Keadaan disini masih mencekam, aku masih merasakan telingaku yang berdengung dengan keras, dan tentu saja keseimbangan tubuhku mulai terpengaruh.
Beberapa kali aku berusaha menyalakan senterku, tetapi tetap saja senterku tidak bisa nyala.. Jadi tandanya yang ada disini tidak ingin ada cahaya.
“Kami tetap bertahan di kamar ini, dan kami bertahan ini bukan karena menantang penghuni dari kamar ini, tetapi kami disini karena kami ingin mengatakan bahwa kami menerima siksaan ini”
“Senter yang saya bawa ini tiba-tiba rusak, saya coba beberapa kali untuk menyalakan, tetapi tetap saya tidak menyala, artinya kalian yang ada disini tidak menginginkan ada cahaya disini… kalau begitu ok, saya tidak akan menyalakan cahaya di kamar ini”
“Kami turuti untuk tidak menyalakan senter disini, bahkan kami tidak apa-apa dengan sakit yang kalian berikan kepada saya dan teman saya”
“Dengan siksaan di tubuh kami dan tanpa ada perlawanan dari kami itu sudah menunjukan kami ke sini mempunyai itikad baik, bukan sebagai orang yang menantang atau ingin mengusir penghuni kamar ini”
Aku tetap bicara…. Aku harus tetap bicara agar penghuni tak kasat mata disini tau bahwa kami kesini dengan maksud yang baik, sehingga harapan kami. penghuni kamar ini akan menerima kami yang sedang melakukan eksplorasi di rumah ini.
Aku masih bicara dengan alat perekam, Sumadi yang sempat aku lirik masih melakukan tugasnya dengan mengambil video di beberapa bagian kamar.
Sumadi meskipun dalam keadaan kesakitan, tetapi dia masih berusaha mengambil video yang ada di dalam kamar. Dia sudah berani melihat layar handycam yang masih dia bawa.
Kakiku rasanya lemas sekali, aku harus minta izin untuk duduk di lantai kamar.
“Untuk penghuni kamar ini, karena kaki saya rasanya lemas sekali, apalagi telinga kami yang sakit, maka saya minta ijin untuk dibolehkan duduk di lantai kamar ini”
Setelah beberapa menit aku bicara untuk minta izin duduk, dan ternyata tidak ada yang terjadi dengan kami, maka aku putuskan bahwa mereka mengizinkan kami untuk duduk di lantai kamar utama ini.
“Baiklah, kalian penghuni kamar ini tidak menunjukan suatu penolakan atas izin saya tadi, hal ini bisa saya artikan sebagai kalian memberikan izin kepada kami untuk duduk disini”
“Di, ayo kita duduk dulu, kaki saya sakit sekali rasanya”
“Iya No, kaki saya juga sakit sekali, tapi yang terpenting saya masih diperbolehkan merekam di kamar ini”
Perlahan-lahan aku dan Sumadi duduk di lantai kamar…
Lantai kamar ini rasanya dingin, seperti kamar yang berAC, tapi disini tidak ada AC, wong listriknya kata Gunde sudah disegel PLN. Tapi anehnya kenapa lampu di teras itu nyala kalau siang hari!
“Pukul dua belas tengah malam, saya dan Sumadi duduk di lantai kamar, saya tidak akan melakukan apa-apa di kamar ini selain hanya ingin merasakan kehadiran kalian saja” aku kembali bicara dengan alat perekamku
“Saya masih bisa bertahan dengan rasa sakit di telinga kami, rasa sakit itu saya anggap sebagai upah dari kelancangan saya yang masuk ke dalam kamar ini”
Suasana hening dan udara yang ada di kamar ini semakin dingin, lantai kamar ini juga dingin, dan di dalam hatiku aku merasa bahwa keadaan disini semakin mencekam.
Aku merasa bahwa ada sesuatu yang sedang hadir di depan kami berdua.
“Pukul dua belas sepuluh menit, saya merasa ada sesuatu yang sangat besar di depan saya, tetapi saya tidak bisa melihat apa yang ada di depan saya ini, saya bukan orang yang mempunyai ilmu ghaib, saya hanya orang biasa yang hanya bisa merasakan sesuatu melalui batin saya saja”
“Dan untuk sesuatu yang besar yang ada di depan saya, saya minta maaf sebesar besarnya karena saya sudah lancang masuk ke dalam rumah dan kamar ini”
“Saya hanya ingin berinteraksi dengan kalian, saya tidak ingin menantang kalian”
“Saya tau ada yang sedang di depan saya, tetapi saya tidak bisa melihat, jadi tolong jawab pertanyaan saya dengan membunyikan sesuatu yang ada di dalam kamar ini, seperti memukul lemari, sehingga saya bisa tau bahwa kalian ada di sekitar sini”
“Apakah benar anda yang besar ini ada di depan saya” aku tetap ajak bicara dengan penghuni kamar ini, meskipun aku tau hal ini sia-sia, karena aku pernah melakukan ini sebelumnya
“Sekali lagi, tolong berikan tanda kehadiran anda yang tinggi besar di depan saya dengan membunyikan sesuatu yang ada di dalam kamar ini”
Tidak ada jawaban atau tidak ada bunyi sesuatu pun di dalam kamar…. Aku sudah menunggu hingga sekitar sepuluh menit, tidak ada tanda-tanda bahwa penghuni ghaib kamar ini mau menunjukan eksistensinya kepada kami
“Pukul dua belas lewat lima belas menit, yang artinya saya sudah menunggu selama lima belas menit untuk menanti sebuah jawaban dari anda, tetapi anda belum juga memberikan tanda kepada kami berdua”
“Ayo berikan kami tanda bahwa anda ada di sekitar kamar ini, saya masih bisa merasakan ada sesuatu yang tinggi besar di depan saya”
“Kayaknya dia tidak mau menunjukan wujudnya kepada kita No, jangan dipaksa No, daripada ada apa-apa nantinya” kata Sumadi
Aku tidak pedulikan apa yang Sumadi katakan, memang benar kata Sumadi, kadang ada saja penghuni ghaib yang tidak mau menunjukan eksistensinya kepada manusia dengan berbagai alasan.
Tapi disini kan aku sudah bisa merasakan kehadiran sosok yang tinggi besar, dan itu tentu saja sudah membuktikan kehadiran penghuni kamar ini, hanya saja aku cuma kepingin ada interaksi, sehingga dalam menulis cerita ada bukti nyatanya.
“Sekali lagi saya minta dengan hormat, ketuklah di mana saja yang menunjukan bahwa anda ada di kamar ini, saya hanya ingin tau bahwa anda memang ada di dikamar ini, tidak lebih tidak kurang” aku mulai terus bicara dengan yang ada di depanku agar memberikan tanda bahwa dia ada disini
Tidak ada reaksi, tidak ada tanda apapun yang menyatakan bahwa disini ada penghuni ghaibnya, tidak ada tanda apapun disini.
Kulihat jam tanganku sekarang sudah menunjukan pukul dua belas lewat tiga puluh menit, sudah setengah jam kami duduk dengan menahan rasa sakit di telinga dan rasa mual yang kadang muncul kadang tidak.
Tapi lama-lama aku nggak kuat juga, aku nggak kuat menahan rasa sakit di telinga yang sekarang mulai menjalar ke otak. Pening atau pusing atau nyeri kepala yang perlahan-lahan menjadi nyeri yang luar biasa.
“Di, aku nggak kuat lagi, kepalaku rasanya mau pecah”
“Sama No, aku juga, pusing yang sangat amat, tapi demi tugas ya aku tahan saja rasa sakit ini”
“Gini saja Di, kita sudahi saja untuk malam ini, aku nggak kuat nahan rasa sakit di kepalaku”
“Baiklah, saya akhiri saja eksplorasi ini tepat pada pukul satu pagi, dikarenakan rasa sakit yang luar biasa di kepalaku, besok akan kami rencanakan kembali ke sini apabila keadaan kami sudah sehat”
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 118 Episodes
Comments
MAUT TAK DIUNDANG
nekat
2023-05-28
3