Ch. 20 - Evaluasi (3)

“Sepertinya kita akan berhadapan dengan satu sama lain dievaluasi ini.”

ucap Lilith, aku dan dia bertatapan mata dan kami berdua hanya bisa tersenyum masam.

“Nama-nama kadet yang tertera harap segera menunggu di ruang tunggu.”

Dengan instruksi tersebut, aku, Lilith, beserta kadet yang yang akan bertarung pada sesi dua segera berdiri dari tempat duduk dan berbondong-bondong ke ruang tunggu.

Sesampainya di ruang tunggu, kami sontak memeriksa dan mempersiapkan peralatan dan senjata yang akan kami gunakan.

Untuk senjataku, aku memakai pedang baru tipe katana karena aku telah merusak pedang yang lama.

Aku mengayunkannya ke segala arah untuk mengecek kondisinya, sebagai pedang, pedang ini memiliki kualitas yang baik.

Namun, akibat magis milikku yang unik diantara Awakener lainnya, pedang biasa tidak dapat menghantarkan kekuatan magis ku dengan baik.

Pedang yang terbungkus yang ku simpan di inventory-ku adalah kunci solusi dari permasalahan yang aku alami ini.

Disaat sedang menginspeksi pedangku, loudspeaker pada stadion memanggil kadet satu-satu hingga akhirnya aku dapat mendengar namaku diantaranya.

“Kadet Lilith Beauviolth vs Kadet Tristan Goldwel, untuk yang bersangkutan harap menuju arena no. 5.”

Tanpa ragu aku bersama dengan Lilith lalu keluar dari ruang tunggu dan menuju ke arena nomor 5.

"Woohoo! Lilith!"

"Lilith! Tunjukkan kemampuanmu!"

Sesaatnya aku dan Lilith muncul lapangan, ombak sorakan menggema dan menerpa seisi stadion.

Layaknya selebriti papan atas, ia mendapat sorakan beserta dukungan saat ia menunjukan dirinya di publik.

"Waduh, selebriti memang beda ya, tidak seperti rakyat jelata seperti ku."

Mendengar ucapanku, Lilith menyipitkan matanya sembari tersenyum kecil.

"Tenang saja, cepat atau lambat kau akan berada di posisiku."

Ujarnya ke arah diriku.

"Terdengar merepotkan."

"Memang."

Jawab Lilith sambil menyeringai.

Setelah berbincang-bincang kecil, tanpa disadari kami telah sampai di depan arena tempat aku akan berduel dengan Lilith.

"Kalau begitu semoga beruntung."

Mendengar perkataan Lilith aku hanya tersenyum dan berkata,

"Kamu juga."

Kami kemudian mengambil posisi masing-masing dalam arena, terlihat seorang profesor akademi yang akan menjadi wasit dalam duel kami berdiri di tengah-tengah arena, menoleh ke arahku dan juga ke arah Lilith.

Dan seperti biasa, profesor itu menjelaskan peraturan duel.

"Kalau begitu, kadet Tristan Holmberg, apakah kamu siap?"

Menatap Lilith dengan tajam, aku kemudian menggunakan kuda-kuda [Ocean Edge Swordsmanship] dan menjawab,

"Aku siap!"

Mendengar itu, profesor menoleh ke arah Lilith.

"Kadet Lilith Beauviolth, apakah kamu siap?"

"Siap!"

Bersamaan dengan itu, magis yang berwarna gelap menyelimuti badan Lilith, yang mana membuat mata ungunya terlihat menyala, lebih mencolok, dan elegan.

[Anda mendapatkan misi baru!]

Kemudian layar status window-ku muncul di depan mataku.

\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=

Misi Sampingan:

- Mengalahkan Lilith Beauviolth dalam duel evaluasi kadet tahun pertama.

Hadiah:

- +3 poin peningkatan statistik dasar

\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=

Meskipun hadiahnya sangatlah menarik, tapi sayang aku tidak akan mendapatkannya.

Beruntungnya ini hanya sebuah misi sampingan, jadi aku tidak akan mendapat penalti yang parah.

Walaupun Lilith menyembunyikan kekuatannya, ia tetaplah lawan yang sangat tangguh.

Dengan traits [Shadow Veil] beserta dengan banyaknya skill dan traits yang dapat diandalkan olehnya, membuatku yakin akan kekalahanku dalam duel ini.

Tentu saja aku juga akan menyembunyikan kekuatanku.

Melihat tangan wasit yang diangkat tinggi-tinggi di udara, aku lalu membuang semua pikiran yang tadi dari benakku.

"Dengan ini saya nyatakan, duel dimulai!!!"

Aku hanya menatap Lilith dengan kuda-kuda yang siap, ia juga menatap diriku dari ujung arena.

Memutuskan bahwa permainan tatap menatap ini hanya akan buang-buang waktu, aku lalu berlari ke arahnya dengan cepat.

Tetapi Lilith masih belum bergerak meski melihatku berlari ke arahnya.

Seperti biasa, awal-awal bertarung aku langsung memadatkan magis, tapi kali ini aku menggunakan sihir anginku daripada sihir air milikku.

Angin kencang berputar di sekeliling dan dengan cepat memutari pada mata pedang.

Sambil berlari mendekati Lilith, aku mengayunkan pedangku ke arahnya yang mengakibatkan angin tajam keluar dari pedang ini.

Ia lagi-lagi tidak bergerak dan menerima seranganku dengan telak.

Debu-debu terangkat dan aku dengan tangkas melompat ke depan dan berputar untuk mendapatkan momentum yang besar.

Dan seperti yang diduga, di balik debu itu Lilith terlihat tidak terluka sama sekali bahkan setelah menerima serangan telak tersebut.

Tanpa ragu aku menebas ke arahnya dengan momentum yang keras dan juga cepat.

-Krang!

Akhirnya ia nampak memegang belati yang entah darimana di kedua tangannya dan menangkis pedangku.

Melihat hal itu, aku lalu mundur selangkah dan maju menebas ke arahnya lagi, ia menangkisnya dan memberi serangan balasan.

Selang waktu yang kurang dari semenit, kami hanya bertukar serangan untuk melihat dan merasakan kemahiran dan ketangkasan masing-masing.

Sampai akhirnya suara tajam terdengar yang mana ulah dari kedua belati Lilith dan pedangku saling berbenturan.

Akibat dari kekuatan Lilith yang kuat, pedangku terpental ke atas, dengan sigap aku melakukan tendangan berputar ke arah Lilith sehingga ia terpaksa mundur beberapa langkah dilanjutkan dengan aku yang lalu menangkap pedangku yang jatuh dari udara itu.

Kontes tatap tatapan pada akhirnya terjadi lagi, aku memperbaiki posturku dan mengerahkan magisku pada pedangku, akibatnya tetesan tetesan air mengelilingi tubuhku.

Lilith juga mengeluarkan magis dan belatinya diselimuti oleh magisnya dengan perpaduan warna hitam dan ungu yang mempesona.

Tanpa basa-basi, kami mengayunkan senjata kami masing-masing ke arah satu sama yang lain.

-Krang!

-Boom!

Suara tajam irisan dan suara ledakan yang menggetarkan telinga bergema di seluruh penjuru stadion.

Rangkaian rangkaian serangan, tangkisan, balasan, dan juga elakan terjadi dalam waktu yang singkat.

Tidak ada lantai dari arena yang tidak kami injak, ujung arena, tengah arena, semua menjadi saksi bisu pertarungan ku dengan Lilith.

Debu-debu dan puing-puing yang ada di lantai arena berceceran kemana-mana.

Selang beberapa waktu, aku yang terengah-engah dan terluka mengeluarkan seranganku lagi dan lagi.

Sampai akhirnya,

"[Tidal Cut]!!!"

Pedang dengan air yang berkecepatan tinggi terlihat menebas ke arah Lilith.

Namun saat pedangku mendarat di tubuhnya, aku merasa hanya menebas udara dan sesuatu yang ada di depanku ternyata hanya sebuah asap yang telah aku potong.

"Kena kau."

Dengan suaranya yang dingin beserta belati yang berhenti di leherku yang tak kalah dinginnya, aku membuka lebar mataku dan menoleh ke samping.

Lilith dengan ekspresi tenang yang seakan-akan menunggu sesuatu.

"Aku menyerah."

Menjatuhkan pedangku, mengangkat tanganku, aku lalu mendeklarasikan bahwa aku kelah dalam duel ini.

Mendengar hal itu, Lilith kemudian nyengir ke arahku lalu menurunkan belatinya dari leherku.

Profesor datang dan mengumumkan pemenang pada duel ini.

"Baiklah, pemenang pada duel ini adalah kadet Lilith Beauviolth! Berikan tepuk tangannya yang meriah!"

Gelombang tepuk tangan dan sorakan memenuhi stadion ini.

Hah, pada akhirnya aku benar-benar tidak dapat mengalahkan dia ya?

*

Setelah diberi pengobatan singkat oleh tim medis, aku langsung dapat kembali ke bangku penonton dimana Max dan Zetto berada.

"Yo, pertarungan yang bagus."

Zetto yang melihat diriku langsung menyapaku dan menepuk-nepuk kursi kosong di sampingnya.

"Dalam dua kali kau berduel dalam minggu ini, kamu malah berhasil kalah di keduanya, hahaha!"

Sindir Max yang membuatku menggertakkan gigiku menahan emosi, wajahnya sekarang entah mengapa terlihat seperti samsak yang empuk.

Namun, aku masih mengingat sumpah yang baru saja aku ucapkan dalam diriku kemudian aku hanya bisa tersenyum palsu dan duduk dengan tenang.

Lalu perhatianku tertuju pada layar yang memaparkan "Lily Solace vs Olaf Wilson" yang membuatku terkekeh dalam hati.

"Apa-apaan duel ini? Supporter vs Tank."

Ucap Zetto dengan terkejut dan bingung.

"Tenang saja, supporter memiliki penilaiannya sendiri, jadi sistem peringkat tidak benar-benar berlaku pada mereka."

Ujarku kepada Zetto.

"Tapi tetap saja…"

"Haha, ini akan menarik."

Ucap Max.

Singkat cerita duel Olaf dan Lily telah dimulai.

Lily yang tampak dengan gugup mengangkat tongkat sihirnya lalu merapalkan mantra sihir.

Jujur saja, itu adalah pelepasan sihir yang baik yang mana dapat berada di atas rata-rata dari kadet akademi ini.

Namun, masalahnya terletak pada lawannya, sihir tersebut tidak akan bisa menembus pertahanan alami Olaf, seorang Tank.

Sehingga Olaf hanya dengan tenang berlari ke arah Lily, Lily yang melihat hal tersebut langsung panik dan merapalkan lebih banyak mantra.

Namun pada akhirnya,

-BRUAAKK

Olaf yang memadatkan dengan magis jumlah luar biasa di tangannya, dengan mudah memukul Lily yang tak berdaya hingga terpental keluar arena.

"..."

Keheningan yang canggung memenuhi udara di stadion itu.

"Pffft, nampaknya Olaf ini betul-betul menjunjung tinggi kesetaraan gender."

Ujar Max dengan ekspresi tersenyum lebar sembari menahan tawa.

Yang mana aku hanya dapat menjawab,

"Kau benar."

Terpopuler

Comments

Syahrul

Syahrul

Pedes banget mulutnya 😂

2023-05-17

1

1qb4l

1qb4l

Kazuma Approved

2023-05-13

1

Si Anon

Si Anon

Tristan: disaat itulah senyumku menjadi senyuman palsu 🙂

2023-05-12

3

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!