Saat ini kami hanya ada di ruang tengah dan kamar mandi saja, jadi kesimpulan kami di dalam rumah ini hanya ada satu ruang tamu, satu kamar utama yang ada kamar mandinya, satu ruang keluarga yang gabung dengan ruang makan, dan satu kamar mandi..
Dan yang tadi kami anggap sebagai sebuah kamar , ternyata hanya ruangan yang menuju ke arah bawah, karena disana ada tangga yang arahnya ke bawah.
“Di, coba perhatikan ruangan yang ada tangganya ini, kalau menurutmu ini sebelumnya apakah adalah ruang kamar atau gimana?”
“Iya sih No, kalau perkiraanku ini dulunya adalah sebuah kamar, tetapi mungkin kemudian dimodifikasi menjadi ruangan yang ada anak tangganya menuju ke bagian bawah” jawab Sumadi
“Dan yang mengerikan ruangan yang ada di bawah itu kok gelap ya, siang hari gini apabila ada jendelanya kan harusnya gak segelap itu Di”
“Bisa saja itu adalah hanya sebuah kamar No, kamar yang jendelanya sedang dalam keadaan tertutup, atau kita ke bawah saja untuk melihat apa yang ada di bawah sana No”
“Jangan Di, nanti malam kita fokus di dalam kamar utama dulu, hingga kita merasa tidak ada gangguan lagi di kamar itu, syukur-syukur kita bisa mendapatkan penampakan bukan hanya tubuh saja, tetapi juga wajah yang seperti di dalam mimpiku”
“Pokoknya satu-satu saja Di, agar kita tidak bingung mana yang kurang dan mana yang sudah cukup”
“Kita akhiri saja siang ini, sudah cukup kita lihat dan eeh kamu coba foto lubang yang ada anak tangganya itu Di, siapa tau akan nampak sesuatu disana”
“Sudah No, aku sudah ambil gambar ruangan ini dan lubang yang ada anak tangganya juga”
“Sekarang kita balik ke hotel aja, kita susun rencana untuk nanti malam Di”
Kami pulang ke hotel, siang ini di sekitar pohon beringin depan rumah dan ruang tamu rasanya berbeda, sepertinya aku tidak merasakan adanya energi yang seperti ketika kami datang kesini sebelumnya.
Tidak ada rasa seperti adanya tekanan atau rasa seperti ada sesuatu yang membuat perasaan kami gelisah, untuk saat ini di ruang tamu dan depan rumah aku merasa biasa-biasa saja.
Kondisi trafik siang ini di perjalanan pulang macet sekali, tetapi untungnya ada polisi dan pecalang yang sedang mengatur lalu lintas.
Eh Pecalang sendiri itu aku mengartikanya sebagai orang-orang yang mempunyai tugas sebagai satuan keamanan tradisional masyarakat di pulau ini, yang mempunyai tugas menjaga keamanan dan ketertiban di wilayah ini.
“Sepertinya sedang ada upacara di pinggir jalan itu Di, setahuku apabila ada kecelakaan dan korban kecelakaan itu meninggal maka diadakan upacara di tempat kecelakaan itu, tapi aku lupa apa nama upacara itu Di”
“Oh gitu No, tapi macetnya disini tidak separah di kota kita hahah, disini macet tapi masih teratur, sedangkan di kota S sudah macet, banyak yang saling serobot juga”
Tidak sampai sepuluh menit akhirnya kami bisa melanjutkan perjalanan pulang ke hotel, sepanjang jalan ini kadang kami melihat ada turis mancanegara yang mengendarai motor tanpa memakai helm.
*****
“Huuuuf siang ini panas sekali, aku mandi dulu Di, kamu coba cetak foto yang tadi kamu ambil di sana, siang ini ada yang aneh nggak dengan yang ada disana”
Seperti biasa, Sumadi sibuk dengan laptop dan alat untuk memindah hasil foto dari kamera ke dalam laptopnya, sedangkan aku lanjut mandi.
Kamar mandi hotel ini hanya menggunakan shower, ada air dingin dan air panasnya juga dan ada juga cermin sebatas leher dan wajah….
Shower itu kadang aku gunakan untuk memijat tengkuk yang kadang pegal. Jadi aku nyalakan air hangatnya, kemudian aku semprotkan ke bagian tengkuk ku.
Saking lamanya aku memakai air hangat, sampai di dalam kamar mandi yang tidak begitu besar itu penuh dengan kabut heheheh.
Seperti saat ini, air hangat yang cenderung panas aku nyalakan terus hingga di dalam kamar mandi ini penuh dengan kabut.. Kabut embun.
Sekitar sepuluh menit kemudian setelah aku rasakan tengkukku enakan dan hangat, kemudian aku matikan air panas itu.
Perlahan-lahan kabut embun itu hilang, dan menyisakan yang ada di permukaan kaca.
Kukeringkan tubuhku dengan handuk yang disediakan pihak hotel…sambil aku melihat ke arah kaca yang masih penuh dengan embun
Tapi….
Dibalik embun itu, kaca itu tidak memantulkan wajahku…
Kudekati kaca yang masih penuh dengan embun….
Kenapa tidak ada wajahku di kaca ini?
Kuhapus pelan-pelan embun yang menempel di kaca kamar mandi….
“ALLAHUAKBAR…..!”
“SIAPA KAMU!...”
Buru-buru aku keluar dari kamar mandi, aku nggak kepikiran menggunakan pakaian atau apapun.
“Ada apa No?” tanya Sumadi yang kaget dengan teriakanku
“Wooooo hahaha, bughil rek, koyok pilem be’ef hihihihi”
“KACA…. KACA ITU DI!”
Sumadi masuk ke kamar mandi, tidak lama kemudian dia keluar dari kamar mandi dengan wajah bingung.
“Kenapa dengan kacanya No?... gak ada apa-apa dengan kaca yang ada di kamar mandi itu No”
“Tadi…. Tadi yang nampak bukan wajahku.. Tapi wajah orang tua”
“Hanya saja aku gak jelas wajah orang tua itu….karena tadi kaca itu penuh dengan embun!”
“Huf mungkin tadi kamu salah lihat No, karena embun di kaca itu, gantian aku yang mandi sekarang”
“Sana pakai baju dulu ndeng\, aku jijik c*k liat mie keriting gosong diantara dua telor dan sosis c*k”
Aku pakai baju seadanya, dan kemudian aku duduk di tempat tidur, terus terang aku masih kaget dengan apa yang tadi aku lihat itu.
“Tadi sebelum ada penampakan wajah orang tua, cermin itu tidak memantulkan wajahku, kayak aku ini vampir yang bayanganku tidak bisa terpantul di cermin Di”
“Kemudian aku hapus embun yang ada di kaca pelan-pelan, dan setelah itu muncul wajah orang tua”
“Hahahah siang-siang gini kok ada penampakan No, sudahlah mungkin tadi gara-gara kamu capek dan kaca itu penuh embun”
“Apa yang aku lihat tadi benar Di”
“Wajah orang tua, eh orang tua yang memakai udeng, ya wajah yang sama dengan yang beberapa kali menampakan ke kita Di”
“Hmmm pertanda apa ya No, kenapa dia sampai ada di kaca itu siang hari seperti ini, apakah ini pertanda bahwa kita tidak boleh menginjakan kaki ke rumah itu lagi?
“Aneh juga kan No, beliau orang tua dengan udeng di kepala. Tidak hanya ada di rumah itu, bahkan di hotel ini dia juga menampakan diri”
“Coba kamu pikir baik-baik No”
“Aku nggak bisa mikir dengan baik Di, aku masih kepikiran dengan wajah yang ada di kaca itu”
“Wajah itu sedang marah atau hanya menampakan saja No?”
“Aku nggak perhatikan Di, karena aku keburu ketakutan, aku jelas gak mengingat apakah wajah itu marah atau tidak”
“Dah gini saja No…. anggap saja yang ada di kaca itu hanya eh embun dari uap air yang secara kebetulan menggambarkan sosok wajah”
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 118 Episodes
Comments
Bunda Titin
Oalah mba'e sekarang ada LG mie keriting gosong, telur dan sosis kelamaan di guyur air panas jd mengkeret yo,..........tombel..........tombel..........😝😝😝😝😝😝😝😝😝😝😝😝
2024-08-07
0
Ai Emy Ningrum
mie keriting gosong nya kbnyakan kecap tuh 😂😂😂😂😂😂😂 telur nya jg telur naga sama sosis kelamaan digoreng jd kisyut...
2023-05-14
7