Hari ini Alex akan kembali ke perusahaan, dan tentu akan meninggalkan mansion sementara waktu. Dengan membawa seutas tali, Alex masuk ke dalam kamar tamu khusus dimana Jaselyn berada.
Melihat Alex masuk ke dalam kamar, Jaselyn langsung mundur dia mencoba menjauh dari Alex karena takut.
Tetapi tubuhnya yang lemah tidak bisa pergi kemanapun, meskipun dia melemparkan bantal ke arah Alex, Alex tetap berjalan ke arahnya.
"Jangan mendekat, saya mohon jangan mendekat." Ucap Jaselyn yang ketakutan.
Alex mengulurkan tangannya, dan berhasil menangkap tangan Jaselyn.
"Diamlah, jika tidak diam aku akan melakukan hal itu lagi padamu, dan tentu saja aku akan melakukannya dengan lebih keras lagi!" Ucap Alex penuh dengan tekanan.
Mendengar apa yang di katakan oleh Alex, Jaselyn menggelengkan kepalanya. Dia tidak mau jika dirinya kembali merasakan rasa sakit akibat timun besar itu lagi.
Alex mengikat kedua tangan Jaselyn dan tali itu di ikatkan pada ranjang, agar Jaselyn tidak bisa kemanapun.
"Jika kau tidak mau aku melakukannya lagi, maka menurutlah. Dan jangan berbuat macam-macam. Kau hanyalah anak dari Stuart yang akan menerima nasib sialmu disini." Ucap Alex aerqya menatap tajam pada Jaselyn.
Jaselyn menggelengkan kepalanya, dia tidak tahu apa yang sebenarnya telah dia lakukan sehingga dia di perlakuan seperti itu.
Setelah mengikat Jaselyn, Alex keluar dari kamar itu.
"Aaaaagh!!" Jaselyn berteriak dengan keras di dalam kamar itu.
Dia menangis sejadi-jadinya disana, kehidupannya telah hancur, dan yang membuatnya hancur adalah keluarganya sendiri.
Jaselyn terisak sendirian di dalam kamar itu. Tubuhnya terasa lemas, dan sakit.
Di luar kamar, Alex dan Leon sudah siap untuk pergi ke perusahaan. Mereka akan meninggalkan mansion siang itu dan akan kembali sore nanti.
"Kau jaga wanita itu, jangan lepaskan ikatannya kecuali dia ingin ke kamar mandi. Dan ikat lagi dengan kencang setelahnya."Ucap Alex pada pelayannya itu.
"Baik tuan."
Alex mengangguk, dia lalu masuk ke dalam mobil dan tak lama mobil itu melaju menuju perusahaannya.
"Leon, bagaimana dengan si tua Stuart itu?" Tanya Alex.
"Saat ini tuan Yu sudah menghubungi dan memarahinya tuan, dan sepertinya kerjasama antara Stuart dan tuan Yu itu akan di batalkan."
"Itu bagus, mereka tidak layak mendapatkan bantuan dari siapapun."
Alex menatap laptopnya, membaca perkembangan perusahaan miliknya yanh berada di beberapa tempat.
...----------------...
Di rumah keluarga Stuart, dua orang pengawal yang di perintahkan oleh Robert Stuart untuk mengantar Jaselyn ke bandara, tersungkur tidak berdaya setelah mendapatkan hukuman dari tuannya.
Sekarang bukan hanya tidak mendapatkan bantuan dari tuan Yu, tapi dia juga tidak lagi bisa bekerja sama dengan orang itu, karena perusahaannya telah masuk dalam daftar hitam di perusahaan tuan Yu.
"S*alan!! siapa yang sudah menghancurkan rencanaku? Jika aku tahu siapa dia, aku tidak akan pernah melepaskannya." Tangan Robert mengepal kuat, dia benar-benar sangat marah.
"Sudah Pa, kita pikirkan jalan lainnya.Tidak mungkin jika tidak ada cara yang lain." Ucap Luci mencoba menenangkan suaminya.
"Cara apa? Hanya itu cara satu-satunya! Kecuali jika putrimu mau menemani tuan muda Hans waktu itu." Ucap Robert dengan nada kesal.
Bagaimana Robert tidak kesal, saat perusahaannya membutuhkan bantuan yang begitu mendesak, putrinya yang selama ini dia manja tidak mau membantu. Dia justru berkata jika itu salah Robert karena dulu sudah membuat keluarga Dominic menderita.
Perkataan putrinya itu tentu saja membuat Robert sangat marah, walaupun saat itu Monica belum lahir, bahkan saat itu Robert belum mengadopsi Jaselyn dari panti asuhan. Tapi apa yang Robert lakukan demi kebahagiaan mereka juga.
"Aku akan pikirkan cara yang lain. Kau tenangkan dirimu dulu." Kembali Luci mencoba menenangkan Robert.
Luci mengantar Robert ke kamar, beberapa saat kemudian dia kembali keluar dan menyuruh pengawal lain membantu pengawal yang di pukuli oleh Robert untuk di obati.
Setelah itu, Luci pergi kedalam sebuah ruang kerja Robert. Luci berjalan menuju rak buku yang berada di sudut ruangan. Dengan hati-hati Luci memasukkan salah satu tangannya, dan menekan dinding yang ternyata sebuah tombol rahasia yang hanya dirinya yang tahu.
Beberapa saat setelah Luci menekan tombol itu, rak buku bergerak membuka sebuah ruang rahasia dengan pintu yang begitu kecil, bahkan hanya muat untuk satu orang saja.
Dengan cepat Luci masuk kedalam ruangan itu dan rak buku tertutup kembali seperti semula.
Didalam ruang rahasia itu, Luci berjalan kedalam sebuah kamar. Dia mencoba mengingat sesuatu lalu dengan tergesa-tegas Luci membuka lemari, dan mencari sesuatu yang dia coba ingat tadi.
Kedua mata Luci berbinar menemukan benda yang dia cari.
"Akhirnya aku menemukannya." Ucap Luci.
Luci menatap secarik kertas yang dia cari tadi, diatas kertas putih itu ada sederet nomor yang mungkin adalah nomor telfon seseorang.
Luci sangat ragu untuk menghubungi nomor itu. Tapi dia sudah tidak mempunyai pilihan lain.
Luci pun mencoba menekan nomor itu pada layar ponselnya, saat akan menekan icon berwarna hijau di ponselnya, kembali Luci merasa ragu.
"Baiklah Luci. Ini jalan terakhir agar kamu dan anakmu bisa hidup nyaman." Luci mencoba meyakinkan diri lalu menekan icon berwarna hijau itu.
Luci tidak tahu apakah nomor itu masih aktif atau tidak, karena sudah bertahun-tahun dia tidak menghubungi nomor itu.
Beberapa kali Luci mendengar suara sambungan telfon itu, namun tidak ada tanda-tanda akan di jawab. Luci pun akan memutuskan sambungan telfonnya sebelum akhirnya dia mendengar suara laki-laki menjawabnya dan Luci yakin jika itu adalah suara Max.
Max : Halo.
Luci : I.. Iya.
Max : Luci? Luci, akhirnya kau menghubungiku sayang.
Luci : Iya maafkan aku Max, karena baru menghubungi mu.
Max : Tidak apa-apa sayang. Aku bahagia kau menghubungiku hari ini.
Luci : Emm iya.
Max : Ada apa sayang? Apa kau menghubungi ku karena kau akan menerima tawaran dariku waktu itu? (terdengar suara wanita menger4ng)
Luci diam mendengar suara wanita di seberang sana.
Luci : Max, apa kau sedang bersama dengan seorang wanita.
Max : Akh, iya. Menunggu mu terlalu lama sayang, jadi aku sedikit bermain dengan beberapa wanita disini.
Luci : .........
Max : Luci apa kau mendengarku?
Luci : I..iya aku mendengarmu Max.
Max : Lalu apa jawabanmu, sayang?
Luci : Aku...
Max : Cukup, aku tahu kau akan setuju tentang tawaranku iru. Karena aku sudah melihat bagaimana harga saham perusahaan milik Robert jatuh, dan tidak ada yang mau membantu kalian lagi.
Luci : Max.
Max : Luci sayang, tawaranku tidak akan berlaku dua kali. Kau harus memberikan jawabannya sekarang, atau aku sama sekali tidak akan membantu kalian.
Luci : ............
Max : Aku akan menghitungnya sampai 3, jika kau tidak memberikan jawabanmu, maka aku pastikan kau dan putrimu akan hidup menderita.
Luci : Max, aku....
Max : satu.... Dua....
Luci : Baik, berhentilah menghitung, aku mau.
Max : (suara tawa) Baik, besok aku menunggu mu di hotel saat terakhir kita bertemu sayang.
Luci : Iya.
Max : Jika kau tidak datang, maka kau tahu apa hukumannya sayang.
Luci : A... Aku mengerti.
Luci langsung memutuskan sambungaan telefonnya, dia termenung dengan apa yang telah dia lakukan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 59 Episodes
Comments