Di dalam mobil mereka berdua hanya terdiam, seolah-olah mereka sedang terhanyut pada pemikirannya masing masing.
Via masih memikirkan tentang keputusannya untuk menikah dengan Ziga, walau itu hanya sebatas pernikahan kontrak tapi hal tersebut sangat menggangu pikirannya.
Sementara Ziga berusaha menahan debar jantungnya yang semakin lama semakin kencang ketika duduk berdampingan dengan Via.
Ehm, mengapa harus seperti ini, aku belum pernah merasakan hal seperti ini terhadap wanita manapun. Bahkan tidak dengan Sarah sekalipun dia adalah kekasihku, gumam Ziga..
"Tolong antarkan aku ke butik Nadhya," pinta Via kepada Ziga.
Ziga mengernyitkan alisnya,
"Rumahmu dekat dengan butik Nadhya?" tanya Ziga.
Via menggelengkan kepalanya,
"Bukan, aku ingin mengembalikan ini pada Nadhya," jawab Via sambil menunjukkan. selembar cek yang tadi di berikan oleh Nadhya.
"Aku tidak mau berhutang terlalu banyak pada orang lain," tambah Via
Ziga menatap Via, dia kagum akan prinsip gadis cantik itu.
"Baiklah, Rik ke ZG butik!" perintah Ziga.
"Baik Tuan muda," jawab Erik singkat, kemudian Erik pun melajukan mobilnya menuju ZG butik.
Setibanya di depan butik, Via hendak terburu-buru turun. Tapi Ziga menarik tangannya tiba-tiba.
"Selesaikan urusanmu segera, jangan terlalu lama. Aku tunggu di sini," pesan Ziga pada Via yang di jawab dengan anggukan kepala oleh gadis itu. Kemudian Via segera berlari masuk ke dalam butik.
Masuk ke butik, Via segera menuju kantor Nadhya, yang membuat sahabatnya itu terkejut karena kehadiran Via yang tiba-tiba.
"Ada apa Vi? apa ada sesuatu yang terjadi pada Reza?" tanya Nadhya khawatir.
Via menggelengkan kepalanya,
"Tidak, aku hanya ingin mengembalikan ini," jawab Via sembari menyodorkan selembar cek pada Nadhya.
Nadhya menatap Via keheranan,
"Kenapa?" tanya Nadhya.
"Bukankah kau sangat membutuhkan uang ini," selidik Nadhya.
"Ziga telah membantu semua biaya perawatan kak Reza," jawab Via jujur.
"Jadi, aku ingin mengembalikan ini," tambah Via.
Nadhya bertambah bingung, namun ketika ia akan melanjutkan pertanyaannya, tiba-tiba ponsel Via berdering.
."Halo," jawab Via.
"Aku sudah selesai. Baik, aku akan segera ke sana," tambah Via dan langsung menutup teleponnya.
"Maaf Nadh, aku sedang terburu-buru, akan aku jelaskan nanti," ucap Via yang kemudian langsung melesat keluar dari butik meninggalkan Nadhya yang masih kebingungan.
"Ayo ke rumah!" ajak Via begitu masuk mobil Ziga.
"Daerah Permata Hijau Pak!" pinta Via pada Erik yang tengah mengemudi.
"Baik Nona," jawab Erik tanpa protes.
Pak, memangnya aku terlihat tua ya, keluh Erik dalam hatinya.
Sementara Ziga sendiri sibuk dengan laptopnya untuk mengurus beberapa pekerjaan.
Dengan Via sebagai penunjuk arah, akhirnya mereka pun tiba di depan sebuah rumah berpagar besi berwarna hijau. Rumah Via bukanlah sebuah rumah mewah, tapi rumah sederhana dengan taman bunga yang indah di halamannya. Rumah yang terlihat sejuk dan nyaman.
"Kau mau masuk?" tanya Via ragu-ragu, karna dia takut Ziga merasa tidak nyaman di rumahnya yang kecil dan sederhana ini.
"Tentu," jawab Ziga. Dan itu bukanlah jawaban yang di inginkan Via, karna sejujurnya dia tidak merasa nyaman membawa Ziga kerumah. Apalagi di rumah ada bibi Weny.
"Aku pulang," teriak Via dari pintu yang langsung di sambut oleh Inah, asisten rumah tangga di rumah Via.
"Nona Via sudah pulang?" tanya Mba Inah.
"Iya mba," jawab Via.
"Bibi Weny ada?" tanya Via.
"Ada di kamarnya Non," jawab Inah.
"Silakan duduk!" ucap Via kepada Ziga.
"Tunggu sebentar, aku akan memperkenalkan bibi Weny padamu," tambah Via.
Ziga tak menjawab, dia hanya menganggukkan kepalanya kemudian duduk di sofa ruang tamu.
"Mba, tolong buatkan minuman untuk tamu saya," pinta Via.
"Baik Non," jawab Inah yang kemudian langsung menuju dapur.
"Via segera beranjak naik ke atas., tapi baru beberapa langkah dia kembali kehadapan Ziga.
"Aku harus mengenalkanmu sebagai siapa?" tanya Via, dia menatap Ziga dengan kebingungan.
Ziga pun terdiam, dia nampak berfikir sejenak.
Jika aku bilang calon suami sepertinya itu tidak mungkin, bagaimana jika nanti Bibinya tidak setuju, bisa repot urusannya, fikir Ziga.
"Bilang saja aku kekasihmu," jawab Ziga.
"Tapi selama ini aku berada di luar negeri, jadi kita jarang bertemu," jelas Ziga.
Benar juga apa yang di katakan Ziga, batin Via. Itu adalah jawaban yang paling memungkinkan, fikir Via.
Via pun menganggukkan kepalanya, kemudian gadis cantik itu segera menuju kamar Weny.
Via mengetuk pintu kamar Weny.
"Bi, ini Via," panggil Via dari luar pintu.
"Masuklah Vi," jawab Weny dari dalam kamarnya.
"Apa bibi sibuk?" tanya Via ragu-ragu.
"Tidak, ada apa Vi?" tanya Weny penasaran.
"Apa kau baru saja menjenguk kakakmu?" tanya Weny lagi.
Via pun menganggukkan kepalanya.
"Bi, Via ingin mengenalkan seseorang pada bibi," ucap Via ragu-ragu.
"Siapa Vi?" tanya Weny penasaran, tak biasanya Via membawa seseorang ke rumah.
"Ehm ... kekasih Via Bi," jawab Via pelan, dia takut Weny akan menolak kedatangan Ziga.
"Baiklah, ayo temui dia," ucap Weny. Dan mereka berdua pun segera turun ke bawah untuk bertemu dengan Ziga.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 121 Episodes
Comments
Isna Mahardika
tidak bertele_tele yaa, sukak bangettttttt
2022-04-11
0
Mujiyanti
enak banget kata2 nya, tanda bacanya juga tepat jadi suka bacanya,,,
2021-05-10
0
◌ᷟ⑅⃝ͩ●⍣క🎸BuNdAιиɑ͜͡✦●⑅⃝ᷟ◌ͩ
sederhana & sweet ceritanya.... suka
2021-03-27
0