Kedua matanya masih terpejam, berdiri tegap, dengan sebuah pedang yang ia genggam mengarah ke tanah. Altezza terlihat begitu tenang sekali, diam, dan merasakan suasana di sekitarnya. Setiap angin yang berhembus melalui sela-sela pepohonan, melewati setiap tempat yang ada di hutan tersebut. Semuanya dapat ia rasakan, seolah dirinya dapat melihat apa saja yang angin miliknya lalui. Sangat sensitif, itulah yang dirasakan oleh pangeran muda itu saat ini, setiap pergerakan baik itu karena gesekan antar dedaunan, atau bahkan hewan-hewan yang bergerak di antara semak belukar serta pepohonan. Semua hal itu dapat ia rasakan, samar-samar namun terasa.
Kenan hanya diam, setia menunggu di belakang sang pangeran dengan sikap siaga. Begitu pula dengan para prajurit yang ikut serta dalam rombongan yang diutus oleh Raja. Mereka hanya bisa menunggu sampai Altezza benar-benar selesai, namun tetap dengan formasi siaga seperti apa yang diperintahkan.
Beberapa menit berlalu, dan Altezza sudah menjelajahi setiap lokasi, setiap sudut, bahkan setiap tempat yang mustahil dapat dimasuki oleh seorang manusia dewasa dengan angin tersebut. Namun hasilnya masih nihil. Ia tidak menemukan adanya indikasi tempat mencurigakan yang digunakan sebagai persembunyian para bandit itu.
Semua tempat serta setiap sudut di hutan ini sudah ditelusuri, kecuali satu lokasi yang belum terjamah oleh angin miliknya. Altezza pun langsung bergegas menuju ke tempat itu, bukan bergegas secara harafiah tentunya, ia mengendalikan angin tersebut untuk sampai ke tempat yang ia maksud. Terdapat sebuah goa yang cukup besar, terletak di lereng sebuah bukit, dan goa tersebut terletak cukup jauh dari posisinya berada. Goa yang dimaksud sangat tertutup oleh rindangnya pepohonan yang ada, maka dari itu dirinya mencurigai bahwa tempat tersebut dijadikan sebagai tempat persembunyian.
DEG.
Tinggal sedikit lagi angin miliknya berhembus sampai ke goa tersebut. Namun hal tersebut langsung diurungkan oleh Altezza yang secara tiba-tiba langsung membuka kedua matanya, menoleh ke arah Kenan dan para prajurit di belakangnya dan kemudian berkata, "ada yang datang, bersiaplah!" ucapnya, tegas.
Mendengar hal tersebut, Kenan dan para prajurit itu langsung menarik pedang mereka, bersiap untuk segala kemungkinan. Terdengar banyak sekali pergerakan di pepohonan sekitar, sangat cepat, sulit untuk terlihat oleh kasatmata. Saking cepatnya, membuat Kenan dan prajurit yang lain sangat kebingungan untuk dapat melihat ada berapa orang yang mengelilingi. Altezza dan rombongannya terkepung oleh sesuatu yang belum begitu jelas, berapa jumlahnya, dan apakah mereka bandit yang dimaksudkan.
Pergerakan mereka tiba-tiba saja berhenti, tidak terdengar suara gesekan dedaunan akibat pergerakan yang mereka timbulkan. Tidak ada yang dapat melihat siapa, di mana saja, dan dari mana mereka datangnya. Namun kesunyian kembali tercipta, meski begitu Kenan dan para prajurit tersebut tetap memasang sikap waspada dan siaga.
"Mereka masih ada di balik pepohonan, jumlah total lima belas, dan semuanya terindikasi ahli sihir. Lebih baik kalian tetap berada di dekatku!" ucap Altezza, melangkah sedikit mendekat dengan para prajuritnya dan juga Kenan. Berkat angin yang setia dengannya, dirinya dapat mendeteksi keberadaan serta bahkan merasakan kemampuan mereka.
"Apakah anda mengetahui di mana saja letak mereka?" tanya Kenan. Pertanyaan tersebut langsung mendapat jawaban dari Altezza yang berkata, "di mana-mana, kita terkepung dari segala penjuru."
Beberapa saat setelah Altezza berbicara demikian. Empat buah bola api yang berukuran cukup besar tiba-tiba saja muncul, melesat dari balik pepohonan, dan menjadikan Altezza beserta para prajuritnya sebagai sasaran. Dengan begitu cepat dan sigap, pangeran muda itu langsung menancapkan pedangnya ke tanah, disusul dengan sebuah pelindung yang terbuat dari angin berhembus dengan sangat kencang, menjulang tinggi ke atas mengelilingi pohon beringin serta orang-orang di bawahnya.
Tabrakan serta reaksi elemen pun tidak dapat terhindarkan lagi. Penghalang tersebut memang berhasil melindungi Altezza dan prajuritnya, namun tidak dengan yang berada di luar penghalang. Api berkobar hebat, membakar pepohonan di sekitar, bahkan para bandit itu juga ikut terbakar, terkena serangan yang mereka ciptakan dan menjadikannya sebagai senjata makan tuan. Di sekitar tersebut, hanya pohon beringin serta rerumputan yang diinjak oleh Altezza dan para prajuritnya yang tidak terbakar, masih hijau subur.
Semuanya terjadi sangat cepat, bahkan tidak disangka serta mengejutkan Kenan dan para prajuritnya. Mereka hanya bisa terdiam selama sihir-sihir itu saling beradu, terutama ketika Altezza melancarkan aksinya dengan membuat penghalang yang cukup besar dan sangat tinggi. Penghalang tersebut dua kali lebih besar dan kuat dari penghalang yang diciptakan oleh Altezza ketika menghadapi para bandit perampokan di kerajaan beberapa waktu lalu.
Altezza segera melepas serta menetralkan sihirnya, agar kebakaran yang terjadi di sekitar tidak semakin parah, karena api yang masih berkobar itu bisa dengan mudah sekali besar dan cepat meluas jika terus terkena angin kencang yang diciptakan oleh pemuda laki-laki tersebut.
"Mereka sedang dalam kondisi terlemah. Segera ringkus, sebelum mereka dapat menggerakkan tangan serta jari mereka!" ucap Altezza setelah melepas penghalang tersebut, dan kemudian memberikan titahnya kepada para prajurit yang bersamanya, termasuk Kenan.
Bandit yang awalnya berjumlah lima belas orang, kini tersisa sepuluh, lima di antara mereka sayang sekali harus tewas karena hangus terbakar. Altezza kembali mengendalikan angin miliknya, mengurung serta mengikat para bandit tersebut dengan sihir angin miliknya. Mereka ahli sihir, maka juga harus ditahan dengan sihir juga, jika tidak mereka akan masih dapat dengan leluasa merapal mantra sembari menggerakkan tangan atau jemari mereka.
Kenan segera melakukan apa yang diperintahkan oleh pangeran tersebut, bersama dengan prajurit yang lain. Kedua tangan dan kaki dari masing-masing bandit telah terikat oleh ikatan sihir, dengan begitu mereka tidak akan bisa lepas, atau merapal mantra hingga menggunakan sihir lagi.
Altezza menghampiri salah satu dari mereka, seorang pria dengan pakaian serba hitam, hanya bisa terduduk bersandar di salah satu pohon, dan memegangi lengan kirinya yang menerima luka bakar sangat parah. Kedua tangan dan kaki milik pria itu sudah terikat oleh sihir angin miliknya.
"Katakanlah, di mana persembunyian itu?" Altezza menatap tajam ketika berdiri di hadapan pria itu.
Pria itu menatap Altezza dengan tatapan yang seolah menyepelekan dirinya. Namun dengan sikapnya yang tenang, Altezza kembali berbicara, "katakan saja, aku tidak akan segan untuk menghabisi mu."
"Seorang pangeran seperti anda tidak akan pernah melakukan itu kepada musuh yang sudah tidak bisa apa-apa," sahut pria itu, berbicara dengan intonasi merendahkan Altezza.
Mendengar hal tersebut justru malah memancing gelak tawa Altezza. Seorang pangeran seperti dirinya tidak bisa melakukan hal tersebut, karena memang ada sebuah aturan mengenai jika musuh sudah tidak dapat berbuat apa-apa, maka dia layak mendapatkan ampunan. Namun sayangnya hal itu sepertinya tidak berlaku bagi Altezza. Laki-laki itu secara langsung menusuk lengan kiri milik pria tersebut dengan sebuah sihir angin yang dibuat tajam olehnya.
Jleebb ...!!
"Ugghkk ...!!!" Pria tersebut langsung merintih kesakitan.
"Aku tetap tidak akan segan untuk menghabisi nyawamu di sini sekarang juga, tidak peduli dengan aturan-aturan yang penuh dengan omong kosong itu. Sayang sekali, kau salah memilih ku sebagai lawanmu." Altezza mendekatkan dirinya, bahkan mendekatkan mulutnya kepada salah satu telinga milik pria itu, kemudian berbicara dengan intonasi yang sungguh rendah dan terkesan sangat dingin.
Setelah berbicara seperti itu, Altezza kemudian melepas sihir angin yang tajam menusuk lengan kiri milik pria tersebut, dan kemudian beranjak kembali mendekati Kenan untuk segera membawa serta meringkus pria itu. Pria yang sempat berbicara seenaknya, dan terlihat menyepelekan Altezza, kini dibuat bungkam seribu bahasa. Terlihat dari kedua matanya yang menatap sosok pangeran kedua dengan penuh ketakutan, dan penyesalan, apalagi setelah apa yang ia dapat baru saja. Dalam benaknya, dia adalah pangeran yang mengerikan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 222 Episodes
Comments
Wineta
ternyata Altezza bisa mengerikan jga😳
tpi tetep ah, aku suka 😖🥰
sama ceritanya🙈
lanjut Kak Author!
semangat ❤️😁
2023-05-13
2
Taki
untung segera diredakan, klo enggak bakal meluas tuh semakin menggila apinya kan kena angin
2023-05-13
3
Suya
aku adalah angin, angin adalah aku 😂🙈
tpi keren jga bisa gitu🤭
2023-05-13
4