Siang hari yang cerah, Terdapat sebuah tempat yang sangat indah. Tempat itu adalah Padang Rumput hijau yang membentang cukup luas.
“Whosshh~" Angin berhembus
Pemandangan hijau yang indah serta langit biru yang luas, membuat suasana padang rumput begitu indah. Sembari ditemani angin sepoi-sepoi, semuanya terasa damai.
“PTANG!!! DHUAR!!!"
Sepertinya hari ini tidak begitu damai. Melihat dari suasananya, bisa dipastikan telah terjadi sebuah pertarungan.
“Rain!! Incar kepalanya!" Teriak Fathian.
“Aku mengerti!! Haaat!!!" Rain menebas dengan pedangnya.
“PTANG!!!"
“Ugh! Dia tidak memilik celah!" Tebasan Rain tertangkis.
“Hati-hati!! Tanduknya lumayan keras!" Fathian memperingati.
Hari ini, Fathian dan Rain sedang menjalankan sebuah quest tingkat E. Dengan Rank mereka saat ini, mereka belum bisa mengambil quest tingkat tinggi.
Quest yang mereka ambil kali ini adalah, quest berburu Kerbau Tanduk Besi. meski begitu, quest ini cukup sulit untuk Fathian dan Rain.
“Rain! Kerbau itu memiliki reflek yang cepat, satu-satunya cara untuk membelah tanduknya adalah menggunakan mana pada pedangmu! " Ujar Fathian.
“Aku mengerti!" Rain mulai menyalurkan mana pada pedangnya.
“HAAT!!! SLASSH!!" Rain berhasil memotong sebelah tanduk kerbau tersebut.
“MOOOO!!!!" Kerbau yang marah.
Melihat tanduk sebelahnya terpotong, Kerbau itu mengamuk. Dan menyerang Rain secara membabi-buta.
“Bagus! Rain! Mundur terlebih dahulu! Biar Aku yang urus sisanya!" Ujar Fathian.
Rain bergerak mundur, sesuai dengan arahan Fathian. Sambil memasang sikap waspada, Rain memantau situasi sekitar agar aman.
“huff~ hm!! Whosssshhh!!!" Sebuah energi yang kuat, muncul dari pedang Fathian.
“Huh!? Itu ... Sword Aura?" Rain terkejut.
Fathian melesat maju, menghampiri kerbau Tanduk Besi. Kecepatannya yang cepat, membuat kerbau itu kebingungan mencari Fathian.
“Mooo? MOO—"
“PTANG!!!! DHUARRR!!!"
“WHOSSSHH!!"
Fathian menghantam kepala Kerbau itu, dengan cukup keras. Hantamannya membuat kerbau itu tersungkur ke tanah.
Serangan Fathian itu juga, menimbulkan ledakan yang dahsyat. Bahkan sampai menimbulkan gelombang kejut yang sangat kuat.
Dampak dari gelombang kejut tersebut, membuat hembusan angin menjadi ganas. Sehingga memaksa Rain untuk mengunakan mananya sebagai pelindung.
“Huh!? gawat! Perisai mana!! Whussh!" Rain menggunakan perisai mana untuk berlindung.
Serangan Fathian tadi, berhasil menghantam kepala kerbau dengan sangat kuat. Akibat dari serangannya tersebut, Fathian tidak sengaja membuat Kepala kerbau itu Hancur.
“Ha~ huff~ ohok! Ohok!" Fathian yang kelelahan.
Rain yang menyaksikan kejadian itu, langsung berlari menuju Fathian. Dengan rasa khwatir, Rain mengeluarkan botol ramuan dari tasnya.
“Fathian!" Rain berlari menghampiri Fathian.
“Ugh, Sepertinya aku mulai terbiasa, tapi meski begitu ... Aku harus terus memperluas ruang “mana" dalam tubuhku."
“Fathian! Kau tidak papa!?" Rain menyodorkan botol minuman ke Fathian.
Fathian berdiri, lalu menepuk bahu Rain. “Tenang Rain~ aku baik-baik saja."
“Kau yakin?" Rain yang khawatir.
“hmm." Fathian menganggukkan kepalanya.
Setelah mereka berdua berhasil mengalahkan kerbau tersebut, mereka mulai membawa tubuh kerbau itu, untuk di serahkan ke Guild.
“Oh? Sepertinya ini tanduk yang Kau tebas, Rain." Fathian menemukan sebelah dari tanduk yang ditebas oleh Rain.
“Ah? benar juga!" Rain memasukkan tanduk itu ke dalam tas sihir miliknya.
Dikarenakan Fathian menggunakan Sword Aura, alhasil tanduk Banteng sebelahnya lagi, hancur karena hantaman pedang Fathian.
“Wah ... kayaknya Aku terlalu berlebihan ... haha~" Fathian memeriksa dampak serangan yang ia buat.
Setelahnya itu, Mereka berdua mulai beristirahat di bawah pohon rindang yang teduh. Untuk mengisi stamina mereka kembali, mereka duduk dan saling bercerita.
“Hah~ ini luar biasa, dunia fantasy yang diimpikan banyak orang ...." Fathian bersandar dibatang pohon.
“Fantasy? maksudmu?" Rain yang penasaran.
“Gak~ lupakan," Ujar Fathian.
Mereka terkadang saling berbagi cerita, disela-sela waktu istirahat mereka. Membicarakan tentang impian, keinginan bahkan kebahagian.
“...." Rain berbaring di bawah teduhnya pohon.
“Damai~" Fathian yang menikmati suara angin.
“... Fathian ...." Rain menatap Fathian.
“Hm? apa? apa kau ingin menanyakan sesuatu?" Tanya Fathian kepada Rain.
“Itu ... bicara soal rencana kedepannya, Kau bilang ingin memasuki Sekolah Pahlawan, kan?" Rain menatap serius.
“... Hmh~ begitulah, tapi Rain ... Kita harus bertambah kuat, itulah mengapa Aku mengajakmu dan merekrutmu menjadi rekanku," Ujar Fathian.
“Jadi kau ingin Aku ikut denganmu ke sekolah?" Tanya Rain.
Seketika, Fathian bangun dari berbaringnya, lalu melihat ke atas langit. “Rain, kita adalah rekan, bukankah Aku sudah mengatakan hal ini? Jadi, jangan dipikir kembali."
“...." Rain terdiam sejenak.
“hm~ begitu ya." Rain tersenyum melihat Fathian.
“Nah~ gitu dong~ senyum, sekarang ayo kita berburu lagi." Fathian mencabut pedang dari sarungnya.
Setelah istirahat yang cukup lama, mereka berdua memulai kembali perburuannya. Satu demi satu Kerbau yang mereka temui, habis dibantai.
****
5 jam berlalu, setelah mereka selesai dari perburuannya.
“SHIING!" Fathian memotong tubuh Kerbau Tanduk Besi yang sudah dibunuh.
“Yosh, ini kerbau yang ke-17!" Ujar Fathian.
Fathian dan Rain, baru saja selesai dari perburuan mereka. Dengan usaha dan kerja keras yang mereka lalui, mereka berhasil mengalahkan 17 kerbau dalam waktu 5 jam.
“Rain, untuk sekarang tanduk yang kita dapat, jangan diserahkan," Ujar Fathian.
“Hm? Aku mengerti, itu artinya ... Kita hanya menjual bagian tubuh dan kepalanya saja," Ujar Rain.
“Tepat sekali." Fathian mengacungkan jempolnya.
Rain menuruti apa yang Fathian katakan. Sambil memotong tanduk kerbau dengan pedangnya, Rain juga memisahkan bagian mana saja yang harus dijual ke Guild.
“Huh ... Kali ini Aku sudah terbiasa dengan Sword Aura, hanya saja ... Aku harus melatih diriku lagi, agar mana yang kugunakan bisa lebih irit." Batin Fathian.
Langit mulai semakin gelap. suasana sore menjelang malam, mengharuskan mereka segera pulang dan kembali ke kota.
beberapa menit berlalu, Rain selesai memisahkan bagian-bagian dari tubuh kerbau untuk diserahkan ke Guild. Sambil menatap langit, Rain tersenyum dengan rasa syukur untuk hari ini.
“Rain! ayo!" Fathian bersiap kembali ke kota.
“Ah!? Oke! Tunggu Aku!" Rain berlari mengikuti Fathian.
Hari ini, pekerjaan mereka lancar tanpa kendala. Dengan hasil yang mereka dapatkan dari perburuan, itu sudah cukup untuk menghidupi kebutuhan mereka.
****
Malam hari pun tiba. Sesampainya di kota, Fathian dan Rain berhenti sejenak di gerbang kota.
“Rain, suasana kota udah kayak pasar malem, kita kesana yuk!" Ujar Fathian.
“Baiklah." Jawab Rain.
Demi memuaskan nafsu makan mereka, mereka berdua pergi terlebih dahulu ke tempat para penjual jajanan di pinggir jalan kota.
“Ayo ayo ayo!! Tuan! Dan Nyonya! Silakan dipilih!" Teriak penjual yang berusaha menarik pembeli.
“Wah~ kebetulan Aku lapar sekali," Ujar Fathian.
Mereka berdua berjalan sambil melihat-lihat beraneka ragam jajanan di kota Iris.
“Hm? Itu ... Fathian, sepertinya Aku tertarik dengan daging tusuk itu." Rain menunjuk salah satu pedagang.
Fathianpun mulai melihat ke arah pedagang yang ditunjuk oleh Rain. “Hm? yang mana? gak keli—"
“Lah! Itu, kan sate!" Ujar Fathian bersemangat.
“Sate?" Rain kebingungan.
“Lupakan, skuy! Kita samperin." Fathian mengeluarkan koin dari kantongnya.
****
Setelahnya mereka selesai mengisi perut, Fathian dan Rain melanjutkan ke tempat tujuan. Mereka pergi menuju Guild Petualang untuk menyerahkan hasil buruan.
“Tap ... Tap ... Tap ...." Suara langkah kaki.
Fathian sampai di tempat, namun setelah mereka menginjakkan kaki di Guild, mereka melihat banyak sekali kerumunan orang.
Karena penasaran, Fathian kemudian mendekati kerumunan orang itu. “Hm? ada apa? tumben malem-malem gini rame, kayaknya ada sesu—"
“DASAR BODOH!!!" Teriak seseorang.
Mendengar suara itu, Fathian langsung terkejut. “HUH!??"
Teriakkan itu berasal dari pusat perhatian yang menjadi kerumunan banyak orang. Entah apa penyebabnya, tapi yang pasti sepertinya ada pertengkaran antara resepsionis Guild.
“Hei! lihat, bukannya mereka sedang bertengkar? apa yang sebenarnya terjadi?" Tanya seorang yang baru datang.
Melihat hal tersebut, rombongan petualang yang baru saja datang sempat kebingungan.
Mereka yang baru saja selesai dari misi mereka, bertanya-tanya tentang apa yang terjadi.
Lalu dengan cepat, seorang petualang yang sejak tadi ada disana memberitahu kepada para petualang yang baru datang.
“Oh~ itu, kudengar salah satu dari resepsionis Guild salah menentukan rank dari quest, katanya sih dia baru bekerja di Guild." Jawab seorang petualang.
“Apa!!?? Kol bisa!? lalu bagaimana dengan questnya!? apa sudah diambil!?" Tanya petualang yang baru datang.
“Entahlah~ tapi yang jelas, pekerja baru itu malah membuat quest tingkat C menjadi tingkat E." Jawan petualang yang melihat kerumunan sejak tadi.
Lalu tiba-tiba seseorang datang. “Halo semua~ apa ada sesuatu yang terjadi?"
Suara orang itu membuat seisi Guild memperhatikannya. Bagaimana tidak, orang itu adalah Vetra yang juga Guild Master dari tempat tersebut.
“Wah! Gila! ada Guild Master! cepat bubar semuanya!"
Kedatangan Guild Master, membuat semua orang bubar dari kerumunan. Setelahnya, Vetra mulai menghampiri dua resepsionis yang menjadi pusat perhatian tadi.
“Kalian berdua, apa yang sebenarnya terjadi?" Tanya Vetra tersenyum ramah.
“Ah? Guild Master!?"
Setelah itu, resepsionis yang memarahi pekerja baru itu, langsung menjelaskannya kepada Vetra.
Dengan perasaan panik sekaligus bersalah, resepsionis itu memberitahu Vetra dengan jelas dan rinci.
“APA!!? Quest tingkat C diubah menjadi tingkat E!?" Vetra yang terkejut.
“Lalu siapa yang mengambil quest itu sekarang!?" Tanya Vetra dengan khawatir.
Resepsionis senior memberitahu Vetra. Bahwa yang mengambil quest itu adalah petualang yang bernama Fathian dan satu orang temannya.
“...."
Mendengar hal itu, Vetra berteriak dan memberi perintah. “SEMUANYA, SEKARANG KITA PERGI KELUAR KOTA!! INI DARURAT!!"
Vetra berteriak dan memberi perintah kepada para petualang yang ada di Guild saat ini.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 39 Episodes
Comments