Part 20

Malam itu di salah satu hotel mewah, seorang wanita berusia 40 tahunan masuk kedalam salah satu kamar hotel.

Wanita itu mengenakan pakaian yang cukup sopan namun terkesan elegan, dan terlihat begitu mewah. Karena pakaian yang dia pakai adalah pakaian limited edition.

Dengan pelan wanita itu membuka pintu kamar hotel dan masuk perlahan kedalam itu.

"Aaaaah!!" Wanita itu berteriak.

Wanita bernama Luci itu berteriak, karena tubuhnya merasa di peluk oleh seseorang.

"Luci aku sudah sangat merindukan mu." Ucap seorang pria yang memeluk Luci dari belakang.

"Max." Ucap Luci.

Luci yang telah berjanji pada Max, akhirnya datang. Karena dia tidak ingin kembali pada kehidupan susahnya dulu.

Saat ini perusahaan Stuart entertainment memang sudah membaik, tapi mereka masih membutuhkan banyak suntikan dana. Jadi Luci mau tidak mau harus menerima tawaran dari Max.

"Aku benar-benar merindukan mu." Ucap Max sambil menghirup aroma rambut Luci.

Max yang masih memeluk Luci dari belakang, m*nciumi* bahu dan leher Luci, dan itu membuat Luci mencoba menjauhkan Max yang notabennya laki-laki m*sum itu.

"Max jangan seperti ini, mari kita bicara dulu." Ucap Luci mencoba melepaskan diri dari pelukan Max.

"Tidak perlu, kau hanya harus membuatku senang hari ini. Aku sudah menyiapkan uang yang kau butuhkan sayang."

Dengan tenaga yang Lusi miliki, di tambah Max m*ncium daerah yang membuat suasana memanas bagi tubuh Luci, Luci pun tidak bisa lagi memberontak.

Hanya dalam waktu kurang dari 1 menit, Max berhasil membuat Luci mengeluarkan suara indah yang sudah sangat dia rindukan.

Mendengar suara indah dari mulut Luci, Max tersenyum.

Max masih sangat ingat dimana saja titik sensitive Luci dan dia senang karena itu masih sama, sehingga tidak perlu waktu lama untuk menaikan n4fsu* Luci yang sekarang sedang sok jual mahal.

Max terus membuat Luci mengeluarkan suara indah miliknya, dengan m*rem4s kedua buah mel0n yang cukup besar, dan memainkan kedua biji*nya yang tidak tidak begitu besar di depan dua mel0n besar itu.

"Max.." Luci memanggil nama Max saat tangan Max menyentuh kelereng kecil di bawah sana.

Max semakin tersenyum lebar, dia merasakan ada sedikit madu pada tangannya ketika bermain dengan kelereng kecil Luci. Tapi meskipun madu itu sudah membasahi tangan Max, dia tetap memainkan kelereng itu sambil sesekali salah satu jarinya masuk ke sumur* lemb4b, dan membuat Luci menjerit karena tidak bisa menahannya.

Saat merasa tubuh Lusi bergetar dengan kuat, Max menarik tangannya. Dia tersenyum puas sambil melihat dua jarinya yang sudah lengket karena madu dari sumur yang basah itu.

"Sayang, suaramu masih sangat merdu saat berteriak karena tidak bisa menahannya tadi."

"Kau sudah keterlaluan."

"Ini belum apa-apa sayang. Timun besar ini belum masuk ke dalam sumur itu. Dia juga sudah merindukannya."

Semua perkataan yang Max lontarkan pada Luci tidak pernah jauh dari hal-hal yang berbau s*langk4nga*n. Dan tentu itu membuat li*bido* Luci yang sedang naik, semakin naik.

Siang itu, di dalam kamar hotel. Luci akan menjadi bulan-bulanan Max yang sudah lama merindukan tubu*hnya.

...----------------...

Di mansion, Alex sedang berada di dalam ruang kerjanya. Sudah dua hari ini dia tidak pergi ke perusahaan dan mengerjakan semua pekerjanya di mansion.

Sementara Jaselyn masih setia menutup kedua matanya dengan rapat tanpa ada tanda-tanda akan bangun.

Tok tok tok

Sebuah ketukan pintu membuat Alex harus menghentikan pekerjaannya. Alex berjalan kearah pintu lalu membukanya.

"Ada apa?" Tanya Alex setelah dia melihat pelayan yang mengetuk pintu ruang kerjanya.

"Ma..maaf tuan."

"Katakan ada apa?" Tanya Alex lagi.

"Itu.. No.. Nona Jaselyn sudah sadar."

Kedua mata Alex terbuka lebar, dengan cepat Alex menutup pintu ruang kerjanya dan berjalan menuju kamar tamu dimana Jaselyn berada.

Alex masuk ke dalam kamar, dia melihat Jaselyn yang terbaring lemah sudah membuka matanya.

Dengan pelan Alex berjalan mendekati Jaselyn, dan tanpa Alex sadari dia telah duduk di sisi ranjang dimana Jaselyn berbaring.

"Akhirnya kau sudah sadar." Ucap Alex seraya menatap Jaselyn.

Jaselyn tidak menjawab, tatapannya kosong seperti orang yang tidak bisa melihat apapun. Wajahnya pucat pasi, dengan ragu Alex mengangkat tangannya dan menyentuh pipi Jaselyn yang kurus.

"Apa kau lapar?" Tanya Alex dengan pelan.

Kembali tidak ada jawaban yang Alex dengar dari bibir Jaselyn.

Saat ini seorang Alex yang di kenal berhati dingin dan hanya ada balas dendam di kepalanya, menatap wanita muda yang telah di siksa olehnya dengan tatapan penuh rasa bersalah.

"Buatkan bubur untuknya." Ucap Alex pada pelayannya yang berdiri di depan pintu.

"Baik tuan."

Alex mengusap pipi Jaselyn dengan lembut.

"Istirahatlah, aku akan membangunkan mu saat buburnya sudah siap." Ucap Alex.

Jaselyn mengedipkan matanya beberapa kali, kemudian kedua matanya mulai terpejam. Alex melihat ada bulir bening keluar dari sudut mata wanita yang telah dia lukai itu. Tangannya mengepal dengan kuat.

Setelah beberapa saat Alex melihat Jaselyn tertidur, dengan pelan dia berdiri dan berjalan ke pintu kamar.

"Tidak! Tolong lepaskan aku! Papa! Papa, jangan... Jangan!"

Belum sempat Alex membuka pintu dan keluar, dia di kagetkan oleh teriakan Jaselyn yang begitu keras.

Dengan perasaan khawatir, Alex berbalik dan berjalan mendekati Jaselyn yang berteriak-teriak dalam tidurnya.

"Jaselyn bangun, Jaselyn Stuart! Jaselyn." Ucap Alex mencoba membangunkan Jaselyn.

Jaselyn masih berteriak-teriak meminta ampun dalam tidurnya, air matanya bahkan telah membasahi kedua matanya.

Alex yang tidak tahu harus berbuat apa, langsung berbaring di samping Jaselyn dan memeluknya dengan erat. Alex juga menggenggam tangan Jaselyn.

"Jangan takut, aku disini. Jangan takut." Ucap Alex dengan lembut, seraya memepuk-nepuk dengan pelan punggung Jaselyn.

"Papa ampun! Jangan... Jangan bawa Jaselyn, Papa! Jangan, Papa! Papa!" Teriak Jaselyn lagi dalam tidurnya.

Alwx masih tetap memeluk tubuh Jaselyn yang tengah bermimpi buruk itu, mengusap punggungnya yang bergetar karena menangis.

"Jangan takut, aku disini. Dia tidaj akan berani menyakiti mu lagi. Jangan takut, jangan takut." Ucap Alex dengan lembut.

Setelah berkali-kali Alex mencoba menenangkan Jaselyn, akhirnya perlahan teriakan Jaselyn menyusut dan dia kembali tidur dengan tenang. Alex menatap dengan lekat wajah Jaselyn yang sudah tertidur itu.

Beberapa menit kemudian, Alex mencoba melepaskan pelukannya. Namum saat dia akan melepaskan genggaman tangannya, tangan Jaselyn memegangnya dengan erat.

Alex yang tidak kemana-mana hanya bisa kembali berbaring di samping Jaselyn yang tidur, menatap wajah pucat namun cantik itu.

"Bagaimana bisa dalam tidur kau berteriak seperti itu, apa saja yang telah Stuart tua itu lakukan padamu kelinci kecil?"

Cukup lama Alex menatap setiap bagian wajah Jaselyn.

Tok tok tok

Setelah terdengar suara ketukan, pintu kamar terbuka. Seorang pelayan masuk membawakan satu mangkuk bubur dan segelas jus.

"Tuan, saya akan meletakan buburnya disini." Ucap pelayan itu.

"Iya."

Pelayan itu lalu keluar dan kembali menutup pintu kamar itu.

"Jaselyn, bangunlah. Buburnya sudah datang, kau harus bagun dan makan." Ucap Alex membangunkan Jaselyn.

Beberapa kali Alex membangunkan Jaselyn dengan pelan dan penuh kesabaran. Hingga akhirnya kedua mata Jaselyn terbuka dengan perlahan.

Melihat Jaselyn telah bangun, Alex melepaskan genggaman tangannya.

"Makanlah, setelah itu aku akan menyuruh orang untuk membantumu mandi." Ucap Alex.

Jaselyn hanya menatap Alex dengan tatapan kosong, tanpa mengatakan sesuatu.

Terpopuler

Comments

jhon teyeng

jhon teyeng

membahas tentang pertanian aja kakak lbh enak, jgn dicampur antara sawah sama warung sebelah yg jualan kelereng, sebab disitu juga jual layang2😋😎

2023-05-06

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!