MATI BERSAMA

Lavender menatap Arimbi,sahabatnya itu tengah merayu salah satu primadona kampus, namun sepertinya Arimbi gagal. Gadis itu menolak ajak kan nya berkencan. Itu bisa terlihat dari ekspresi wajah Arimbi.

"Lihat dia, sepertinya dia gagal". Valentin berkata sambil menepuk lengan lavender.

"Iya, liat ekspresi wajahnya , dia sangat menggemaskan , lihat wajahnya miri sekali dengan baby mochi ". Lavender tertawa, namun tidak dengan Valentin.

"Siapa baby mochi?". Valentin menatap lavender, ia bingung.

"Itu, salah satu member dari grup BTS, kau tak tau??". Lavender menatap gadis di depannya, entah selurus apa hidup sahabatnya itu sampai ia bahkan tak mengenal salah satu grup K-Pop yang sangàt populer itu.

"Ah, aku tau.. nama grup nya tapi tak tau orang nya". Valentin mencoba mengingat kembali , sepertinya ia pernah mendengar adik nya membicarakan prihal grup K-Pop tersebut.

"Baby mochi sangat menggemaskan kau tau, dan ekspresi Arimbi sangat miri dengan nya saat ini". Lavender kembali tertawa. Ia melihat Arimbi berjalan ke arah nya.

"Bagaimana?". Valentin menepuk pundak arimbi, mencoba memberikan support pada pria itu.

"Aku gagal". Pemuda itu menepuk-nepuk kepalanya.

"Kenapa?". Lavender ikut bertanya.

"Dia akan menerimaku jika aku mau meninggalkan kalian, apa kalian berdua tau, rupanya kepopuleran kalian membuat beberapa idola kampus iri pada kalian". Arimbi berkata dengan sungguh-sungguh

"Ah , kau sangat manis.. kau lebih memilih kami dari pada mereka". Lavender mencubit pipi Arimbi, pemuda itu benar-benar sangat menggemaskan .

"Tentu saja, tapi ngomong-ngomong.. bagaimana jika kita nonton film, sudah lama kita tidak melakukan itu". Arimbi kembali bersemangat ketika ia ingat bahwa film sekuel favorit nya sedang tantang di bioskop saat ini.

"Aku tak bisa". Ujar lavender.

"Kenapa?". Valentin terlihat sangat kecewa

"Aku ada janji dengan Alex, kami akan makan siang di rumah keluar besar nya malam ini, Karna pada pesta pertunangan kami ada banyak anggota keluarga yang tak hadir". Valentin dan Arimbi terpaku, kemudian saling memandang satu sama lain.

"Sepertinya kau sudah mulai membuka hatimu untuknya ya lavender". Ujar Arimbi

"Membuka hati, tentu tidak.. namun bagaimanapun kami nanti akan menikah, kau tau itu. Lagipula dia berjanji padaku akan merubah segala kebiasaan nya". Lavender terseyum.

"Sahabat kita sedang jatuh cinta, lihat wajahnya, bersemu merah". Arimbi mulai menggoda lavender.

"Tidak , aku.. ". Lavender belum menyelesaikan kalimat nya, ketika ia merasakan jika lengan nya di sentuh oleh seseorang. Lavender menolehkan kepalanya, dia bisa dengan jelas melihat yoga berdiri di samping nya dengan senyuman yang begitu manis.

Lavender langsung berdiri, dadanya berdebar, ia tak tau harus berkata apa. Namun kedatangan yoga yang tiba-tiba membuatnya kaget setengah mati

"Apa yang kau lakukan di sini". Ujar lavender, ia terlihat sangat gugup.

"Aku datang untuk menjemputmu, mari kita pergi ". Valentin dan arimbi tak bisa berkata apa-apa. Lavender bilang akan makan malam dengan Alex, namun mengapa yang datang malah yoga.

"Pergilah lavender, jangan memperdulikan kami". Valentin mendorong tubuh lavender hingga membentur dada bidang yoga.

"Terimakasih atas kerjasamanya". Yoga tersenyum pada Valentin dan Arimbi kemudian merangkul pundak lavender dan membawa gadis itu pergi.

"Kita mau kemana? ". Lavender bertanya pada yoga ketika pria itu memasuki pintu tol.

"Kemanapun tak masalah bukan, asal kan kita bersama, benarkan ". Yoga mencubit dagu lavender.

"Tapi malam ini aku harus datang ke acara makan malam di rumah Alex". Lavender mencoba memberikan pengertian pada pria itu. Namun yoga sepertinya tak mau mendengarkan penjelasan lavender. Lavender panik, Alex akan menjemputnya jam 5 sore nanti, sedangkan saat ini waktu sudah menunjukan pukul 1 siang. Yang lebih membuat lavender panik adalah, mobil yang di bawa yoga menuju ke arah luar kota.

Lavender mengguncang lengan yoga, ia berusaha agar pria itu mau mendengarkan nya.

"Bukan kah aku pernah mengatakan nya padamu lavender, kau milik ku". Yoga menatap lavender, tatapan matanya menyeramkan.

"Tapi yoga , kau harus mengerti, kelangsungan hidup ku dan ayah ku ada di tangan om Rafael". Lavender kembali berusaha agar yoga mau memutar kembali mobilnya , ia tak mau ada msalah dengan Alex.

"Apa kau perlu uang, aku akan memberikan nya padamu".ujar yoga.

"Aku menikah bukan Karna uang yoga, aku menikah karna sebuah keharusan, aku harus menolong ayah ku, sebagai uacapan terimakasih karna ia telah membesarkan ku dan memberikan yang terbaik untuk ku selama ini". Mendengar penjelasan lavender membuat amarah di dalam diri yoga semakin dalam. Ia menginjak pedal gas , lavender langsung berpegangan .

"Jadi itukah alasan mu". Yoga terseyum, namun senyuman nya tidak menyeramkan, dalam senyuman nya kali ini terdapat sejuta kekecewaan yang bahkan tak bisa lavender artikan.

"Hentikan yoga, apa yang kau lakukan hentikan". Lavender berteriak ketika yoga menambah kecepatan mobil itu. Lavender kembali menatap jalan, ia terus saja berdoa dalam hatinya. Berharap yoga tak sebodoh yang ia kira.

"Tinggalkan pria itu lavender, ia bukan pria yang baik". Yoga terseyum , namun ia sama sekali tak mengurangi kecepatan mobilnya.

"Yoga hentikan , mobil ini hentikan". Fajrina semakin panik ketika dari kejauhan ia bisa melihat beberapa bus dan truck kontainer berjalan berdampingan. Lavender langsung mengalihkan pandangan nya ke arah yoga.

"Bagaimana jika kita mati bersama , lavender". Lavender semakin panik ketika yoga menaikan kecepatan laju mobilnya.

"Hentikan". Lavender berteriak, ia tak mungkin meraih stir mobil itu, ia merasa semakin takut ketika mobil yang di kendarai yoga semakin lama semakin mendekati bus itu.

"Katakan kau mencintai ku lavender". Lavender tak mengindahkan kata-kata yoga ia menutup matanya, ia berfikir bahwa ajalnya akan tiba.

Namun ia merasakan jika laju mobil itu semakin melambat dan kemudian berhenti. lavender membuka matanya dan langsung memukul bahu yoga.

"kau sudah gila rupanya". lavender berteriak sambil mencoba membuka pintu mobil. ia ingin segera pergi dari situ, ia merasa jika bersama dengan yoga hanya membuat hidupnya semakin tidak tenang saja.

"ya aku memang gila". yoga tertawa terbahak, ia sangat bahagia telah membuat gadis itu panik dan ketakutan, ia sepertinya sangat menyukai ekspresi panik dari lavender.

"kau memang tidak waras, sekarang buka kuncinya". lavender terus mendorong pintu mobil itu.

"teruslah berusaha". yoga malam memejamkan matanya, ia sama sekali tak mengindahkan teriakan lavender. yoga sengaja mengunci lavender di mobilnya, ia merasa tak rela jika gadis itu menghadiri makan malam di rumah Alex, dia harus menggagalkan nya bagaimanpun caranya

"kau membuatku dalam masalah yoga". mata lavender mulai berembun, ia takut jika keluarga alex marah dan menarik semua uang yang di investasikan pada perusahaan ayahmya.

"jika ingin menangis, maka menangis lah".

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!