Aku menggosok-gosok rambutku dengan sebuah handuk sambil menatap layar Smartphone-ku.
Aku kemudian membuka aplikasi yang dibuat khusus untuk kadet, murid dan staf [Arcane Academy] yang bernama ArcanePost, sebuah aplikasi yang tampilannya seperti perpaduan tampilan aplikasi portal berita dan media sosial.
Aplikasi ini memungkinkan kadet, murid juga staf [Arcane Academy] untuk membuat postingan, baik itu membuat postingan biasa ataupun sebuah postingan yang memerlukan audiens untuk melihatnya dengan mengeluarkan kredit dan juga sebagai alat transaksi kredit bagi para kadet, murid juga staf [Arcane Academy].
Kredit yang dimaksud disini adalah sebuah sistem ekonomi yang [Arcane Academy] tetapkan sebagai mata uang di dalam ruang lingkup akademi.
Kredit ini dapat diperoleh dari hal simpel seperti menghadiri kegiatan belajar mengajar, menyelesaikan misi yang akademi, maupun memperolehnya dari memposting sesuatu yang memerlukan audiens untuk mengeluarkan kreditnya untuk melihat postingan tersebut seperti yang telah disebutkan sebelumnya.
Kredit ini dapat ditukar dengan sumberdaya sumberdaya unik dan langka yang berada di [Arcade Island] tempat dimana [Arcade Academy] berada.
Kemudian sebuah halaman berita mencuri perhatianku, itu adalah tentang pesta perjamuan yang akan diadakan pada pukul 20.00 malam ini.
Melihat waktu telah menunjukkan 18.50, aku segera bersiap untuk pergi ke tempat pesta tersebut untuk tidak ketinggalan sebuah event yang akan terjadi pada pesta itu.
Mengenakan vest suit hitam di atas kemeja putih berlengan panjang dan dengan dasi berwarna merah dikombinasi pants suit berwarna hitam yang memberikan kesan maskulin dan elegan.
Aku melihat diriku, Tristan Holmberg di permukaan cermin.
Menurutku aku bukanlah orang dengan kepribadian narsistik, tetapi pada saat ini aku terlihat sangat tampan.
Aku lalu membuat tubuhku membungkuk condong ke depan dengan menggunakan tangan kiri ku di atas meja sebagai tumpuan dan mengusap dagu ku.
Apa yang aku lihat di cermin adalah seorang pangeran dengan rambut kuning pucat dan sepasang mata yang bercahaya layaknya sebuah permata berwarna biru dengan mata sayu yang memberikan kesan lembut namun maskulin.
Setelah puas memuji penampilanku sendiri di cermin, aku kemudian keluar dimana Max telah menunggu di luar menyandarkan diri di tembok yang berhadapan dengan pintu ku.
"Heh, layaknya seorang gadis, lama juga kamu bersiap-siap."
Sindir Max sambil nyengir kepada ku. Nampaknya aku terlalu fokus memuji penampilan diriku sendiri hingga lupa waktu
Max terlihat mengenakan pakaian yang sama denganku.
ia mengenakan pakaian yang sama denganku namun aura yang ia berikan sangatlah berbeda.
Ia memancarkan aura seperti pilar yang kokoh dan megah ditambah lagi tubuhnya yang lebih tinggi dariku yang notabenenya seseorang yang tinggi.
Wajahnya yang nampak tersenyum licik akan membuat orang yang melihatnya mempertanyakan rencana jahat apa yang sedang ia pikirkan di kepalanya.
“Maaf membuatmu menunggu Max”
“Canda, lagipula masih ada empat puluh lima menit sebelum pestanya dimulai, kita masih memiliki waktu.”
Setelah bertukaran kata dengan Max, kami tanpa basa-basi mulai bergerak keluar dari asrama dan menuju ke tempat pesta.
Aku mengusulkan kepada Max yang mana ia menyetujui usulan itu untuk berjalan kaki kesana agar dapat menikmati suasana malam di [Arcade Island] ini, lagipula tempat pestanya terbilang dekat dari asrama kami.
“Hey, Tristan.”
“Ya?”
Tiba-tiba Max memanggil namaku yang aku jawab dengan menoleh ke arahnya, kemudian ia nyengir nyengir yang mana membuat perasaanku kurang enak dan tidak nyaman.
“Bukankah kamu merasa bahwa akan membosankan jika kita hanya berjalan kaki seperti ini.”
“Nggak juga sih.”
Meskipun mendengar penolakan ku yang cepat, ia tetap lanjut membuka mulutnya seakan-akan tidak mendengar balasanku
“Maka dari itu ayo kita berlomba lari ke tempat pestanya, satu, dua, TIGA!!”
“Hah?”
Kemudian dengan suara keras layaknya sebuah dentuman, Max melesat pergi meninggalkanku yang masih memproses dengan apa yang baru saja ia katakan.
Tapi melihat tubuhnya berangsur-angsur mengecil akibat ia menjauh, aku membulatkan tekad dan pergi melesat mengejar Max yang sudah jauh di depan.
Salah satu alasannya ialah bermain dengannya untuk dapat menjadikan Max sekutuku, tapi terdapat alasan lainnya, yaitu agar dapat menguji tubuhku setelah hadiah-hadiah yang diberikan setelah menyelesaikan misi misi tadi.
Tetapi terlihat sebuah bola api meluncur dengan cepat menuju ke arahku, dan dengan reflek aku menghindar.
“Apa-apaan! kau beneran mau bunuh aku ya?!”
Dari kejauhan terlihat Max tersenyum lebar seakan-akan menikmati reaksi ku, aku tahu bahwa Max Goldwel adalah orang yang akan selalu melakukan tindakan yang menghibur atau menguntungkannya.
Tapi untuk berpikir kalau dia melakukan hal ini meskipun kami berada di daerah akademi itu benar-benar gila, ia nampak berbalik membelakangi ku dan lanjut berlari ke tujuan.
Melihat hal itu, aku merasa kesal dan mengalirkan kekuatan magis ku untuk mengaktifkan sihir angin, Semilir angin dengan cepat menyelimuti ku dan dengan langkah kencang aku mengejar Max di depan.
Untuk membalas akan serangan yang tadi, aku mengangkat tanganku ke depan dan membuat beberapa wind cannon, sebuah sihir serangan dasar dengan ukuran kepalan tangan manusia.
Tapi aku menyuntikkan magis dalam jumlah lebih banyak dari yang normal di masing-masing wind cannon.
Wind cannon tersebut melesat layaknya sebuah peluru menuju punggung Max.
Seakan-akan merasakannya, ia kemudian berbalik ke arah datangnya wind cannon, dengan wajahnya yang tersenyum dan melakukan aba-aba meninju.
Lalu dengan gerakan cepat dan tangkas, ia meninju semua wind cannon yang menyerangnya, mengakibatkan musnahnya wind cannon yang ia tinju tersebut.
tanpa basa-basi dia melanjutkan perjalannya menuju tempat pesta.
Aku cukup terkejut melihatnya memusnahkan seluruh wind cannon dengan tangan kosong seolah itu bukanlah apa-apa.
Aku lalu mengambil kesimpulan bahwa menyerang Max hanya akan berakhir sia-sia, aku memutuskan fokus hanya kepada kecepatan ku.
Angin yang menyelimuti tubuhku menghempas lebih intens bersamaan ketika aku menyuntikkan mana-ku lebih banyak, dengan suara dersik angin yang kencang aku melaju dengan kencang.
Meskipun Max bisa dibilang lebih kuat dibandingkan dengan diriku, tapi aku percaya diri dengan bahwa kecepatan ku melebihi dirinya
Tak perlu waktu waktu lama, aku telah berada tepat di belakang Max. Mendadak ia berbalik berhadapan dengan ku tersenyum lebar dan lagi-lagi mengambil aba-aba meninju, namun targetnya kali ini bukanlah wind cannon melainkan diriku.
Sontak aku mengambil sikap bertahan, lalu rentetan tinju yang berat dan gesit menuju tubuhku.
Tapi aku menghindari semuanya dan bahkan melontarkan beberapa balasan yang mana ia tentu saja menangkis semuanya.
Memutuskan bahwa tidak ada gunanya terus melawan dia, aku memilih berlari lebih kencang menuju tempat finis.
Dengan cepat aku meninggalkan Max jauh di belakang, atau itulah yang aku perkirakan.
Seketika aku melihat pemandangan yang mengejutkan ku, yaitu pemandangan Max berada tepat di depan ku melancarkan tinjunya yang berapi-api.
Pada saat ini aku mulai meragukan bahwa kita bukanlah sedang berlomba ke tempat pesta.
Dengan sigap aku membuat sebuah perisai dari air untuk melindungi ku dari serangannya.
Terdengar sebuah suara ledakan yang memekakkan telinga, suara itu berasal dari tinjunya yang menghantam perisai ku dengan keras.
Perisai dari magis buatan ku terlihat pecah berkeping-keping dalam sekejap.
Meskipun perisaiku menyerap sebagian besar gaya dari serangan tersebut, serangannya lanjut mengenai dada ku dan aku secara tidak berdaya terhempas jauh.
“Kya! Perkelahian terjadi disini!”
“Ngapain mereka bertarung disini?”
“Cepat panggil anggota Dewan Siswa!”
Sontak murid yang menyaksikan tubuhku terlempar tanpa daya akibat tinju Max bertanya-tanya mengapa kami bertarung, mencoba memanggil Dewan Siswa dan lain-lain.
Merasa sangat kesal dengan fakta bahwa dia benar-benar berniat bertarung dengan ku, aku melotot ke arah Max lalu melakukan kuda-kuda [Ocean Edge Swordsmanship] dan bersiap mengeluarkan pedangku.
Kekuatan magis mengalir deras di dalam tubuh, titik-titik air terlihat terangkat dan melayang di sekitar tubuhku.
Melihat itu, Max tersenyum lebar dan ia menatapku dengan matanya yang tajam, seakan-akan siap untuk bertarung.
Max kemudian menempatkan kaki kanannya sedikit ke depan dan melenturkan lututnya, lalu mengangkat lengan kanannya ke depan, mempersiapkan pukulan.
Kaki kirinya digeser ke belakang sedikit, sementara lutut kirinya tetap lurus.
Posisi tubuhnya sekarang adalah kuda-kuda dasar seorang petinju.
Meskipun merupakan kuda-kuda dasar tinju dan pengoperasian magis tidak terlihat di tubuhnya, ia tampak seperti benteng kokoh dan stabil yang tidak akan membiarkan seorangpun untuk masuk juga tidak segan untuk menyerang siapapun yang mendekat.
Namun disaat aku ingin mengeluarkan pedang dari inventory-ku, sebuah suara membuat diriku dan Max berhenti di tempat.
“Berhenti.”
Satu kata itu cukup untuk membuat semua orang di sekitar terhenti, suaranya yang terdengar berat memancarkan kesan tegas dan berbahaya.
Aku dan Max sontak bersama-sama menoleh ke arah munculnya suara tersebut, sesosok pria yang tingginya yang dengan mudah melebihi Max menyilangkan lengannya dan ototnya yang masih terlihat jelas meskipun telah tertutupi oleh pakaiannya memandang kami dengan dingin.
Aku tahu orang ini, namanya adalah Ragnar Wilson, ia adalah kadet tahun ketiga sekaligus anggota Dewan Siswa yang terkenal akan kekuatan fisiknya yang luar biasa.
Salah satu pentolan dari Dewan Siswa sekarang melihat kami yang akan bertarung dengan serius tadi, tidak mungkin aku menggunakan alibi bahwa kami hanya sedang berlomba lari ke tempat pesta.
“Ini tidak seperti yang engkau kira, kami hanya sedang berlomba lari ke tempat pesta.”
Pernyataan Max yang seakan-akan tak bersalah tidak hanya membuatku kebingungan, tapi semua orang yang berada disini termasuk Ragnar juga ikut bingung.
Tapi dengan cepat ia mengendalikan ekspresinya dan bicara dengan nada dingin.
“Jangan mengucapkan alasanmu disini, tapi ucapkanlah itu di ruangan konseling.”
Berakhir sudah, aku akan ketinggalan event pada malam hari ini pikirku.
Namun di tengah keputusasaan itu, sebuah suara yang anggun nan indah terdengar.
“Mohon maaf senior Ragnar, tapi pada kali ini bolehkan senior membiarkan mereka pergi?”
Tampak seorang wanita cantik bergaun hitam yang indah yang warnanya sama dengan rambutnya dan matanya yang ungu menyala semakin memesona pada malam hari.
Wanita itu adalah Lilith Beauviolth, perwakilan kadet dan murid tahun pertama.
“Sebutkan alasan yang bagus untuk mengapa aku harus membiarkan mereka pergi.”
Tanya Ragnar ke arah Lilith dengan matanya yang seakan menggebu-gebu yang hendak menganalisa apa yang akan Lilith katakan berikutnya.
Orang-orang berbisik-bisik akibat kedatangan Lilith, kemudian menoleh ke arahku dan Max, tersenyum lalu membuka mulutnya.
“Meskipun mereka memang salah karena bertarung di akademi diluar duel, tapi ini adalah kesalahan pertama mereka.
Juga mereka berdua adalah salah satu kadet yang diundang melalui jalur khusus, Mereka adalah bintang acara untuk pesta malam ini.”
Mendengar alasan yang dikeluarkan oleh Lilith, Ragnar meletakkan tangannya di dagunya, melihat aku dan Max secara bergiliran dan terlihat berpikir sejenak lalu membuka mulutnya.
“Baiklah, karena ini adalah kesalahan pertama kalian. Maka aku akan mengabaikannya kali ini.”
“Terimakasih atas pertimbangan senior dalam kasus ini.”
Lilith lalu agak membungkuk ke arah Ragnar dan mata ungunya melakukan kontak mata dengan kami, yang mana berisyarat bahwa kami juga harus membungkuk dan berterima kasih kepada Ragnar bersama-sama.
‘‘‘Terima Kasih senior’’’
Tanpa pikir panjang aku dan Max berterima kasih kepada Ragnar, Ragnar yang melihat ini nyengir seakan puas dengan sikap kami. Ia lalu membuka mulutnya lagi.
“Tapi Ingat, kalian harus bersiap-siap jika kalian tertangkap melakukan pelanggaran lagi
pada saat itu tidak akan berakhir sesimpel ini.”
Setelah melontarkan kalimat itu, Ragnar lalu berbalik bergerak menuju tempat pesta seolah-olah tidak terjadi apa-apa.
Melihat permasalahan disini selesai, orang-orang kembali melanjutkan perjalanan mereka ke tempat pesta.
Sebagian besar mereka berhenti sejenak untuk menyapa Lilith lalu menuju tujuan mereka.
“Terimakasih untuk tadi, itu benar-benar membantu.”
“Haha, kau berlebihan. Ngomong-ngomong bagaimana ceritanya kamu bertarung dengan Max?”
“Uhm, ceritanya cukup aneh”
Aku kemudian menceritakan awal kejadiannya, dari Max mengusulkan untuk berlomba lari sampai ketika tinjunya mendarat ke tubuhku.
Lilith yang mendengar ceritaku tersenyum kebingungan lalu menoleh ke arah Max.
“Apakah itu benar Max?”
“Yoi.”
Max mengangkat bahunya yang mana jawabannya terdengar seakan-akan tidak bersalah, Melihat hal itu Lilith terlihat tidak bisa berkata-kata.
Jujur saja aku benar-benar kesal dengan Max, bisa-bisanya dia memukulku dan mengakuinya dengan nada tidak bersalah.
Tapi karena aku tidak ingin menjadikannya musuhku, aku menahan kata-kata kasar yang akan keluar dari mulutku.
Lilith menggeleng-gelengkan kepalanya dan berbicara kepada kami berdua.
“Baiklah, sekarang waktu sudah berada pada pukul 19.45 yang berarti kita hanya mempunyai waktu lima belas menit untuk ke pesta. Mari kita bersama-sama pergi ke tempatnya.”
" “Ok” "
Aku, Max, dan Lilith kemudian pergi berjalan menuju lokasi, kami juga melakukan perbincangan kecil dan tanpa diketahui kami telah berada di depan bangunan tempat pesta dimana para murid dan kadet tahun pertama diadakan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 23 Episodes
Comments
Syahrul
Skill issue
2023-04-28
1
1qb4l
Katanya sih MC itu cerminan authornya, jangan-jangan kelakuan authornya gini nih 😱😱😱
2023-04-28
2
1qb4l
wkwkwk, malah Max yang ngewakilin alibinya Tristan
2023-04-28
1