Aku berdiri didepan kelas dengan tulisan 1-B terpampang di atas pintu masuk ruangan kelas itu.
Sebuah kelas luas dengan desain Lecture Theatre layaknya auditorium, yang mana kursi-kursi kadet ditempatkan dalam beberapa tingkat yang berbeda, dan terlihat dilengkapi oleh peralatan-peralatan proyektor.
Panggung yang besar juga terlihat di depan kelas ini. Suara hiruk-pikuk kadet yang berada di kelas tersebut mendadak berhenti sejenak bersamaan ketika aku melangkahkan kakiku ke dalam kelas.
Dan kemudian mereka berbicara kepada satu sama lain sambil mengarahkan pandangannya ke tubuhku.
"Eh, apakah kau dengar? Bahwa salah satu kadet tahun kedua ternyata seorang kontraktor iblis."
"Aku sudah liat beritanya, kadet Zetto dan kadet itu adalah salah satu yang berkontribusi dalam mengalahkannya kan?"
"Betul."
Disaat aku masuk ke dalam ruang kelas aku dapat mendengar percakapan percakapan mereka dari sini terimakasih karena pendengaranku yang ditingkatkan oleh Mimic Parasite.
Di ujung pandanganku Zetto nampak melambai-lambaikan tangannya ke arah ku.
Tanpa berlama-lama aku segera memilih tempat tempat duduk disamping Zetto, aku lalu meletakkan tas milikku di tempat yang telah disediakan.
"Hey lihat, tokoh utama akhirnya datang juga ke kelas ini. Jadi urusan misterius mu sudah selesai?"
Disaat aku duduk, Zetto membuka percakapan dengan candaannya.
"Oh tentu saja, aku kali ini lagi-lagi menyelamatkan dunia dari serangan monster jahat."
"Hahahaha, bisa saja kau."
Zetto dengan tawanya menganggap 'candaan'-ku sebagai hal yang lucu.
Sebenarnya jika dipikir-pikir lagi perkataanku secara teknis benar kenyataannya, karena tadi malam aku membunuh seekor iblis yang sedang memulihkan kekuatannya.
Pada saat aku merenung akan kejadian yang terjadi pada malam hari ini, sekelompok kadet perempuan menghampiri bangku kami, atau lebih tepatnya bangku Zetto.
“Zetto, jadi kamu benar-benar mengalahkan seorang kontraktor iblis pada saat pesta perjamuan itu?”
“Iyap, dengan kerjasama Max, Tristan, Lilith dan juga senior Ragnar kami dapat mengalahkannya tanpa luka yang serius.”
Jawab Zetto sambil merangkul pundakku.
“Kadet yang diundang melalui jalur khusus emang beda!”
“Keren banget!”
Melihat hal itu aku hanya dapat mendecakkan lidah ku dalam hati.
Sampai akhirnya bel berbunyi yang menandakan kegiatan belajar mengajar telah dimulai.
Para kadet yang sedang tidak berada di bangku mereka segera kembali ke tempat duduknya masing-masing.
-thud thud thud
Tak lama kemudian, suara langkah kaki terdengar dari arah panggung, sontak seisi ruang kelas memusatkan perhatian mereka ke arah panggung tersebut.
Seorang wanita terlihat berjalan menuju podium yang berada di tengah-tengah panggung dan sepasang mata di balik kacamatanya dengan tenang mengobservasi kadet yang berada di ruang kelas ini.
-Gulp
Beberapa kadet tampak gugup karena tekanan yang diberikan sepasang mata itu.
Setelah mengamati posturnya sebentar, aku tidak dapat melihat celah dari gerakannya. Yang berarti ia dapat dibilang Awakener yang sangat berpengalaman.
Aku menyandarkan punggungku di tempat duduk kemudian menyilangkan lengan sambil tersenyum kecil.
"Baiklah, selamat pagi kadet. Aku adalah profesor Allen yang bertugas sebagai profesor pembimbing untuk kelas ini selama setahun ke depan.”
Suaranya yang tegas dan mempesona bergema di dalam kelas, pandangannya memindai seisi kelas lalu ia melanjutkan perkataannya.
“Pertama-tama aku akan memberitahu kalian informasi tentang diriku.”
Bersamaan dengan perkataannya, proyektor yang tergantung di langit-langit kelas menyala dan menampilkan gambar yang berupa identitas, riwayat dan pencapaian profesor Allen ini sebagai Awakener.
“Namaku adalah Allen Alice, Seperti yang ditampilkan pada layar proyektor di belakang, aku adalah seorang Awakener kelas-A.”
“Wow.”
“Keren.”
Mereka terlihat takjub dengan apa prestasi yang diraih oleh profesor Allen, seorang Awakener kelas-A itu layaknya seorang selebriti dan sesosok idola yang diidam-idamkan oleh setiap Awakener.
"Dan yang seperti kalian lihat, aku adalah salah satu Awakener yang berkontribusi dalam menghentikan peristiwa [Flames of Phoenix] tujuh tahun yang lalu."
Tepat saat profesor itu menyebutkan peristiwa mengerikan yang terjadi tujuh tahun yang lalu tersebut, sebuah ingatan yang tidak menyenangkan terputar kembali dalam benakku.
Sebuah peristiwa dimana seekor monster legendaris yang bernama Phoenix dan monster lainnya menyerang dan memporak porandakan sebuah kota.
Sebuah peristiwa yang merenggut segalanya dariku.
*
Panas, sangatlah panas.
"Ibu!? Ayah!? Dimana kalian!? Hik… hik"
-Rumble
Gemuruh gedung-gedung pencakar langit di depanku terdengar dan terlihat runtuh karena dilalap si jago merah.
Asap nampak menggebu-gebu ke arah langit, kota yang semula dipenuhi oleh kehidupan sekarang hanya tersisa reruntuhan yang terbakar hebat layaknya lautan api.
-Boom boom
Ledakan karena pertarungan antara Awakener dan monster-monster bergema disana dan disini.
"Sial! Mereka banyak sekali."
"Kita perlu bantuan!!"
Ditengah-tengah reruntuhan itu, aku hanya dapat menahan panas yang menyelimuti tubuhku, menangis sembari berjalan sempoyongan mencari orang tuaku.
-Guk
Mataku langsung terfokus ke arah datangnya suara tersebut, sesosok monster layaknya anjing raksasa berkepala dua yang diselimuti oleh api membara menemukanku.
Melihat hal itu mataku terbuka lebar, tubuhku tidak bisa bergerak dengan tatapan monster itu, kakiku bergetar hebat hingga akhirnya menyerah dalam tugasnya untuk menopang berat badanku.
-Guk guk!!
Ia melolong dan berlari ke arahku, aku hanya bisa menyaksikannya mendekat dengan ku dalam waktu singkat seperti bola api besar, juga merasakan suhu di udara yang kian naik, lalu aku dengan pasrah menutup rapat mataku.
-BRUAAKK
Suara yang keras terdengar sampai ke telingaku.
"Ughhhh!!"
Aku tanpa daya terhempas menabrak reruntuhan yang berserakan, namun aku tidak merasakan hantaman yang aku kira.
Penasaran aku lalu membuka mataku, sesosok wanita terlihat berhadapan dengan monster anjing berkepala dua itu.
Wanita itu tampak mengangkat tongkat sihirnya dan bersamaan dengan itu puluhan lingkaran sihir terbentuk lalu sihir dengan dahsyat menghujani monster tersebut.
-Auuuuuuu
Tapi monster itu tidak akan kalah tanpa perlawanan, bersamaan dengan raungannya, api di sekitar tampak berkumpul layaknya ombak tsunami ke arah wanita tersebut.
Tetapi, wanita itu mengangkat tongkat sihirnya lagi lalu memunculkan sebuah perisai yang menyelimuti dirinya.
Dan lagi-lagi ia lontarkan puluhan serangan sihir ke monster anjing sehingga ia tersungkur mati tanpa berdaya.
Akibat kelelahan dan luka yang ku alami, penglihatan ku memudar seiring waktu dan akhirnya tertutup rapat.
"Untuk tertangkap dalam kekacauan ini, kamu benar-benar anak yang malang."
Itulah kata-kata terakhir yang kudengar sebelum kehilangan kesadaranku.
*
"Hey, Max."
Suara Zetto membuatku bangun dari ingatan kelam yang pada waktu itu. Nampaknya aku terbawa dengan arus pikiranku sehingga aku tidak mendengar profesor di depan.
"Ada apa?"
"Tidak, hanya saja kamu terlihat melamun dari tadi."
"Haha, aku hanya sedang memikirkan tentang kejadian 'malam itu’."
"Heeee… Kamu masih memikirkan tentang kontraktor iblis itu ya? Ckckck sudahlah, aku tahu kamu memang keren akibat dapat melawannya dengan tangan kosong."
"Hahaha."
Ia tampaknya salah paham tentang kejadian 'malam itu’ yang ku maksud .
Jika peristiwa itu tidak terjadi padaku, mungkin sifatku akan berbanding terbalik dengan sekarang layaknya sifat Tristan.
Perhatianku lalu kembali ke profesor yang ada di podium, aku dengan seksama mengamati sosoknya itu.
Mungkin dialah yang menyelamatkan diri ku pada waktu itu, sayang sekali aku tidak benar-benar dapat mengingatnya karena ingatanku samar.
Beruntungnya instingku setuju dengan asumsiku, kalau begitu ini adalah sebuah kebetulan yang menarik, aku kemudian tersenyum kecil dengan segala pikiran yang ada di benakku
“Karena hari ini hari pertama, maka kita tidak akan langsung ke masuk ke materi.”
“Yes!”
“Yahooo!”
Kadet-kadet di dalam kelas bersorak karena mereka tidak akan belajar untuk hari ini.
“Tetapi, terdapat turnamen evaluasi yang akan diadakan pada jum’at minggu ini. Yang mana akan menentukan ranking kalian, dan ingatlah bahwa ranking ini hanya dapat kalian ubah pada evaluasi setiap tiga bulan.”
Mendengar hal itu, kadet sontak berbisik dengan satu sama lain. Profesor Allen terlihat menganalisa reaksi kadet dan akhirnya mengangkat tangannya yang dikepal.
Seketika seisi ruang kelas menjadi hening, melihat hal itu profesor mengangguk-anggukkan kepalanya lalu membuka mulutnya.
“Baiklah, hanya itu yang bisa ku sampaikan, kalian dapat melihat jadwal pelajaran di ArcanePost kalian masing-masing. Dengan begitu aku izin keluar.”
Setelah itu ia dengan santai turun dari panggung dan meninggalkan kelas.
-Tingggg
Bersamaan dengan hilangnya sosok profesor, bel yang menandakan jam istirahat berbunyi kencang.
Para kadet satu-persatu terlihat bangkit dari tempat duduk mereka, begitu pula dengan Zetto yang berada di sampingku.
*
Singkat cerita aku dan Zetto mengambil makan siang kami di kantin dan juga kebetulan bertemu Tristan yang sedang bersama Lilith, kemudian kami memutuskan untuk makan bersama pada sebuah meja bundar.
“Sepertinya para karakter utama saat kejadian malam itu berkumpul disini.”
Ujar Zetto yang lagi-lagi membuka percakapan dengan candaannya.
“Untuk berpikir bahwa Vern benar-benar seorang kontraktor masihlah hal yang mengejutkan bagi ku.”
Ucap Lilith sembari menyeruput kopi dengan elegan.
“Hey, ayo kita berpikir positif, setidaknya kita mendapatkan jumlah kredit yang besar.”
Balas Tristan dengan senyumnya yang cerah.
Kemudian Tristan terlihat memutuskan untuk mengganti topik pembicaraan.
“Omong-omong Max, aku menantang mu untuk duel dengan tangan kosong tanpa magis atau skill apapun. Aku masih ingat apa yang kau lakukan padaku saat pergi ke pesta perjamuan itu.”
Sebuah tantangan yang cukup tsk terduga datang dari mulut Tristan.
"Heee... Kamu yakin bisa menyeimbangi ku dalam pertarungan tangan kosong?"
Aku pun membalas ajuan tantangan Tristan dengan sindiran.
"Setidaknya aku percaya diri dapat mendaratkan pukulan ku ke wajahmu yang mengesalkan itu."
“HAHAHAHA!!! Kalau begitu ayo usai pelajaran hari ini selesai, ayo kita ke training center dan berduel disana.”
"Deal."
Setelah mencapai kesepakatan, akhirnya kami berbincang-bincang kecil sambil menyantap makan siang kami.
Tristan dan Lilith ditempatkan pada ruang kelas 1-A, yang berarti melihat Zetto dan aku yang ditempatkan pada 1-B, dapat disimpulkan bahwa terdapat dua kadet dari jalur khusus setiap ruang kelas.
-Tinggg
Bel yang menandakan jam masuk ke ruang kelas terdengar. Para siswa-siswi dan kadet-kadet bertahap memasuki ruang kelas mereka.
Di dalam kelas, profesor-profesor yang bertanggung jawab dalam mata pelajaran mereka masing-masing hanya memperkenalkan diri mereka layaknya profesor Allen.
-Tingg
Hingga pada akhirnya bel pada jam terakhir berbunyi yang mana menandakan bahwa pelajaran untuk hari ini telah selesai.
Para kadet terlihat bersorak lalu bangkit dari tempat duduk mereka dan meninggalkan ruang kelas
Aku melihat handphone ku yang menunjukkan pukul 15.45.
Lalu sebuah pesan baru muncul di notifikasi, itu adalah pesan dari Tristan yang berisi,
'Kutunggu di training center pukul 16.30'
Melihat hal itu aku tersenyum licik, sepertinya possessor tercinta kita sangat percaya diri dengan kemampuannya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 23 Episodes
Comments
1qb4l
Nggak salah sih...
2023-05-05
1