Hutan Barat Perbukitan Pesisir #11
12 Disergap #12
13 Goa #13
14 Elang Putih #14
15 Impian Berkelana #15
16 Surat Perintah #16
17 Pasangan untuk Pesta #17
18 Shiro #18
19 Sesi Latihan Dansa #19
20 Potensi Sihir #20
21 Mengembalikan Buku #21
22 Basa-basi #22
23 Keputusanku Memilihmu #23
24 Bermain dengan Shiro #24
25 Menunggu yang Tidak Pasti #25
26 Yang Dinanti #26
27 Makan Malam Harmonis #27
28 Disambut Hangat #28
29 Dansa Pertama #29
30 Berkeliling Istana #30
31 Perpustakaan Istana #31
32 Ketakutan Terhadap Bangsawan #32
33 Berbincang Hangat #33
34 Laporan Tiba-tiba #34
35 Lokasi Kejadian #35
36 Terkepung #36
37 Sihir Tingkat Atas #37
38 Menetralkan Situasi #38
39 Aura Jahat Elang Hitam #39
40 Tamu Kerajaan Mulai Berdatangan #40
41 Tetaplah Di Dekat Ku #41
42 Aku Menyukaimu Malam Ini #42
43 Orang-orang Terhormat Berkumpul #43
44 Masalah yang Tidak Penting #44
45 Pengalaman yang Sangat Berharga #45
46 Kembang Api #46
47 Akademi Kerajaan Zephyra #47
48 Duel #48
49 Api Biru #49
50 Pengetahuan Dasar Sihir Angin #50
51 Guru Dadakan #51
52 Pusat Perbelanjaan Ibu Kota #52
53 Informasi Pendaftaran Petualang #53
54 Legenda Tua #54
55 Alasan? Tujuan? #55
56 Kristal Sihir #56
57 Kerajaan Zephyra Bersalju #57
58 Jalan-jalan Sejenak #58
59 Berbagai Benua #59
60 Cerita Dari Timur #60
61 Keputusan Berkelana #61
62 Cuti Tiba-tiba #62
63 Di Atas Salju #63
64 Pertama Kali Berkuda #64
65 Hari yang Indah #65
66 Berbicara Bersama Raja #66
67 Angin Bersuara #67
68 Busur Ajaib #68
69 Kekuatan Alam #69
70 Permata Berharga #70
71 Bola Salju #71
72 Welt Bertemu Shiro #72
73 Asal-usul Shiro? #73
74 Pertengahan Musim Dingin #74
75 Akhir Musim Dingin #75
76 Elf, Kurcaci, Manusia Setengah Binatang? #76
77 Akan Pergi? #77
78 Keberangkatan #78
79 Mystick #79
80 Sang Peri Angin #80
81 Desa Pertama, Blissville #81
82 Perusakan Ladang #82
83 Roh Angin #83
84 Proyek Pertambangan Terbengkalai #84
85 Pengirim Surat #85
86 Surat Balasan #86
87 Surat untuk Rumah #87
88 Pihak Kerajaan Datang #88
89 Melanjutkan Perjalanan #89
90 Putri Aurora #90
91 Dasar Iblis! #91
92 Seorang Bocah #92
93 Membantu Bocah Tersesat #93
94 Gereja Kecil Vesperin #94
95 Makan Siang Bersama #95
96 Aurora Melarikan Diri #96
97 Percobaan yang Gagal #97
98 Lanjut! #98
99 Si Pemilik Kekuatan #99
100 Aetheria #100
101 Bermalam Sebentar #101
102 Pertanda Buruk #102
103 Topik yang Sedang Hangat #103
104 Multi Tafsir #104
105 Jangan Khawatir #105
106 Menerjang Badai #106
107 Berusaha #107
108 Teman Baru #108
109 Aku Mati? #109
110 Tupai yang Berbicara #110
111 Kota Beladon #111
112 Pasar Raya #112
113 Kelompok Pengembara #113
114 Perbatasan Selatan Zephyra #114
115 Tujuan Kelompok #115
116 Berita Tersebar #116
117 Perbatasan Mutiara #117
118 Kegelapan Telah Datang #118
119 Perjalanan Kembali Berlanjut #119
120 Tiga Kerajaan, Keputusan Akhir #120
121 Teluk Mutiara #121
122 Arcadia #122
123 Belum Menerima Kabar? #123
124 Telinga Runcing, Ekor Kucing?! #124
125 Kau, Permata Alam!? #125
126 Buku Ramalan Arcadia #126
127 Makhluk Dari Neraka #127
128 Anjing Biru dari Neraka #128
129 Angin yang Membisu #129
130 Kawanan Anjing Berkepala Tiga #130
131 Pembasmian Hama #131
132 Pertarungan Cepat #132
133 Monster di Arcadia, Selesai #133
134 Ruru dan Aurora #134
135 Selatan Zephyra #135
136 Astaroth dan Asmodeus #136
137 Ibu Kota Neverley #137
138 Surat Telah Sampai #138
139 Pasukan Neverley #139
140 Malam yang Tenang #140
141 Isi Surat #141
142 Pertanda #142
143 Pasukan Kegelapan Telah Tiba #143
144 Telah Dimulai #144
145 Pertempuran Mutiara #145
146 Ekspedisi Gurun, Batal #146
147 Mematahkan Segel Kegelapan #147
148 Takluk #148
149 Kuil Berdoa #149
150 Mutiara Telah Jatuh #150
151 Keluar dari Benua Selatan #151
152 Prajurit Tambahan Asmodeus #152
153 Duel Langit #153
154 Penguasa Langit Zephyra#154
155 Situasi Darurat #155
156 Hasil Pertempuran Langit #156
157 Berita yang Sedang Panas #157
158 Jauh-jauh Dari Langit Hitam #158
159 Minim Informasi #159
160 Dipermainkan Alam #160
161 Petunjuk #161
162 Taktik Klise #162
163 Baltazhar Berubah Wujud #163
164 Pertemuan Tak Terduga #164
165 Pertempuran Langit Kedua #165
166 Baltazhar vs Altezza #166
167 Melawan Api Menggunakan Api #167
168 Ini Bukanlah Petualangan, Ini Perang #168
169 Perang Meletus #169
170 Runtuh #170
171 Terpukul Mundur #171
172 Fajar #172
173 Lautan Api #173
174 Pangeran Kedua Telah Kembali #174
175 Memahami Situasi #175
176 Gelombang Ketiga, Dimulai #176
177 Perang Belum Berakhir #177
178 Artefak Milik Ratu Zephyra #178
179 Kubah Emas Pelindung #179
180 Jangan Sentuh Istanaku! #180
181 Angin vs Api #181
182 Menguasai Lebih Dari Satu Elemen #182
183 Menciptakan Reaksi Angin dan Air #183
184 Kau Tidak Abadi, Aku Abadi! #184
185 Altezza vs Astaroth #185
186 Titik Kelemahan! #186
187 Keadaan yang Berbolak-balik #187
188 Sepasang Sayap Hitam Jatuh #188
189 Api, Air, Angin #189
190 Mati Langkah #190
191 Selamat Tinggal #191
192 Amorfati #192
193 Ini Bukanlah Takdir! #193
194 Saling Menggenggam #194
195 Harapan #195
196 Keturunan Asli Mystick #196
197 Menjenguk Permata Alam #197
198 Laporan Kehancuran dan Keputusan Raja #198
199 Alam Bawah Sadar #199
200 Hati #200
201 Kabar Baik Tersebar #201
202 Ungkapan #202
203 Ragu untuk Kembali? #203
204 Mungkin Dia Lebih Layak #204
205 Tentang Sihir Terlarang, Pembagian Nyawa #205
206 Kegoyahan Putra Mahkota #206
207 Saatnya Kembali #207
208 Aku Sudah Memutuskan! #208
209 Malam #209
210 Aurora dan Permata Alam #210
211 Karakter Si Bungsu #211
212 Selesaikan Apa Yang Harus Diselesaikan #212
213 Keberangkatan Utusan #213
214 Sudah Berjauhan #214
215 Bekas Pertempuran Selatan #215
216 Mengendalikan Cuaca #216
217 Danau Buatan Tercipta #217
218 Ketidakstabilan Benua Selatan #218
219 Menemui Penguasa Selatan #219
220 Menetralisir Kegelapan #220
221 Selesai (END) #221
222 | Chapter Bonus |
Episodes

Updated 222 Episodes

1
Zephyra #1
2
Reaksi Elemen #2
3
Perpustakaan #3
4
Mencari Buku Cerita #4
5
Selesai Dari Perpustakaan #5
6
Angin yang Tajam #6
7
Sihir yang Menguras Energi #7
8
Pangeran Sejak Lahir #8
9
Salah Satu Kewajiban #9
10
Keberangkatan Tugas Dari Raja #10
11
Hutan Barat Perbukitan Pesisir #11
12
Disergap #12
13
Goa #13
14
Elang Putih #14
15
Impian Berkelana #15
16
Surat Perintah #16
17
Pasangan untuk Pesta #17
18
Shiro #18
19
Sesi Latihan Dansa #19
20
Potensi Sihir #20
21
Mengembalikan Buku #21
22
Basa-basi #22
23
Keputusanku Memilihmu #23
24
Bermain dengan Shiro #24
25
Menunggu yang Tidak Pasti #25
26
Yang Dinanti #26
27
Makan Malam Harmonis #27
28
Disambut Hangat #28
29
Dansa Pertama #29
30
Berkeliling Istana #30
31
Perpustakaan Istana #31
32
Ketakutan Terhadap Bangsawan #32
33
Berbincang Hangat #33
34
Laporan Tiba-tiba #34
35
Lokasi Kejadian #35
36
Terkepung #36
37
Sihir Tingkat Atas #37
38
Menetralkan Situasi #38
39
Aura Jahat Elang Hitam #39
40
Tamu Kerajaan Mulai Berdatangan #40
41
Tetaplah Di Dekat Ku #41
42
Aku Menyukaimu Malam Ini #42
43
Orang-orang Terhormat Berkumpul #43
44
Masalah yang Tidak Penting #44
45
Pengalaman yang Sangat Berharga #45
46
Kembang Api #46
47
Akademi Kerajaan Zephyra #47
48
Duel #48
49
Api Biru #49
50
Pengetahuan Dasar Sihir Angin #50
51
Guru Dadakan #51
52
Pusat Perbelanjaan Ibu Kota #52
53
Informasi Pendaftaran Petualang #53
54
Legenda Tua #54
55
Alasan? Tujuan? #55
56
Kristal Sihir #56
57
Kerajaan Zephyra Bersalju #57
58
Jalan-jalan Sejenak #58
59
Berbagai Benua #59
60
Cerita Dari Timur #60
61
Keputusan Berkelana #61
62
Cuti Tiba-tiba #62
63
Di Atas Salju #63
64
Pertama Kali Berkuda #64
65
Hari yang Indah #65
66
Berbicara Bersama Raja #66
67
Angin Bersuara #67
68
Busur Ajaib #68
69
Kekuatan Alam #69
70
Permata Berharga #70
71
Bola Salju #71
72
Welt Bertemu Shiro #72
73
Asal-usul Shiro? #73
74
Pertengahan Musim Dingin #74
75
Akhir Musim Dingin #75
76
Elf, Kurcaci, Manusia Setengah Binatang? #76
77
Akan Pergi? #77
78
Keberangkatan #78
79
Mystick #79
80
Sang Peri Angin #80
81
Desa Pertama, Blissville #81
82
Perusakan Ladang #82
83
Roh Angin #83
84
Proyek Pertambangan Terbengkalai #84
85
Pengirim Surat #85
86
Surat Balasan #86
87
Surat untuk Rumah #87
88
Pihak Kerajaan Datang #88
89
Melanjutkan Perjalanan #89
90
Putri Aurora #90
91
Dasar Iblis! #91
92
Seorang Bocah #92
93
Membantu Bocah Tersesat #93
94
Gereja Kecil Vesperin #94
95
Makan Siang Bersama #95
96
Aurora Melarikan Diri #96
97
Percobaan yang Gagal #97
98
Lanjut! #98
99
Si Pemilik Kekuatan #99
100
Aetheria #100
101
Bermalam Sebentar #101
102
Pertanda Buruk #102
103
Topik yang Sedang Hangat #103
104
Multi Tafsir #104
105
Jangan Khawatir #105
106
Menerjang Badai #106
107
Berusaha #107
108
Teman Baru #108
109
Aku Mati? #109
110
Tupai yang Berbicara #110
111
Kota Beladon #111
112
Pasar Raya #112
113
Kelompok Pengembara #113
114
Perbatasan Selatan Zephyra #114
115
Tujuan Kelompok #115
116
Berita Tersebar #116
117
Perbatasan Mutiara #117
118
Kegelapan Telah Datang #118
119
Perjalanan Kembali Berlanjut #119
120
Tiga Kerajaan, Keputusan Akhir #120
121
Teluk Mutiara #121
122
Arcadia #122
123
Belum Menerima Kabar? #123
124
Telinga Runcing, Ekor Kucing?! #124
125
Kau, Permata Alam!? #125
126
Buku Ramalan Arcadia #126
127
Makhluk Dari Neraka #127
128
Anjing Biru dari Neraka #128
129
Angin yang Membisu #129
130
Kawanan Anjing Berkepala Tiga #130
131
Pembasmian Hama #131
132
Pertarungan Cepat #132
133
Monster di Arcadia, Selesai #133
134
Ruru dan Aurora #134
135
Selatan Zephyra #135
136
Astaroth dan Asmodeus #136
137
Ibu Kota Neverley #137
138
Surat Telah Sampai #138
139
Pasukan Neverley #139
140
Malam yang Tenang #140
141
Isi Surat #141
142
Pertanda #142
143
Pasukan Kegelapan Telah Tiba #143
144
Telah Dimulai #144
145
Pertempuran Mutiara #145
146
Ekspedisi Gurun, Batal #146
147
Mematahkan Segel Kegelapan #147
148
Takluk #148
149
Kuil Berdoa #149
150
Mutiara Telah Jatuh #150
151
Keluar dari Benua Selatan #151
152
Prajurit Tambahan Asmodeus #152
153
Duel Langit #153
154
Penguasa Langit Zephyra#154
155
Situasi Darurat #155
156
Hasil Pertempuran Langit #156
157
Berita yang Sedang Panas #157
158
Jauh-jauh Dari Langit Hitam #158
159
Minim Informasi #159
160
Dipermainkan Alam #160
161
Petunjuk #161
162
Taktik Klise #162
163
Baltazhar Berubah Wujud #163
164
Pertemuan Tak Terduga #164
165
Pertempuran Langit Kedua #165
166
Baltazhar vs Altezza #166
167
Melawan Api Menggunakan Api #167
168
Ini Bukanlah Petualangan, Ini Perang #168
169
Perang Meletus #169
170
Runtuh #170
171
Terpukul Mundur #171
172
Fajar #172
173
Lautan Api #173
174
Pangeran Kedua Telah Kembali #174
175
Memahami Situasi #175
176
Gelombang Ketiga, Dimulai #176
177
Perang Belum Berakhir #177
178
Artefak Milik Ratu Zephyra #178
179
Kubah Emas Pelindung #179
180
Jangan Sentuh Istanaku! #180
181
Angin vs Api #181
182
Menguasai Lebih Dari Satu Elemen #182
183
Menciptakan Reaksi Angin dan Air #183
184
Kau Tidak Abadi, Aku Abadi! #184
185
Altezza vs Astaroth #185
186
Titik Kelemahan! #186
187
Keadaan yang Berbolak-balik #187
188
Sepasang Sayap Hitam Jatuh #188
189
Api, Air, Angin #189
190
Mati Langkah #190
191
Selamat Tinggal #191
192
Amorfati #192
193
Ini Bukanlah Takdir! #193
194
Saling Menggenggam #194
195
Harapan #195
196
Keturunan Asli Mystick #196
197
Menjenguk Permata Alam #197
198
Laporan Kehancuran dan Keputusan Raja #198
199
Alam Bawah Sadar #199
200
Hati #200
201
Kabar Baik Tersebar #201
202
Ungkapan #202
203
Ragu untuk Kembali? #203
204
Mungkin Dia Lebih Layak #204
205
Tentang Sihir Terlarang, Pembagian Nyawa #205
206
Kegoyahan Putra Mahkota #206
207
Saatnya Kembali #207
208
Aku Sudah Memutuskan! #208
209
Malam #209
210
Aurora dan Permata Alam #210
211
Karakter Si Bungsu #211
212
Selesaikan Apa Yang Harus Diselesaikan #212
213
Keberangkatan Utusan #213
214
Sudah Berjauhan #214
215
Bekas Pertempuran Selatan #215
216
Mengendalikan Cuaca #216
217
Danau Buatan Tercipta #217
218
Ketidakstabilan Benua Selatan #218
219
Menemui Penguasa Selatan #219
220
Menetralisir Kegelapan #220
221
Selesai (END) #221
222
| Chapter Bonus |

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!