"Akhirnya ketemu juga ...!" petugas itu segera turun perlahan setelah menemukan buku yang ia cari-cari, "maaf sudah membuat anda menunggu," lanjut gadis itu segera berjalan menghampiri Altezza, dan kemudian menyerahkan sebuah buku yang dicari-cari oleh laki-laki itu.
Altezza memang dibuat menunggu beberapa menit, namun itu tidak menjadi masalah baginya. Karena dengan bantuan petugas perpustakaan dirinya hanya perlu menunggu sebentar, jika tidak dibantu mungkin sampai hari esok dirinya masih mencari buku yang ia maksud di antara ratusan atau bahkan ribuan buku di perpustakaan tersebut.
"Terima kasih, lalu bagaimana dengan aturan cara meminjam buku di perpustakaan ini?" Altezza kembali bertanya mengenai tata cara untuk meminjam buku dari perpustakaan tersebut, karena ini adalah pengalaman pertama baginya untuk masuk serta meminjam buku dari perpustakaan.
Gadis berseragam petugas perpustakaan berwarna biru muda itu terlihat cukup heran dengan pertanyaan yang ditanyakan oleh Altezza. Namun meski begitu ia tetap memberikan jawaban, "setiap orang yang ingin meminjam buku diwajibkan untuk memiliki kartu keanggotaan perpustakaan, bentuknya seperti ini," jawab perempuan itu seraya menunjukkan sebuah kartu berwarna putih dan memiliki logo kerajaan di tengahnya dengan bentuk seekor elang dan kedua sayap yang begitu lebar serta terlihat gagah berwarna emas.
"Namun seseorang terhormat seperti anda tidak memerlukan benda ini untuk meminjam buku dari perpustakaan ini," lanjut petugas itu, kembali menyimpan kartu perpustakaan miliknya.
"Mengapa seperti itu?" sahut Altezza, bertanya, dan sepertinya memang belum mengetahui hal-hal tersebut.
"Karena sudah menjadi peraturan perpustakaan, jika seseorang dari keluarga kerajaan ingin meminjam buku seperti anda, maka tidak diperlukan kartu keanggotaan." Dengan sikap serta intonasi yang terkesan sungguh ramah serta lemah lembut, perempuan itu menjawab serta sedikit menjelaskan peraturan perpustakaan kepada Altezza.
Altezza mengangguk paham dan kemudian berkata, "terima kasih," untuk kedua kalinya sebelum akhirnya bertanya satu hal lagi, "bolehkah saya mengetahui siapa nama anda?"
Perempuan itu terlihat cukup terkejut dan tertegun, dengan kedua iris mata berwarna cokelat yang membesar. Ia terlihat tidak menyangka akan mendapat pertanyaan seperti itu, terlebih dari seseorang yang sangat terhormat. Ekspresi wajah girangnya tidak dapat disembunyikan lagi, seolah telah mendengar pernyataan cinta dari seseorang yang ia kagumi.
"Apakah ada sesuatu yang salah?" cetus Altezza kembali bertanya, bahkan hingga melambaikan satu langannya di depan perempuan yang terlihat tenggelam dalam lamunannya.
"Ah, maaf, maaf ...! Izinkan saya perkenalan diri," sahut perempuan itu, sembari sedikit menundukkan kepalanya. Tanpa berbasa-basi lagi, ia tersenyum ramah dan kemudian melakukan perkenalan diri kepada Altezza, "perkenalkan, saya Alaqua Bianca Putri, biasa dipanggil Qua namun akrab dipanggil Bianca," ucap perempuan itu dengan ramah dan riang.
Altezza tersenyum melihat perempuan di depannya melakukan perkenalan diri, terlebih gadis itu terlihat sangat senang dan bahagia ketika melakukan perkenalan diri kepadanya. Belum selesai berbicara, gadis itu masih dalam posisi menundukkan kepalanya lanjut berkata, "senang dapat berkenalan dengan anda, Yang Mulia."
"Sama-sama, terima kasih karena sudah membantu saya menemukan buku ini. Lain kali jangan lupa untuk memakai tanda pengenal mu, ya ...!" ucap Altezza.
Bianca kembali dibuat terkejut dengan apa yang dikatakan oleh laki-laki terhormat itu, dan langsung memeriksa tanda pengenal miliknya yang biasanya selalu bergelantung pada saku dada bagian kirinya. Namun benda tersebut tidak ada di sana, "astaga, ma-maaf, saya lupa untuk menggunakannya," ucapnya setelah menyadari kalau dirinya tidak menggunakan tanda pengenal seperti petugas-petugas perpustakaan yang lain.
Altezza hanya tertawa santai menanggapi hal tersebut, dan kemudian berkata, "baiklah kalau begitu, saya permisi terlebih dahulu."
"Ba-baik, terima kasih sudah mengingatkan, Yang Mulia." Bianca langsung menundukkan pandangannya, tak lupa juga untuk terus tersenyum serta bersikap sungguh ramah dan lembut.
Pangeran itu pun beranjak pergi dari area buku-buku dongeng bersama dengan pengawal setianya yakni Kenan. Sedangkan Bianca, sesaat setelah laki-laki terhormat itu pergi meninggalkannya. Gadis itu segera mencari tanda pengenalnya di rak-rak buku yang sempat ia lalui, "aduh, aku letakkan di mana, ya? Astaga ...!" gumamnya, mengeluh dengan penuh kebingungan. Sepertinya dia lupa.
***
Karena hari sudah mulai menjelang malam, dan Altezza tidak dapat berkeliaran seenaknya di malam ini, karena di siang harinya telah terlibat ke dalam sebuah kekacauan singkat. Ia memutuskan untuk segera kembali ke istana, bersama dengan Kenan yang selalu setia berada di dekatnya, menemaninya ke mana pun ia pergi.
Langkah demi langkah pangeran muda itu mulai memasuki istana, melalui beberapa penjaga yang sempat menyapa dirinya dengan penuh hormat ketika berjalan melewati mereka. Altezza berjalan melalui lorong istana yang terlihat sangat terang dan megah. Cahaya-cahaya yang menjadi lampu penerangan di lorong tersebut menggunakan salah satu keajaiban dunia ini, yakni sihir. Tanpa api, obor, ataupun lilin. Istana itu terlihat bersinar terang tanpa harus menggunakan sumber api.
Altezza berjalan melalui lorong tersebut bersama dengan Kenan, dan sempat berpapasan serta bertemu dengan beberapa pelayan istana baik laki-laki atau perempuan. Mereka terlihat sangat ramah, menyapa, dan memberikan hormat kepada Altezza yang melintas. Laki-laki berseragam formal pangeran itu merespons dengan juga menyapa balik mereka, juga dengan ramah.
"Kenan, kau bisa istirahat menghabiskan waktu malam mu mulai dari sini," ucap Altezza ketika berjalan melalui lorong istana, menuju ke bangunan utama bersama dengan Kenan.
"Benarkah?" sahut Kenan, bertanya.
"Tentu! Tidak mungkin juga kau menemaniku hingga tidur atau mandi bersama, bukan?" sahut Altezza, dengan nada bergurau.
Kenan tertawa canggung, "benar juga, ya."
"Masih ada waktu sebelum tidur, apa yang akan kau lakukan?" tanya Altezza, mendatangi sebuah pintu kayu yang berukuran amat besar, dan perlahan pintu tersebut terbuka dengan sendirinya ketika dirinya mendekati pintu tersebut. Lagi-lagi, pintu otomatis itu menggunakan elemen sihir untuk mengoperasikannya.
"Mengabiskan waktu di halaman belakang, mungkin. Seperti biasa, aku ingin bermain-main dengan pedang ku sebentar," jawab Kenan sembari melirik ke arah sebuah pedang yang tersarung rapi bergelantung di pinggangnya.
Altezza menghentikan langkahnya di tengah sebuah aula megah yang sangat luas, dan kemudian berbicara kepada pengawal setianya, "baiklah, selamat menikmati malam ini. Jika kau membutuhkanku, langsung saja ketuk kamarku."
"Kau tahu letak kamarku, 'kan? Jangan sampai tersesat ...! Jika tersesat, maka percayalah kepada angin yang akan menuntunmu ke tujuan," lanjut Altezza, tersenyum tipis kepada laki-laki itu.
Kenan menundukkan sedikit kepalanya dan berkata, "terima kasih, Yang Mulia. Tetapi sayang sekali, saya tidak akan tersesat lagi seperti di hari pertama," ucapnya kemudian sempat tertawa kecil bersama dengan pangeran tersebut. Kedua laki-laki itu pun berpisah di aula utama. Kenan berjalan terus menuju ke arah halaman belakang, sedangkan Altezza berjalan menuju ke kamarnya yang ada di lantai kedua istana.
Altezza sendiri merasa tidak sabar untuk membaca buku yang sudah ia pinjam dari perpustakaan. Ia segera cepat-cepat bergegas untuk kembali ke kamar pribadinya, dan membaca buku cerita tersebut. Namun langkahnya harus terhenti di lorong lantai dua secara tiba-tiba, dengan sebuah perasaan yang tiba-tiba berubah sangat tidak enak. Buruk, dan gelisah secara tiba-tiba. Altezza diam sejenak untuk berpikir, apakah ini hanya sekadar ketakutan biasa, atau memang pertanda.
Angin tiba-tiba saja berhembus lembut mendekati dan mengelilingi tubuhnya, dan di saat itu juga ia berbicara serta bertanya dengan sendirinya, "ada apa? Aku tiba-tiba saja merasa ada yang ingin berniat buruk malam ini."
Pertanyaan tersebut seolah mendapatkan jawaban dari angin yang selalu setia bersamanya. Angin itu kembali berhembus lembut, dan terlihat sedang berkomunikasi dengan tuannya. "Benarkah begitu? Kalau memang begitu, kita tidak bisa diam saja. Nyawa Kak Clara terancam!" cetus Altezza, kemudian mempercepat langkahnya menyusuri lorong yang sangat terang berkat cahaya sihir berwarna putih bersinar.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 222 Episodes
Comments
R.F
semangat k
mampir y di karya baru
2023-05-09
2
Wineta
Aduh emng km taruh ke mana, Bianca 🙈
2023-05-06
1
read
Clara siapa? Altezza manggilnya "Kak" pula 🤔
lanjut Thor! semangat!!! asik nih🥰🔥
2023-05-06
6