Episode 7 Rekan

Waktu menjelang malam, Fathian berada di dalam gua sambil duduk beristirahat. Namun, dalam kondisinya tersebut, Fathian agak kesulitan karena di dalam gua sangat gelap.

“mampus, gak ada api, disituasi kaya gini susah jadinya"

“Oh iya, harusnya aku punya ”mana" kan?"

Mana adalah kekuatan sepiritual yang biasa dimiliki orang-orang tertentu. Mana juga berfungsi sebagai energi untuk mengeluarkan sebuah jurus atau sihir.

Mengingat hal itu, Fathian mulai duduk bersila lalu menutup matanya. Fathian seakan bermeditasi dengan tenang tanpa tergoyahkan oleh gangguan apapun.

“Hm? Ini ... Aku mulai merasakannya, kayanya cara yang aku praktekin dari novel itu bekerja." Batin Fathian.

“tapi, mana yang kurasakan ini ... Masih lemah, aku harus memperluas ruang mana dalam tubuhku." Fathian konsentrasi.

Fathian terus melakukan hal tersebut, sampai Ia memperluas “mana" di dalam tubuhnya. Ini dikarenakan agar tubuh Fathian bisa tetap stabil dan nyaman ketika bergerak.

****

1 jam kemudian.

“Huh~ akhirnya beres juga, ya walaupun gak sempurna, tapi rasanya cukup baik." Fathian menggerakan badannya.

“Oke, untuk sekarang aku bisa menggunakannya, tapi yang jadi masalah ...." Fathian berpikir.

Yang menjadi masalahnya ialah, meskipun Fathian sudah pernah membaca novelnya, Fathian juga tidak terlalu mengingat pasti keseluruhan yang akan terjadi di novelnya.

“Haah~ repot kalau gini, lebih baik aku tidur aja dulu, besok aku harus cari kota yang bisa aku tempati," Ujar Fathian.

Fathian kemudian berbaring, tanpa alas. Dengan hanya bermodal buku, yang dijadikan sebuah bantal.

“Gak papalah, yang penting bisa tidur." Fathian cukup kesakitan dengan bukunya.

“Ya ... Semoga aja kali ini aku bisa hidup ... Hwahh~ ... Lebih lama." Fathian tertidur.

Di malam yang sunyi, Fathian tidur di dalam gua, yang tersembunyi di balik air terjun. Suasana yang gelap serta nyanyian jangkrik di malam hari, membuat suasana malam menjadi tenang.

****

Pagi haripun tiba, Fathian bangun dari tidurnya.

“heup! Ugh ... Hwaah~ aduh, kayaknya aku langsung tidur kemarin malam, untungnya aku biasain tidur cepet di malam hari." Fathian bangkit dari tidurnya, lalu berjalan menuju ke luar.

Fathian keluar melalui celah-celah batu dibalik air terjun. “Hm? Ini udah pagi ya? Mataharinya baru muncul, sebaiknya aku mandi."

“Tap! Tap! Tap!" Fathian turun melompati bebatuan.

Fathian berdiam diri sebentar di pinggir kolam, yang ada di bawah air terjun. Fathian juga sesekali membasuh wajahnya sambil menunggu kesadarannya pulih karena ngantuk.

“Ya ampun, kayanya tadi malam, aku kurang nyenyak, bayangin aja tidur tanpa alas." Batin Fathian.

“Oh iya, baru sadar! Baju pangsi silatku ikut kebawa sampai sini ya? Padahal tubuhku sekarang umur 14, dan ... baju ini juga udah disesuaikan sama ukuran tubuhku?" Ujar Fathian kebingungan.

Melihat hal yang sudah terjadi, Fathian hanya bisa memaklumi apa yang ia lihat. Wajar, karena Fathian baru pertama kali mengalami hal seperti ini.

“Oh? Bekas peluru yang melubangi bajunya masih ada, kalo gini sampai di kota nanti, aku harus cari baju." Fathian meraba-raba kain bajunya.

Setelah lamanya Fathian berdiam diri, Fathian mulai memasuki kolam, sambil membasuh tubuhnya. Ya, walaupun tidak ada sabun atau sikat gigi, dan bermodalkan air yang lebih, Fathian hanya bisa menggosokkan tubuhnya dengan tangan.

****

5 menit berlalu, Fathian keluar dari kolam, dan mulai mengeringkan diri. Setelah selesai, Fathian berniat mencari kota atau desa yang dekat dari tempatnya.

Namun sebelum melakukan itu, Fathian juga menyempatkan waktunya untuk melatih beberapa gerakan silat, dan mengabungkannya dengan mana.

Dimulai dari tendangan dan pukulan, Fathian melatih semuanya.

“Pssh! Pssh!! Pssh!" Fathian memukul sambil mengeluarkan suara berdesis.

Entah apa alasannya, tapi yang pasti, hampir sumua pesilat atau atlit bela diri, pasti mengeluarkan suara seperti itu ketika bertarung ataupun latihan.

Fathian menghabiskan waktu sekitar dua jam, dalam latihannya tersebut. Setelah selesai, Fathian mulai melanjutkan perjalanan dan pergi mencari kota.

Fathian tidak tahu harus kemana, namun yang pasti, Fathian berharap dirinya tidak tersasar lebih jauh ke dalam hutan.

“Apa disini gak ada jalan setapak ya?" Fathian melihat kiri dan kanan.

Satu hal lagi, buku yang di baca oleh Fathian di episode 6, itu sudah tidak di bawa oleh Fathian. Fathian merobek dan membuang buku tersebut ke dalam kolam, dekat air terjun.

Alasannya, buku itu sudah memberikan semua jawaban dan informasi untuk Fathian. Jadi, Fathian sudah tidak memerlukannya lagi.

Fathian berjalan menyusuri hutan. Pandangannya tidak lepas dari jalan yang ia telusuri. Alasannya, karena Fathian sedang berusaha mencari jalan setapak.

“Gak ada juga, di mana jal—" (kalimat Fathian terputus).

“DASAR BUDAK SIALAN!!!"

“Huh? Suara apa itu? Bikin jantungan aja, ku kira hewan buas." Batin Fathian.

Mendengar teriakan yang cukup keras itu. Fathian pelan-pelan mencari asal suara tersebut.

****

Sesampainya ditempat kejadian, Fathian melihat sebuah kereta kuda. Jumlahnya hanya ada satu, tidak berrombongan.

“Huh? Itu ... Loh aku kayanya inget adegan ini." Fathian bersembunyi sambil melihat dari balik semak-semak.

Dari suara tersebut, Fathian menemukan subuah kejadian. Tepat di depan matanya, Fathian melihat dua orang dewasa yang menyiksa seorang remaja laki-laki, dengan cambuknya.

“Hm? Aku ingat kejadian ini, untung novelis buat ilustrasi karakter di setiap bukunya, sekarang aku tahu, apa yang harus aku lakukan." Fathian bersiap.

Fathian berniat untuk menyelamatkan remaja laki-laki tersebut. Perlahan namun pasti, Fathian mulai mengendap-ngendap dari belakang, melalui semak-semak.

Fathian berencana mengambil pedang yang ada di pinggang orang dewasa, satunya lagi.

“Oke, dari sini aku akan coba gunakan kecepatanku." Fathian memasang posisi berlari.

“BOCAH SIALAN!! APA KAU TIDAK TAU!!? HARGA ANGGUR ITU SEHA—"

“Shing!"

Sebuah serangan kejutan entah dari mana muncul, dan memotong salah satu tangan orang yang memegang cambuk

“Huh? apa ya— WAH!! TANGANKU!!! SIALAN!!!" salah satu dari orang itu, lengan kananya putus.

“Bos!! Apa yang sebenar— huh? Dimana pedan—"

“Shing!"

Dengan cepat, Fathian menebas leher orang yang membawa pedang tadi, hingga terputus. Dengan begitu, hanya menyisakan satu orang lagi, untuk dihabisi.

“HAH!!? SI—SIAPA KAU!!!? A—AKU BISA MEMBERIMU UANG, JADI ... TOL—"

“Shing!" Fathian menebas leher orang tersebut.

“Oke, disini beres, selanjutnya~" Fathian melirik ke arah remaja laki-laki tadi.

Fathian berjalan menghampiri remaja laki-laki tersebut. “Permisi, kalau boleh tau, namamu siapa?"

Fathian mulai memastikan, apakah laki-laki yang diselamatkannya itu, adalah target yang benar, atau bukan.

“Huh? Na—namaku ... Nam—" Ucapan anak laki-laki tersebut, terputus-putus.

“Kayanya kamu masih takut ya? Baiklah, aku akan mengajukan sebuah penawaran, kalau kamu setuju dengan penawaranku, maka aggukkan kepalamu, tapi kalau kamu gak setuju, kamu boleh mengabaikanku, gimana?" Ujar Fathian sembari tersenyum.

“U—uh ... Baiklah ...." Jawab remaja laki-laki tersebut.

“Oke, aku akan membawamu dan menjadikanmu sebagai rekanku, entah itu dalam pertarungan atau yang lainnya, bagaimana? Kau mau?" Fathian mengulurkan tangannya.

Remaja laki-laki itu kemudian menatap Fathian, Dengan raut wajah yang kebingungan. Tapi, karena dia merasa Fathian adalah penyelamatnya, tanpa pikir panjang, dia menerima uluran tangannya.

“Aku mau!" Anak itu menganggukan kepalanya, lalu menerima uluran tangan Fathian.

Melihat hal itu, Fathian tersenyum. “Mohon kerjasamanya."

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!