Berdiri di tepi rel kereta, menatap kemegahan stasiun kereta di depanku. Lantai marmer yang berkelap-kelip berkilauan langsung menyambutku saat melangkah masuk.
Di sekelilingku, orang-orang berlalu lalang dengan sibuk, baik itu yang sibuk dengan pembelian tiket atau yang tengah sibuk menunggu kereta mereka.
Aku berjalan menuju konter tiket dan mengambil tiketku. Setelah itu, aku segera bergerak menuju platform untuk menunggu kereta.
Selang beberapa waktu aku berdiri disana, sebuah kereta cepat yang melaju dengan kecepatan tinggi terlihat di ujung rel kereta api dari stasiun.
Aku seketika mengenal kereta itu, kereta itu adalah kereta yang akan mengantarku dan siswa-siswa lainnya ke tujuan, yaitu tempat dimana [Arcane Academy] berada.
Pandangan orang-orang berpindah ke arah datangnya kereta itu yang mana merupakan model kereta cepat yang terlihat modern dan canggih.
Itu adalah kereta milik [Arcane Academy], khusus untuk menjemput siswa-siswi dan staf-staf milik mereka.
Tanpa berlama-lama, aku serta siswa-siswa lain lekas berjalan memasuki kereta itu.
Ketika aku masuk ke dalam kereta, aku menaikkan alisku, cukup terkejut dan terkagum dengan apa yang berada di sekelilingku.
Interior dalam kereta ini tampak sangat modern dan mewah. Karpet yang empuk menyambut di setiap langkahku, sementara jok-jok yang terbuat dari kulit asli nampak berkilauan di bawah cahaya yang lembut.
Tanpa berlama-lama aku lalu menemukan tempat dudukku, dan dengan sekejap, aku meletakkan seluruh barang bawaan ku ke tempatnya.
Di sampingku, terdapat sebuah jendela besar yang menampilkan pemandangan dunia luar.
Di sebelah kiri dan kanan tempat dudukku, terdapat layar sentuh yang memperlihatkan jadwal keberangkatan dan kedatangan serta berbagai pilihan hiburan seperti film, musik, dan game.
Semua perabotan dalam kereta ini terlihat baru dan berkualitas tinggi, suasana yang megah dan nyaman ini membuat seseorang merasa siap untuk menikmati perjalanan yang akan datang.
Menikmati suasana yang berada di dalam kereta, aku menyandarkan diriku ke tempat dudukku.
"Permisi, apakah kursi ini kosong?"
Kemudian perhatianku tertuju pada sumber suara di sampingku, seorang lelaki yang bertubuh tinggi dengan postur atletis.
Rambutnya berwarna kuning pucat yang tergerai indah, memberikan kesan yang ramah dan elegan namun masih tetap memancarkan aura maskulin pada wajahnya.
Wajahnya yang seakan-akan terpahat dengan garis-garis yang tajam, mata platinum yang halus dan jernih memberikan kesan tajam dan lembut secara bersamaan.
Dan selain wajahnya, fitur yang paling menonjol dari dirinya ialah tangan kirinya yang dibalut dengan perban.
Tetapi anehnya, ekspresi wajahnya terkejut ketika aku menoleh ke arahnya seolah-olah ia mengenal wajahku. Namun, dengan sigap dia mengubah ekspresinya kembali menjadi normal, walaupun matanya yang terlihat jelas sedang mengamati ku.
"Oh tentu saja, kursi di sebelahku kosong kok"
Setelah beberapa saat kami saling mengamati satu dengan yang lain, aku akhirnya memutuskan memecahkan keheningan itu dengan menjawab pertanyaannya.
"Jika begitu, permisi"
Ucapnya sambil meletakkan barang bawaannya satu persatu, dan akhirnya duduk di kursi sebelahku.
Aku tanpa ragu melanjutkan observasi ku, dan dengan melihat ciri-ciri perawakan pria yang di sampingku ini.
Aku segera menyimpulkan bahwa ia adalah Tristan Holmberg, salah satu karakter yang dapat dimainkan oleh pemain di [World of Magic and Might].
Seorang Awakener swordsman yang jenius, dengan mengandalkan traits dan skillnya, ia dapat mempelajari teknik-teknik berpedang dengan mudah.
Ia merupakan karakter yang masuk di ranking lima besar berdasarkan popularitas, akibat ia adalah karakter yang kemampuannya mudah ditingkatkan beserta jalan cerita yang dimilikinya yang menarik.
Dan ini mungkin sebuah spekulasi gila ku. Tapi ketika dia menunjukkan ekspresi terkejut di wajahnya saat aku menoleh, dapat menandakan dia mempunyai kemungkinan sebagai seorang 'Possessor'.
Tentu saja spekulasi ku bukan tanpa alasan. Dalam sekian banyaknya rute alur cerita [World of Magic and Might] aku, Max Goldwel, hitungan aku menjadi siswa akademi hanya dapat dihitung dengan satu tangan.
Dan itupun jika pemain memilih rute dengan pilihan yang sangat tidak biasa, unik, maupun gila.
Yang mana dapat disimpulkan bahwa Tristan terkejut melihatku yang telah menjadi siswa [Arcane Academy].
Akan tetapi, aku mengingat bahwa wajahku telah disebar kemana-mana akibat kejadian kemarin.
Dimana aku membantai lima ekor Nightprowler dengan menggunakan revolver yang diisi dengan kekuatan magis milikku.
"Selamat pagi kepada siswa-siswi yang terhormat. Kereta api kami akan segera berangkat dari stasiun ini ke [Arcane Academy].
Kami mohon kepada siswa-siswi semua untuk segera mengambil tempat duduk mereka dan mengecek kembali barang-barang sebelum keberangkatan. Kereta api kami akan berangkat dalam waktu dekat.
Terima kasih atas perhatiannya."
Suara loudspeaker dari kereta mengalihkan perhatianku yang tengah asyik merangkai berbagai macam spekulasi-spekulasi di benakku.
Selang beberapa menit dan ditandai oleh suara klakson, kereta [Arcane Academy]-pun melesat meninggalkan stasiun kereta.
"Hai, aku Tristan Holmberg, sama sepertimu, aku juga adalah murid baru di [Arcane Academy]. Senang bertemu denganmu," ujar Tristan sambil tersenyum lembut sambil mengulurkan tangannya untuk berjabat tangan.
Meskipun suasana masih cukup canggung, Tristan berusaha untuk membuatnya lebih nyaman dengan sebuah perkenalan yang sederhana.
"Aku Max Goldwel, murid baru juga. Senang bertemu denganmu,"
Jawabku sambil menerima jabat tangan darinya.
"Senang bertemu denganmu juga, Max,"
Balas Tristan dengan senyum cerah, seakan lega setelah suasana canggung hilang.
Dan juga Tristan pada dasarnya adalah orang yang dapat dibilang sangat baik dan pengertian.
Bisa saja ia tidak menyebutkan topik bahwa wajahku telah dikenal sebagai orang yang telah memusnahkan kelompok monster itu karena tidak mau menyinggung diriku yang tidak suka dengan popularitas.
Dengan begitu kemungkinan bahwa ia adalah seorang possessor semakin menurun dalam pikiranku.
Tapi melihat-lihat pikiranku ini, mungkin akunya saja yang narsis dan Tristan sebenarnya benar-benar seorang possessor?
Entahlah.
"Dilihat-lihat dengan postur tubuh dan peralatan mu, kamu sepertinya seorang Swordsman?"
Tanyaku yang sedang mencari topik agar kecanggungan tadi tidak kembali dengan arah mataku menuju sebuah pedang yang dibalut dengan kain hitam yang berada di pangkuan Tristan.
"Yup, kamu benar, aku adalah seorang Swordsman tapi sayang, aku masih belum berhak mengayunkan pedang ini."
Jawabnya tersenyum pahit sambil mengelus-elus pedang di pangkuannya.
Dimasa yang akan datang pedang itu adalah salah satu dari sedikit pedang yang layak dipakai oleh Tristan karena dapat menahan kemampuan magisnya yang unik dibandingkan dengan Awakener lainnya.
"Tidak perlu berkecil hati, dengan bimbingan yang akan kita dapat di akademi. Cepat atau lambat kamu akan layak untuk mengayunkan pedang itu."
Ucapku untuk meringankan suasana.
"Ya, aku harap juga begitu." Balasnya yang mana ekspresinya kembali tersenyum normal. Setelah itu keheningan kembali diantara kami, tapi kali ini tidak terasa canggung.
Kami masing-masing hanya menikmati suasana perjalanan.
"Kepada siswa-siswi yang terhormat, kita akan tiba di stasiun [Arcane Academy] dalam waktu lima belas menit, silahkan memeriksa kembali barang-barang yang anda bawa.
Atas perhatiannya kami ucapkan terimakasih."
Setelah beberapa saat, kami sepertinya akan tiba di akademi dalam waktu dekat.
"Woah..."
"Indahnya..."
"Wow..."
Melihat banyak orang di dalam kereta terlihat terpesona dengan apa yang mereka lihat di luar jendela, aku kemudian tanpa sadar mengalihkan perhatianku ke arah jendela.
Aku lalu mengangkat alisku terkagum-kagum dengan apa yang jendela ini tampilkan.
Pandangan mataku yang jernih, terpesona oleh dunia yang disuguhkan di hadapan mata.
Sebuah hamparan air yang luas nan indah, yang menyuguhkan sebuah pemandangan yang menakjubkan.
Airnya yang berwarna biru kehijauan, seolah-olah tanpa batas membentang sampai ke ujung cakrawala.
Beberapa kapal nelayan berlayar di tengah danau terlihat sibuk mengarungi luasnya permukaan air, menambah kesan bahwa ini layaknya laut sungguhan.
Namun, ketika pandangan mataku terfokus, aku pun menyadari bahwa ini bukan laut.
Ini adalah sebuah danau luas, yang menyimpan sebuah kejutan yang besar dan megah di tengah-tengahnya.
Di tengah-tengah danau, terdapat sebuah daratan luas. Di daratan itu, terlihat sebuah bangunan bangunan akademi yang kokoh dan gagah.
Bangunan bangunan yang mempesona didominasi oleh warna utama biru dan putih, dihiasi dengan kolom-kolom dengan ornamen-ornamen yang dapat menyegarkan dan menyenangkan mata.
Di tengah-tengahnya, terdapat sebuah siluet pohon raksasa yang tingginya dapat dengan mudah melewati tiga ratus meter.
Akarnya menyebar luas di danau, menjadi sebuah pemandangan yang spektakuler. Pohon ini lebih dikenal sebagai [World Tree], sebuah simbol dari kekuatan dan kemegahan [Arcane Academy] ini.
"Aku sering kali melihat pemandangan ini di internet, tapi rasanya berbeda ketika melihatnya secara langsung"
Ucap Tristan sambil senyum terkagum-kagum.
"Yup, kau bena-"
Disaat aku tengah menanggapi komentar Tristan, traits [Instinct]-ku kemudian aktif untuk memberitahuku terdapat sebuah ancaman yang berada di kereta ini.
Tristan kebingungan melihat diriku yang tiba-tiba terdiam, namun dengan singkat ia seakan-akan menyadari sesuatu.
Kami berdua dengan cepat bangkit dari tempat duduk, dan tak lama kemudian kereta yang kami tumpangi mendadak bergetar hebat.
Seketika kami berdua mengambil sikap tempur, siap untuk menghadapi ancaman yang tak terduga.
Mataku fokus mengamati sekeliling dan tubuhku yang siap bersiaga menghadapi ancaman.
Kemudian di sampingku terdapat Tristan menggenggam sebuah pedang jenis katana yang asalnya entah darimana, sementara tanganku sedang mengepal kuat dan memegang sepasang Knuckle sudah siap mengeluarkan tinju ke apapun.
Para murid yang tadinya terpesona oleh pemandangan elok yang menyegarkan di luar kereta, seketika panik serta kebingungan setelah menyadari situasi yang tidak normal ini.
Di tengah kepanikan yang terjadi di dalam kereta, pintu gerbong belakang kereta kami lalu terbuka dengan paksa.
Semua orang yang berada di gerbong ini termasuk aku dan Tristan dengan sekejap menoleh ke arah datangnya suara itu
"Kuhihihihi!"
"Kriekkikikie"
Terlihat gerombolan makhluk pendek yang menyerupai manusia dengan hidung yang panjang serta kulit hijau datang terkekeh-kekeh melihat kepanikan pada gerbong kereta ini.
"Goblin!!!"
"Lah kok bisa mereka masuk di kereta?!?!"
"Ternyata gerombolan goblin, hanya monster keroco."
Beberapa masih panik dengan situasi ini, tetapi ada juga yang menjadi tenang dan bahkan tertawa akibat kemunculan gerombolan goblin yang berjumlah sepuluh.
Goblin adalah salah satu monster yang paling lemah diantara monster lainnya. Dengan tingkat ancaman kelas-F, mereka hanya dipandang sebelah mata bagi para Awakener dan bahkan warga biasa.
Namun mereka cukup pintar dengan kinerja otak yang sama dengan manusia yang berumur enam tahun.
Mereka dapat menggunakan alat-alat, jebakan, perangkap, bahkan racun ketika mereka berburu.
Memang benar bahwa mereka adalah monster yang lemah, akan tetapi perilaku mereka yang keji dan licik dapat mengancam Awakener kelas-E atau bahkan kelas-D jika Awakener tersebut lengah.
Dan gerbong kereta ini dipenuhi oleh Awakener kelas-F dan E yang masih belum mempunyai pengalaman bertempur, jadi ini adalah situasi yang serius.
Saat pikiran ku berjalan, tiba-tiba sebuah bola api yang membara terbang ke arah gerombolan goblin tersebut.
Melaju dengan cepat, dan dengan tepat mendarat ke goblin-goblin itu.
"Kiiiik!!!"
Suara letupan dan sebuah teriakan seekor goblin menggema di penjuru gerbong kereta.
Asap yang dikeluarkan oleh bola api itu dengan cepat menghilang dan menampakkan seekor goblin berdiri dengan luka bakar di sekujur tubuhnya.
"Hah, kok bisa?"
Siswi yang mengeluarkan sihir bola api itu bertanya-tanya dengan ekspresi kebingungan.
Pada umumnya, sihir yang dilemparkan oleh gadis itu cukup untuk membunuh beberapa goblin dengan satu serangan.
Namun kini pemandangan yang di depanku menolak fakta umum itu.
Akan tetapi jawaban dari pertanyaan gadis itu dengan cepat terjawab.
Di sekitar goblin itu terdapat aura merah samar yang menyelimuti tubuhnya. tak sampai disitu saja, goblin-goblin di belakang juga menunjukkan hal yang sama.
Jawabannya hanya satu, yaitu magis. Goblin yang ada di gerbong kereta ini dapat menggunakan magis.
"Awas! Goblin-goblin itu dapat menggunakan magis!!!"
"Kieeekkkk!"
Bersamaan dengan teriakan Tristan, goblin-goblin tersebut segera melancarkan serangan mereka.
"Aaaahh!"
"Sial!"
Kepanikan yang lebih besar terjadi pada gerbong ini, orang-orang yang tadinya menertawakan goblin itu, sekarang terlihat gugup dan takut.
Melihat hal itu Tristan mengeluarkan magisnya untuk menyelimuti tubuhnya dan melesat ke arah gerombolan tersebut.
Goblin-goblin dengan senjata pisau, tongkat dan pedang pendek berlarian ke arah siswa-siswi. Beberapa bahkan sukses melukai orang yang ada di kereta ini.
Gerakan mereka yang gesit, ditambah dengan ukuran tubuh mereka yang pendek, dan fakta bahwa gerombolan goblin tersebut dapat menggunakan magis, membuat tingkat ancaman mereka menukik menjadi F+.
"[Tidal Cut]!!!"
Tristan terlihat mengaktifkan skillnya dan mengambil sikap kuda-kuda. Air tampak mengelilingi tubuhnya dan menyelimuti pedang miliknya.
Dan dengan sekejap, air tersebut berputar dengan kecepatan tinggi seolah-olah pedang tersebut mengandung ombak raksasa.
Dengan gerakan halus namun cepat, Tristan secara instan memotong empat kepala goblin itu dengan satu gerakan.
Deskripsi skillnya sama dengan apa yang ada di 'ingatanku', dengan begitu aku kemudian memutuskan untuk tidak campur tangan dalam penyerangan ini.
Tak berhenti dari situ ia melanjutkan rangkaian serangan itu dengan cara mencekik leher goblin di depannya lalu diteruskan oleh lemparan tubuh goblin itu ke arah dua goblin lainnya.
"Kiiik!?"
"Kiekk?!"
Kemudian tubuh goblin yang dilempar menabrak dua goblin lainnya yang kebingungan dengan apa yang terjadi.
Tristan yang melihat hal itu, tanpa ragu mengayunkan pedangnya yang diselimuti air yang berputar pada mata pedangnya dengan kecepatan tinggi.
Seketika tubuh ketiga goblin tersebut terbelah rapi menjadi dua hanya dalam satu gerakan.
Dengan total dua gerakan, Tristan dapat membunuh tujuh goblin tanpa jeda.
"Woaahh!"
"Cepat sekali!"
"Hebat!"
Siswa-siswi yang melihat aksi Tristan, menyoraki dan kagum dengan kemampuannya.
"Kiaaak!!"
"Kuikk!!"
Menoleh ke arah lainnya terlihat dua goblin terbakar oleh sihir yang dikeluarkan oleh gadis yang tadinya menyerang goblin menggunakan bola api sebelumnya.
Tanpa waktu lama kedua goblin tersebut tersungkur tanpa daya dengan tubuh mereka yang masih diselimuti si jago merah.
Melihat hal itu, goblin yang satu-satunya tersisa tampak memutuskan untuk kabur meninggalkan kami, disaat semua sibuk menyoraki Tristan dan gadis itu.
Goblin itu adalah goblin yang terluka akibat serangan bola api pertama yang gadis tersebut lancarkan.
Aku kemudian mengambil sebuah manik-manik, dan meletakkan di ujung telunjukku.
Mengangkat tanganku dan membuat manik-manik itu melayang di depan telunjuk, membuat tanganku membentuk pistol, aku mengisi manik itu dengan kekuatan magis ku.
"Dor."
Membidik ke arah goblin itu dan melepaskan kekuatan magisku, manik-manik tersebut melesat dan dengan sempurna menembus belakang kepala goblin yang membuatnya roboh seketika.
"Maaf, tapi aku tidak akan mengulangi kesalahan ku lagi."
Gumamku kepada diriku sendiri tersenyum kecil.
Dengan itu kelompok goblin yang menyerang kereta ini musnah terbantai.
Namun instingku kemudian memperingati bahwa ancaman yang lebih besar akan segera datang. Aku segera melakukan sikap tempur dan menunggu ancaman yang akan datang.
Seolah-olah merasakannya juga, Tristan terlihat melakukan sikap tempur sama denganku.
Bersamaan dengan itu, kereta kembali bergetar dengan hebat.
"Kyaahh!!!"
"Apalagi ini?!"
Suara langkah kaki yang menghampiri dengan cepat, disertai dengan getaran yang sangat hebat.
Dengan suara yang memekakkan telinga, sesosok mahluk tinggi yang melebihi tiga meter dan yang menyerupai manusia masuk ke gerbong kereta melalui atap, yang mana baru saja hancur berantakan dikarenakan oleh makhluk yang ada di depan kami.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 23 Episodes
Comments
Ayano
Asli.... scene tarungnya keren banget 😳
2023-05-11
1
Ayano
Huwaa... detail banget 😳😳😳
Aku yang pernah bikin scene bertarung sama goblin.... akibat keterbatasan ide dan ceteknya inspirasiku jadi kek tarung anak-anak
Gils.... kenapa gak dari awal aja ketemu yang kek gini buat dijadiin inspirasi 😓😳
2023-05-11
1
Ayano
😅
Kalo ngomong gini pas ketemu yang kek di goblin slayer keknya mesti mikir dulu yak
2023-05-11
1