Caitlyn selesai mengobati sayap kanan burung elang itu, dan mengikatkan sebuah pita perban berwarna merah pada sayap milik unggas tersebut agar tetap berada di posisinya, tidak terlalu banyak bergerak atau bergeser. Tak hanya menyelimutinya dengan pita perban, wanita itu juga mengoleskan sebuah obat pada luka lecet yang ada di sayap kanan elang putih tersebut. Setelah selesai terobati, Altezza kembali menggendongnya secara perlahan, dan memindahkannya ke dalam sebuah sangkar burung yang berukuran cukup besar dan luas di sudut taman.
Elang yang berukuran cukup besar itu terlihat bisa berdiri di atas sebuah ranting yang ada di dalam sangkar. Kondisinya lebih baik setelah mendapatkan perawatan dari Caitlyn, bisa kembali berdiri walaupun dengan sayap kanan yang terikat serta tidak dapat digerakkan. Namun ikatan tersebut tidak menyakitinya.
"Jangan lupa untuk diberi makan dan minum, kasihan jika tidak, 'kan?" ucap Caitlyn, berdiri di samping putranya yang terlihat asyik memandangi elang yang baru saja ia temukan.
"Oh iya!" sahut Altezza, kemudian segera beranjak pergi dari taman tersebut. Laki-laki itu terlihat semangat dan antusias sekali, seolah perhatiannya saat ini benar-benar diambil alih oleh elang berwarna putih yang baru saja ia bawa.
Caitlyn hanya tersenyum memandangi putra bungsunya yang terlihat antusias untuk merawat burung yang sangat langka tersebut. Ia kemudian memandangi elang berwarna putih itu untuk ke sekian kalinya, dan mendapati sikap hewan itu yang cukup berbeda dari elang biasanya. Unggas raksasa itu terlihat beberapa kali menundukkan kepalanya di hadapan Caitlyn, bahkan bersuara ringan beberapa kali.
Tak lama kemudian laki-laki berseragam formal pangeran itu kembali dengan dua buah ember kecil, satunya dipenuhi oleh ikan-ikan kecil yang segar, satu lagi air jernih dan bersih untuk diminum oleh unggas tersebut. Perlahan ia membuka kandang, dan kemudian mulai memberikan ikan-ikan kecil itu sebagai makanan peliharaan barunya.
Altezza terlihat cukup telaten dalam memberi makan hewan tersebut. Caitlyn hanya tersenyum ketika melihat putranya asyik dengan peliharaan barunya, dan sabar menunggu hingga laki-laki itu benar-benar selesai dengan aktivitasnya. Ketika sudah benar-benar selesai, Altezza kembali ke gazebo awal bersama dengan ibundanya.
"Ibu masih luang, 'kan? Aku ingin berbicara sesuatu," ucap Altezza, kemudian duduk berhadapan dengan ibundanya.
"Tentu saja, kamu ingin berbicara apa? Ibu akan selalu bersedia mendengarkannya," jawab Caitlyn, tersenyum hangat kepada putranya.
Altezza terlihat diam sejenak, sedang merangkai kata di dalam benaknya, dan berpikir mulai dari mana dirinya akan berbicara. Pangeran kedua itu terlihat bimbang, dan sedikit kecewa terhadap suatu hal.
"Apakah bisa seorang pangeran sepertiku mengejar impian atau cita-citanya?" tanya Altezza, terlihat bimbang dengan pertanyaan tersebut.
Caitlyn tersenyum mendengar pertanyaan putranya, "semua orang tentu berhak untuk mengejar apa yang menjadi cita-citanya, dan apa yang diimpikan. Termasuk dirimu."
"Jika aku memilikinya, apakah ibu akan mendukung ku untuk meraih apa yang ku inginkan?" sahut Altezza, kembali bertanya dengan tatapan serius langsung kontak mata dengan ibundanya di hadapannya.
"Selama hal itu baik dan tidak melenceng, tentu seorang ibu pasti akan selalu mendukung putranya." Caitlyn menjawab dengan paras anggunnya yang terkesan lemah lembut, senyumannya tidak pudar, apalagi ketika harus menatap paras tampan putra bungsunya.
Mendengar hal tersebut tentu membuat hati Altezza sedikit lebih tenang dan senang, namun kegelisahan masih tertampak melalui gerak-geriknya yang cenderung diam dengan pandangan ke bawah. Caitlyn tentu menyadari hal tersebut dan bertanya, "memangnya apa yang kamu impikan? Sampai-sampai harus bertanya seperti itu."
"Jika ibu benar-benar mengenal putranya, maka ibu seharusnya sudah tahu apa yang menjadi keinginan serta impian ku dari dahulu." Altezza menjawab pertanyaan tersebut, sempat menatap ibundanya yang duduk tepat di hadapannya, sebelum kemudian kembali memalingkannya ke arah pepohonan di tepi taman.
Caitlyn tersenyum lembut mendengar pertanyaan tersebut, dan seolah sedang menguji dirinya sebagai seorang ibu. Ia perlahan berdiri dari tempat duduknya, dan bernajak berpindah, duduk kembali tepat di sebelah Altezza sembari berbicara, "kalau ibu tidak salah, waktu kamu masih kecil, kamu sempat mengatakan bahwa kamu memiliki cita-cita atau impian untuk bisa menjadi seorang pengembara, itu sekitar ... 13 tahun yang lalu, tepatnya pada saat kamu berusia lima tahun."
"Apakah tebakan ibu benar? Atau justru salah, ya?" lanjut Caitlyn, bertanya memastikan jawabannya kepada putra bungsunya.
Altezza tersenyum dengan sendirinya ketika mendengar jawaban dari orang tersayangnya, kemudian menoleh, menatap ibundanya dan menjawab, "benar, kok." Perlahan ia menyandarkan kepalanya ke dalam pelukan Caitlyn sembari berkata, "ibu tidak salah."
Caitlyn tersenyum hangat sembari mengusap kepala putranya dengan begitu lembut, seolah sedang memeluk dan memanjakan Altezza kecil. Di kala melakukan hal tersebut, ia pun kemudian bertanya, "lalu apa yang membuatmu gelisah? Kamu tahu caranya menjadi seorang pengembara, 'kan?"
Altezza melepas pelukannya, mengangguk, dan menjawab, "tahu, tinggal datang ke serikat petualang, dan mendaftarkan serta mencatatkan diri di sana."
"Lalu?" tanya Caitlyn kembali, menatap lembut putranya.
"Aku memikirkan tanggung jawab ku di sini, selain itu ... pasti akan ada pertentangan antara aku dengan ayah. Ibu tahu sendiri, ayah bahkan hendak mengatur diriku dalam mencari pasangan hidup, sudah dipastikan dia tidak akan merestui ku untuk menjadi seorang pengembara." Altezza berbicara tanpa adanya basa-basi, langsung kepada inti yang ingin ia bicarakan, dan terlihat seolah sedang mencurahkan isi hatinya kepada sang ibu tercinta.
Caitlyn terkekeh kecil mendengar apa yang dikatakan oleh putra tercintanya, "apa yang kamu katakan? Mengapa kamu berpikir ayah adalah orang yang seperti itu?"
"Tentu saja aku memiliki pemikiran itu, apalagi ayah adalah orang yang taat dengan peraturan dan kewajiban," sahut Altezza, dengan intonasi seolah sedang mengadu.
"Dia memang seperti itu, namun ayahmu adalah orang yang melihat dari tekad serta niat. Jika memang kamu bertekad bulat dan benar-benar berniat untuk menjadi seorang pengembara, maka tunjukkan kedua hal itu di depannya, dan jelaskan alasanmu ... alasan mengapa kamu ingin meraih impian tersebut, serta mengapa kamu begitu ingin menjadi seorang pengembara," ucap Caitlyn, terlihat lemah lembut seperti biasa, apalagi ketika berbicara kepada putranya.
"Apalagi mengingat kamu adalah pangeran kedua, dan bukan pewaris tahta. Jadi kesempatan untuk menjadi seorang pengembara seperti yang kamu impikan masih terbuka," lanjut Caitlyn.
"Tekad dan alasan, ya ...?" gumam Altezza, terlihat berpikir. Namun ada hal lain yang ingin ia tanyakan, "lalu bagaimana dengan tanggung jawab ku sebagai pangeran kedua? Ibu tahu sendiri aku juga memiliki tugas penting di istana, sering menjadi utusan juga menjadi komando lapangan, menangani dokumen-dokumen penting kerajaan, dan masih ada banyak lagi," ucapnya.
"Soal itu ... biar ibu yang mengaturnya," jawab Caitlyn, kemudian tersenyum manis kepada putranya.
Meski telah berbincang beberapa hal dan meluapkan isi hatinya kepada ibunda tercinta. Ekspresi wajah Altezza masih tetap saja gelisah, tidak bisa begitu tenang, apalagi ketika memikirkan soal keputusan yang akan ia ambil untuk mengejar cita-citanya. Caitlyn lagi-lagi menyadari hal tersebut, ia tak henti-hentinya tersenyum ketika menatap putranya.
"Apakah ada yang aneh dariku?" tanya Altezza, menyadari tatapan ibunda yang sedari tadi tidak bisa lepas darinya.
"Tidak, ibu hanya merasa, ketika melihat dirimu, ibu sedang berkaca dengan diri ibu sendiri ketika masih masa remaja." Caitlyn dengan santainya menjawab pertanyaan itu.
Altezza menatap dan sedikit memiringkan kepalanya, bingung, "maksudnya? Bukankah katanya aku mirip dengan ayah?"
Caitlyn tertawa kecil dan menjawab, "memang, secara fisik dan sekilas kamu mirip seperti Aiden ayahmu, sangat mirip. Namun ... berbeda dengan ayahmu dan juga kakakmu Welt, ada beberapa sifat yang ada pada dirimu dan sifat itu mirip dengan yang ibu miliki. Ibu sangat yakin itu."
"Memangnya sifat seperti apa itu?" tanya Altezza, terlihat penasaran.
Dengan senyuman yang enggan pudar Caitlyn menjawab, "sulit untuk menaati peraturan, tidak begitu suka dengan banyak peraturan yang mengekang, serta suka dengan kebebasan, dan tertarik dengan hal-hal yang belum diketahui atau lebih tepatnya sering merasa penasaran."
Caitlyn kemudian memalingkan pandangannya ke arah langit biru yang cerah di siang ini dan kembali melanjutkan bicaranya, "bahkan ... dahulu ... ketika masih remaja, ibu sempat memiliki impian serta cita-cita yang sama denganmu, yaitu ingin menjadi seorang pengembara, dan berkelana ke tempat-tempat yang sangat jauh."
"Sungguh?!" sahut Altezza, terlihat sangat antusias ketika mendengar apa yang dikatakan oleh ibundanya, "lalu apakah ibu sempat mewujudkannya? Berkelana ke tempat-tempat itu?" lanjutnya langsung bertanya.
Caitlyn menggeleng namun masih dengan senyuman manisnya, "tidak, karena ibu sudah terlanjur jatuh cinta dengan ayahmu, dan kemudian dia secara tiba-tiba melamar ibu."
Altezza seketika mendengus kesal ketika mendengar hal tersebut, "tuh 'kan! Ayah menggagalkan impian serta cita-cita ibu," cetusnya.
Caitlyn hanya tertawa mendengar serta melihat ekspresi kesal tersebut. Ia kemudian mendaratkan telapak tangan halusnya tepat di atas kepala Altezza, mengusapnya dengan lembut sembari berkata, "kalau ibu tidak menikah dengan ayahmu, tidak akan ada kamu di sini, dong ...?"
"Oh, iya juga, ya ...? Hehe," sahut Altezza, kemudian disusul dengan cekikikannya setelah menyadari hal tersebut. Begitu pula dengan Caitlyn yang melihat ekspresi putranya perlahan berubah ceria, memudarkan rasa resah dan gelisah yang dari tadi menyelimuti wajah tampannya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 222 Episodes
Comments
Wineta
sweet bngt mereka ya, bener² keliatan hubungan ibu dgn putranya
2023-05-17
1
Taki
ayo Altezza, kmu bisa wujudin impianmu! 🔥
2023-05-17
3
Kaori
Altezza semangat bngt ya merawat elang itu👍😍
semangat jga buat kak author 🥰
2023-05-17
5