Pukul 03.56 malam hari, di kota Iris.
Hari itu, suasana kota cukup kacau sekaligus ricuh. Bagaimana tidak, setelah lonceng kota dibunyikan, semua orang mulai panik dan keluar berhamburan dari rumah mereka.
“TENG! TENG! TENG! TENG!"
Suara lonceng kota terdengar ke seluruh kota.
“Semuanya!! Harap evakuasi diri kalian!!! bawa barang-barang yang diperlukan!" Teriak salah seorang Prajurit kesatria.
Lalu tiba-tiba, seorang wanita tua datang menghampiri prajurit. “Tuan kesatria!! Tolong cari anakku!! dia tidak ada di dalam rumah! Aku mohon!!!"
Wanita itu meminta bantuan pada kesatria yang sedang mengatur warga. Sambil menangis, wanita itu sesekali berlutut dan memohon.
“APA!!? ANAKMU HILANG!!??" Prajurit itu terkejut.
“Kumohon!!!! tolong anakku!!! Tuan kesatria!!!!" Wanita itu berlutut sambil menangis.
“Sial! disaat seperti ini!?" Batin Prajurit tersebut.
“Baiklah!! Aku akan mencarinya! seperti apa ciri-ciri an—"
Tiba-tiba seorang petualang datang menghampiri prajurit dan wanita tua tersebut. “Oy!!!! Aku menemukan anak hilang!!"
Seketika prajurit itu langsung menoleh ke arah suara orang tadi. “Hm!? jangan bilang ... Bu! bangunlah! apa dia anak yang kau cari!?"
Mendengar hal itu, wanita itu menoleh ke arah yang di sebutkan prajurit. “Itu ... ITU ANAKKU!! ANAKKU!"
“MAMA!!"
Akhirnya, wanita tua itu menemukan anaknya. Lalu setelah itu, para prajurit dan petualang lainnya mulai pergi, untuk membangunkan warga lain yang masih tertidur di dalam rumah.
****
Baiklah, kembali kesaat sebelum kejadian.
Sekitar 30 menit yang lalu sebelum kericuhan kota di mulai. Saat itu, Vetra bergegas pergi menuju Guild Petualang, dengan sihir terbangnya.
“Whossshh!!" Vetra bergerak cepat dan halus.
“Disaat seperti ini, Aku harus menghubungi Arck terlebih dahulu." Batin Vetra.
Vetra kemudian menggunakan skill komunikasi jarak jauhnya, untuk menghubungi Petualang Arck. Dengan harapan, Arck sudah terbangun dari tidurnya.
****
Disuatu tempat, rumah Arck. Tepatnya di dalam kamar.
“Korghh~ korghh~" Arck tertidur pulas di atas kasur.
Ya, sudah pasti itu mustahil di jam malam seperti ini. Pada kenyataannya, Arck masih tertidur pulas di kamarnya.
****
Oke, kembali ke Vetra. kali ini Vetra sedang menunggu di Guild petualang.
“YANG BENAR SAJA!? DIA TIDAK MERESPONKU!?" Vetra yang kesal tidak mendapat jawaban.
“Kugh! dasar! Meski sudah memiliki pekerjaan, masih saja telat bangun pagi!" Vetra yang kesal.
Karena tidak ada yang menjawab panggilan Vetra, akhirnya Vetra pergi menemui Duke (Adipati) Velix, atau yang biasa disebut pemimpin kota.
****
Kembali pada saat ini, di dalam kota.
Suasana kota yang begitu ricuh dan kacau, berhasil dikendalikan oleh para prajurit kesatria dan para petualang.
“Bagus! jangan berdesak-desakan! atur formasi dan baris dengan rapi!" Tegas salah seorang prajurit.
Semua warga kota berhasil ditenangkan. Dengan begini, para prajurit dan petualang bisa bernafas lega.
“Hah ... tadi itu melelahkan~ syukurlah kita semua bisa mengatur mereka," Ujar salah seorang petualang.
Mendengar ucapan petualang itu, para prajurit merasa bangga. bagaimana tidak, ternyata masih ada orang seperti mereka (petualang) yang bisa diandalkan, disituasi seperti ini.
“Benar juga! kalau tidak salah, salah satu dari kalian ada yang pergi untuk mengintai pergerakan kerbau tanduk besi, kan?" Tanya salah satu prajurit.
“Ah! Aku ingat, kalau tidak salah ... Fathian dan Rain, namanya." Jawab petualang tersebut.
“Begitu ya, syukurlah ... dengan begini, kita bisa bersiap!" Ujar prajurit kesatria.
Setelah itu, mereka kembali melaksanakan tugasnya masing-masing di kota.
para kesatria bertugas untuk mengevakuasi warga yang tertinggal di dalam rumah, sekaligus menjaga keamanan di dalam kota.
Sementara para petualang, mereka di tugaskan untuk bersiaga di luar kota. Dengan semangat bertarung yang mereka miliki, mereka tidak gentar sedikitpun.
****
Kembali kepada Fathian dan Rain. Saat ini, mereka berdua sedang mencari kawanan kerbau tanduk besi.
Mereka berlari menyusuri hutan, dengan pergerakkan langkah kaki mereka yang cepat.
“Fathian! Aku rasa, lokasi kawanannya tidak jauh dari lokasi padang rumput yang kita gunakan waktu itu," Ujar Rain.
“Aku tau! makasih sudah mengingatkan! sekarang, kita sebaiknya bergegas mencari mereka! WHOOSSSH!!" Fathian menambah kecepatannya.
Tidak mau tertinggal, Rain ikut menambah kecepatannya untuk menyusul Fathian.
****
Lalu di suatu tempat, di lereng gunung yang curam.
Terdapat sekawanan kerbau tanduk besi, yang sedang berjalan menyusuri lereng gunung. Jumlah mereka tidak sedikit, melainkan kisaran 100 sampai 1000 lebih.
Mereka semua berbaris, mengikuti jalan setapak di lereng gunung. Bagaikan pasukan besar, yang siap menjajah sebuah kota.
“MOOOO!!!!!! MOOOO!!!" Suara keras dari salah satu kerbau yang memimpin jalan.
Lalu disaat yang sama, Fathian dan Rain sampai di lokasi, di mana mereka menemukan sekawanan kerbau tanduk besi tersebut.
Fathian dan Rain bersembunyi dibalik bebatuan di atas bukit tinggi.
“Rain, gunakan skill mata elang," Ujar Fathian.
“Apa? kemampuan apa itu!?" Rain kebingungan.
“Eh ... yang bener aja, kukira dia sudah menguasainya, padahal waktu dia menerobos Ibu kota, dia nenggunakan skill ini." Batin Fathian.
“Padahal ini sihir tingkat umum, ini berguna banget buat mengintai," Ujar Fathian.
“Aku mengerti, Aku akan belajar darimu setelah ini," Ucap Rain.
“Boleh ... kalau kita bisa kembali hidup-hidup~" Fathian tersenyum.
Mendengar ucapan Fathian, Rain merasa dirinya harus bertambah kuat dan jauh lebih kuat.
“Hmm, Ini ... Jumlah mereka banyak banget, Rain! ayo pergi!" Ujar Fathian.
“Eh? sudah dapat?" Tanya Rain.
“Sudah, sekarang ... ayo beraksi," Fathian mencabut pedang dari sarungnya.
“Baiklah, ayo kemba—"
“Siapa yang kau bilang kembali?" Fathian menyergah ucapan Rain.
Sontak Rain mulai menyadari apa yang Fathian maksud, disaat Fathian mencabut pedangnya. “Tunggu! jangan bila—"
“Tap tap tap tap whossshh~" Fathian melompat terjun ke bawah, menuju kawanan kerbau.
“Fathiaaaan!!!"
“Hhhhhmm~ SHING!! TAK!!" Fathian memegang erat-erat pedangnya.
Disaat Fathian terjun mengarah pada kawanan kerbau, Fathian mengeluarkan teknik pedangnya.
“Hmh! WHOOOSHH!!! SWORD!! TEKNIK! HAAATT!!! PTANG!!!! DHUAARRR!!" Fathian membelah jalan setapak di pinggir lereng.
Diwaktu yang bersamaan, beberapa dari rombongan kerbau tanduk besi, mulai tergelincir jatuh ke jurang.
“MOOOO!!!!! MOOO!!!" Jeritan kerbau yang terjatuh.
Rain yang memperhatikan Fathian, seketika mulai sadar. Apa yang direncanakan Fathian saat ini, adalah mengulur waktu.
“Fathian! AKU DATANG!!!" Rain melompat terjun dari bukit tinggi.
Mendengar Rain akan ikut, Fathian menoleh ke arahnya, sambil memasang wajah tersenyum.
“Haha~ akhirnya kau paham, GUNAKAN MANA DI TELAPAK KAKIMU, UNTUK MENDARAT!" Teriak Fathian.
“AKU TAU!!" Jawab Rain.
Rain mendarat dengan selamat, sampai di bawah. “Tap! ... fyuh~ maaf Aku baru menyadari rencananya.
Rain kemudian mengeluarkan Pedang dari sarungnya, dan langsung memasang sikap bertarung.
“Tidak perlu minta maaf, sekarang ... ayo kita cegah mereka melewati jalan," Ujar Fathian.
“MOOOOO!!!!!!" Suara kerbau yang marah.
Suara kerbau itu sangat keras, hingga dapat membuat gendang telinga manusia kesakitan.
Namun, sebelum kerbau itu mengaum, dengan cepat Fathian memberi perintah pada Rain.
“Rain!"
“Dimengerti! Perisai Mana!!! Whoossh!!" Rain memunculkan Perisai mana, untuk melindungi Fathian dan dirinya.
Disaat yang sama, Fathian memperhatikan perkembangan Rain dalam mengontrol mana.
“Ho~ boleh juga, bagus, Rain," Fathian mengetuk-ngetuk perisai mana milik Rain.
“Hah ... hah ... hah, ini belum seberapa hahah~" Rain agak kelelahan.
“Hmm? nanti kita latihan bareng lagi, agar kau bisa mengontrol manamu dan memperluas aliran mana di dalam tubuhmu," Ujar Fathian.
“Haha ... mohon bimbingannya." Jawab Rain.
Kali ini, mereka berdua akan mengulur waktu sekawanan kerbau tanduk besi. Akankah para petualang dan kesatria datang membantu, atau tidak sama sekali.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 39 Episodes
Comments