“Iblis! Ada seorang kontraktor iblis disini!”
“Vern membuat kontrak dengan iblis!”
Orang-orang yang tadinya hanya melihat kejadian ini sebagai tontonan, sekarang panik melihat bahwa terdapat seorang kontraktor iblis yang hilang kendali disini.
Disaat itu juga aku menerima sebuah notifikasi dari status window-ku
[Anda mendapatkan misi baru!]
Meski aku belum membuka Mission Status-ku namun aku dapat menebak apa isi dari misi itu.
Jadi tanpa pikir panjang aku mengeluarkan pedang dari inventory-ku dan maju menghadapi Vern yang sudah gila tersebut.
“Max, kau lihat dengan apa yang kau perbuat. Kamu menyindir seseorang sehingga dia kehilangan kesadarannya dan menggila!”
“Hahahaha! Siapa sangka orang aneh ini adalah seorang kontraktor iblis.”
Setelah bersenda gurau sebentar dengan Max, kami lalu fokus dengan apa yang ada di depan kami.
Vern, tidak, monster itu terlihat melotot ke arah Max dan aku, Max membuka mulutnya
“Menurutmu kita dapat mengalahkannya sebelum bantuan tiba?”
“Mungkin iya, mungkin tidak. Yang manapun juga kita pasti akan memperoleh kredit yang banyak.”
“Setuju.”
“GAAAA!!!”
Teriakan monster tersebut menandakan berakhirnya percakapan kami, lalu ia mengaktifkan sebuah lingkaran sihir lightning lance tapi bedanya kali ini petirnya berwarna merah darah dibanding sebelumnya yang berwarna biru.
Mantra ini juga memiliki kepadatan magis yang lebih tinggi dan dengan jumlah tombak yang lebih banyak dari yang sebelumnya.
Dalam sekejap, monster itu melancarkan serangannya yang brutal ke arah kami.
Serangan tersebut dengan cepat melesat ke tempat kami, seperti kilat yang menghantam tanah.
Tidak ingin menjadi korban dari serangan itu, Aku dan Max bergegas pindah dari tempat kami.
Menghindari serangan tersebut dengan gerakan yang lincah dan cepat. Namun, serangan itu masih terlalu dekat, dan suara ledakan dahsyat dari lightning lance membuat bangunan bergetar dan bergemuruh.
Tapi beruntungnya, bangunan ini telah dipasangi mantra sihir di pilar-pilarnya untuk membuatnya ekstra kokoh, jadi kecuali semua pilar telah hancur maka robohnya bangunan ini adalah kekhawatiran yang sia-sia.
“Waduh, jika kita terkena serangan itu, bukankah dapat mengirim kita langsung ke alam baka?”
“Sudah bicaranya! Fokus dengan apa yang ada di depan!”
Monster itu melafalkan mantra lightning lance lagi, tapi pada saat ini aku mencoba mendekatinya agar ia tidak dapat menyerang diriku dikarenakan ia juga akan terkena dampak sihirnya sendiri.
Namun disitulah aku keliru, aku lupa yang ku lawan adalah seekor monster yang telah hilang kendali, bukan seorang manusia yang bernama Vern.
Meskipun aku dekat dengannya, ia tanpa ragu menyerang ku menggunakan lightning lance-nya. Sebuah petir berwarna merah darah berbentuk tombak terlihat persis berada di depanku.
Disaat alam baka tampak akan menyambut ku di depan mata, aku mendadak pindah dari tempat yang semula berada di tempat area serangan tersebut ke tempat yang lebih aman.
“Tristan apakah kamu tidak apa-apa?”
Aku lalu menoleh ke arah datangnya suara itu, seorang wanita dengan mata ungu terlihat menatap diriku. Benar sekali, Lilith baru saja menyelamatkan nyawaku. Setelah telah menenangkan pikiranku sejenak, aku lalu menjawab.
“Aku tidak apa-apa, terima kasih.”
“Ya, sama-sama, bagaimanapun disini sangat berbahaya. Jadi cepat kalian pergi dan mencari pertolongan selagi aku menahan monster itu disini”
Lilith memerintahkan kami untuk pergi dari medan pertempuran ini, tapi jawabanku tentu saja sudah jelas.
“Tidak, Aku juga akan menahan monster ini disini, lagi pula siswa lainnya pasti sedang memanggil bantuan di luar.”
“Heh, kalau begitu kamu harus berjanji untuk tidak terekspos serangan seperti itu, karena aku tidak akan menjamin akan menyelamatkanmu untuk kedua kalinya”
Bersamaan dengan berakhirnya percakapan aku dan Lilith, kami langsung berlari menuju monster itu yang sedang bertarung dengan Max.
Lilith melancarkan sebuah serangan bayangan di lantai dan mengikat monster itu, melihat ia telah terikat dan tidak bisa kemana-mana, aku memutuskan menggunakan skill [Water Stream] bab kedua [Tsunami Blade].
Dalam sekejap, aku berdiri dengan sikap kuda-kuda yang kokoh, mempersiapkan diri untuk menyerang monster di hadapanku.
Sambil menarik napas dalam-dalam, air biru yang indah seketika menyelimuti pedangku dengan kekuatan magis yang mempesona.
Dengan determinasi yang terpancar dari mataku, aku meluncurkan serangan ganas ke arah monster itu.
Pedangku berputar dengan cepat dan memotong angin dengan suara deru yang terdengar menggetarkan udara, sebelum akhirnya menyerang musuhku dengan kekuatan penuh.
Serangan itu tak hanya satu, tetapi merupakan serangan bertubi-tubi seperti ombak tsunami menerpa pesisir pantai.
Setiap serangan membuat tubuh monster itu terguncang-guncang dan mengeluarkan suara hantaman yang keras.
“AHHHH!!!”
Suaranya yang menjerit kesakitan terdengar di seluruh penjuru bangunan. Diikuti oleh itu, magis di sekitarnya mulai memadat, dan pada akhirnya ia bebas dari belenggu Lilith yang mengikatnya.
Disaat itulah Max tiba datang di samping ku dan berkata:
“Nice one, nice one!!”
Tubuhnya tampak diselimuti oleh api yang menggebu-gebu, kemudian ia berlari ke arah Vern dan menendangnya hingga ia terlempar ke sebuah pilar dan Ia dengan cepat melompat ke pilar tersebut, memperlihatkan kelincahan dan kecepatan yang menakjubkan.
Tanpa ragu, ia melancarkan rangkaian serangan layaknya meteor yang terbakar ke arah Vern yang berada di pilar.
Pukulan demi pukulan dilancarkan dengan kekuatan penuh, menghantam monster itu dengan dahsyat dan membuatnya terguncang-guncang.
Dengan serangkaian serangan yang begitu cepat dan berbahaya, Max tampak semakin kuat dan tak terkalahkan.
Tidak terlihat ada celah yang terlihat bagi monster itu untuk melawan kembali. Namun, itu tampaknya belum cukup untuk membunuhnya.
Dengan tangan kanannya yang terangkat ke atas, Max terlihat melayang dan mengumpulkan serta memadatkan magis yang berada pada tangannya, api di tangannya nampak berangsur-angsur semakin membara.
Dia menahan nafasnya sejenak, seolah bersiap untuk memberikan serangan terakhir yang dahsyat.
Dengan momentum luar biasa seperti gunung api yang meletus, Max mendaratkan tinjunya pada kepala monster itu.
Suara ledakan besar terdengar memenuhi udara, seolah dunia berguncang oleh kekuatan serangan itu.
Si jago merah dengan gagah menyelimuti pilar tersebut, menunjukkan kekuatan dan kemegahan yang begitu besar dari serangan tersebut.
Namun, bahkan setelah rentetan serangan itu berakhir, pilar tersebut tetap berdiri tegak dengan kokoh.
Ini menunjukkan seberapa kuat mantra yang diterapkan pada bangunan ini, kemudian debu menyelimuti Max dan monster itu. Selang hening beberapa saat, Lilith bertanya kepada ku.
“Apakah sudah berakhir?”
“Tidak.”
“GAAAA!!!”
Dengan lantang teriakan yang membelah angkasa, monster itu kemudian merespons dengan kekuatan yang dahsyat.
Terlihat medan tempur dipenuhi dengan petir merah menyilaukan, menghalangi pandangan mata kami.
Namun, seperti seekor macan tutul, Max dengan gesit dan cepat mundur dari depan monster itu dan bergabung denganku dan Lilith di samping.
Wajahnya tersenyum lebar, mengisyaratkan bahwa ia sengat menikmati pertarungan ini.
“Sepertinya ia lebih tangguh dari yang kita kira, Hahaha”
Tepat setelah ujaran Max, Vern tampak terlihat melempar tubuhnya sendiri yang diselimuti oleh petir ke arah kami.
Dengan kecepatan yang luar biasa ia tidak dapat memberikan kami waktu untuk menghindar, sehingga kami terpaksa melakukan kontak langsung dengan cara menangkisnya.
Tubuhku, Lilith, dan Max terpaksa terhempas akibat momentumnya yang amat kuat.
Namun dengan kami dengan sigap langsung memperbaiki postur tubuh kami, monster itu dan juga kami saling bertatapan mata.
Aku lalu memutuskan untuk mencoba skill [Assimilation] untuk pertama kalinya, seketika tato yang berada di bagian lenganku merambat di kulitku.
Kemudian perasaan bahwa kecepatan ku sekarang terasa telah bertambah dengan drastis memenuhi tubuhku.
[AGI : 12,26 >>> 14,55]
[SPD: 10,18 >>> 14,26]
Meskipun merasakan bahwa mana-ku terkuras dengan sangat cepat. Dalam sekejap, aku mengambil sikap ancang-ancang untuk mengaktifkan skill [Water Stream] bab pertama.
Air mulai berputar dengan cepat di sekeliling tubuh ku dan dengan gerakan yang begitu lincah, aku meluncur menuju Vern dengan kecepatan tinggi.
Tubuhku bergerak dengan begitu cepat, sehingga lantai seakan terbelah dan angin berhembus kencang.
Ketika aku tiba di depan Vern, aku dengan tangkas mengendalikan ketegangan di udara.
Menebas ke arahnya dengan sekuat tenaga, dan dengan suara gemuruh yang bergema, pedang ku memotong ruang dan menghantam target dengan tebasan yang begitu cepat dan tepat.
Namun, Vern adalah musuh yang tangguh. Bahkan setelah menerima serangan Max yang ganas, entah apa karena ia benar-benar tangguh atau ia sudah terlalu gila untuk merasakan rasa sakit yang dideritanya.
Hal yang sama juga terjadi pada seranganku, dia tidak begitu saja tunduk pada serangan ku.
Dia menerkam dengan bertubi-tubi mengunakan kuku-kuku tajamnya, sehingga membuatku terdesak mundur.
Berdiri tegak, siap untuk menghadapi segala serangan yang ada di depanku. mengangkat tanganku ke depan, dengan cepat, air di sekeliling tubuhku mengeras dan membentuk perisai yang melindungi ku dari serangan Vern.
Dengan satu gerakan tangannya, serangan musuh mendarat dengan keras di perisai yang telah ku buat.
Kontak keras antara senjata dan perisai terdengar nyaring di seluruh penjuru bangunan.
Namun, aku tersenyum puas mengetahui perisai yang ku buat begitu tangguh, mampu menahan serangan penuh kekuatan Vern.
Tidak lama kemudian, monster terlihat mulai merapalkan mantra sihir berelemen petir. Mataku terbuka lebar, melihat serangan yang hendak dilancarkan olehnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 23 Episodes
Comments