Saat aku menyadari mantra sihir itu adalah kelas-B storm surge, aku tidak bergerak. Petir menggelegar dan bergemuruh mengelilingi diriku, aku merasakan getaran keras di dalam tubuhku.
Meluapkan seluruh magis yang ku punya, aku menambahkan lebih banyak kekuatan ke perisai milikku itu, sebagai tindakan untuk mempersiapkan diri menghadapi serangan gila dari monster ini.
Ia itu melepaskan serangannya, dan energi petir menyilaukan menghantam perisai itu.
Sinar intens menyilaukan melingkupi medan tempur saat kedua energi bertarung untuk menaklukkan satu sama lain.
Aku mengerahkan seluruh kekuatanku dan memusatkan perhatianku pada perisai, menyuntikkan lebih banyak magis dan memperkuatnya.
“Tristan!”
Suara Lilith terdengar di telingaku, mencoba menyelamatkanku dari serangan yang akan datang.
Namun tindakannya sia-sia, karena serangan musuh telah berhasil menembus perisai tangguh yang ku buat.
Petir-petir merah memenuhi seluruh medan tempur, dan guntur bergema di kejauhan, menandakan bahwa serangan musuh telah sampai di tempatku.
Aku berusaha fokus menangkis serangan itu dengan perisaiku, tetapi sayangnya aku tidak bisa menahan tanda-tanda kelelahan.
Darah mengalir dari hidungku, menandakan bahwa tubuhku mulai kehabisan kekuatan magis. Kepalaku terasa pusing dan penglihatan ku berkunang-kunang, akan tetapi tekadku untuk bertahan tidak pudar.
Tiba-tiba, aku merasakan getaran hebat di perisaiku, diikuti oleh suara ledakan yang keras.
Perisai yang ku buat dengan susah payah telah hancur, memadamkan tekadku untuk bertahan.
Saat aku menatap dengan lambat, petir merah merambat menuju tubuhku, memenuhi medan tempur dengan cahaya menyilaukan.
Aku menutup mataku dan dengan pasrah akan menerima serangan dari monster itu, tetapi serangan tersebut tak kunjung datang.
Penasaran, aku lalu membuka mataku dan melihat punggung yang lebar yang memancarkan aura kokoh dan dapat diandalkan.
“Maaf membuat kalian menunggu lama.”
Suara berat dan tegas terdengar, itu adalah suara Ragnar Wilson, anggota Dewan Siswa yang kami temui saat sedang pergi ke pesta perjamuan selamat datang tadi.
Melihat musuh yang sangat kuat datang, Vern itu memutuskan untuk melarikan diri. Dengan langkah kencang, ia tiba di depan pintu keluar bangunan ini.
Disaat itulah sebuah anak panah melesat dengan cepat mendarat dan meledak di tubuh Vern yang membuatnya terhempas dan gagal keluar dari bangunan.
“Aku baru saja meninggalkan pesta ini untuk sejenak, tapi apa-apaan ini?”
Suara Zetto menggema di sekitar bangunan saat ia terlihat jongkok di atas pilar, dengan tubuhnya siap untuk menembak busur yang ada di tangannya.
Ia membidik busurnya ke arah Vern, dan melontarkan rentetan serangan mematikan yang melesat dengan kecepatan kilat.
Tapi Vern tidak tinggal diam, dengan tangkas ia mundur dan menghindari serangan-serangan yang dilancarkan Zetto dengan sigap.
"Kita lihat apakah kamu dapat menghindari ini."
Magis tampak memadat di tangan Zetto, ia lalu menarik tali busur dan mengarahkannya ke arah Vern.
Sebuah anak panah terbentuk dari tangan Zetto yang memberikan kesan berbahaya dan mematikan.
-Swoosshh
Suara tajam terdengar dari arah Zetto, dan dengan sekejap anak panah yang tadinya di busur sekarang di depan Vern.
-Boooom
Suara ledakan terdengar menghantam tempat Vern berada. Serpihan-serpihan lantai marmer bertebaran dan meninggalkan debu dimana-mana.
Namun Vern terlihat mengeluarkan sihir pertahanan yang melindungi tubuhnya.
-Boooom Booooom
Suara ledakan kembali lagi, Zetto nampak melancarkan serangan bertubi-tubi lagi ke arah Vern.
Seakan muak dan murka diserang terus menerus, Vern merapalkan sihir dengan cepat ke arah Zetto.
Zetto yang menyadari hal itu langsung melompat ke arah pilar lainnya dan melanjutkan serangannya.
-Dor dor dor dor dor
Suara tembakan senjata api menggema di seluruh bangunan, menoleh ke kiriku terlihat Max memegang senjata api jenis revolver sambil tersenyum licik.
"Aggghhhh!!!"
Akan tetapi tidak seperti ekspektasi ku, tembakan tersebut tampak mengenai dan bahkan melukai monster itu dengan cukup parah.
Sepertinya Max menggunakan teknik magis yang khusus dalam senjata itu dan menunggu momen yang tepat saat ia lengah.
Monster itu lalu terlihat merapalkan mantra sihir lagi, kami dapat merasakan kekuatan magis semakin memadat dan lingkaran sihir terlihat bermunculan.
Namun,
Tiba-tiba tubuhnya berhenti dan terlihat kaku, itu adalah ulah Lilith.
Ia lalu dengan tenang berjalan menuju Vern dengan sebuah pisau besar berwarna hitam legam, langkah demi langkah suara sepatu hak tinggi terdengar yang mengheningkan seisi bangunan.
Vern yang kebingungan dan melihat hal itu terlihat sangat ketakutan dan meronta-ronta untuk dapat terlepas dari belenggunya, akan tetapi itu adalah usaha yang sia-sia.
Tubuhnya yang akhirnya telah lemas dipenuhi oleh luka-luka akibat serangan-serangan di pertempuran tadi.
Lilith berhenti tepat di depan Vern, ia menatap Vern dengan ekspresi dingin, lalu ia menarik napas dalam-dalam.
Lalu dengan gerakan yang halus namun kuat, ia memotong leher, yang memenggal kepala Vern dengan potongan rapi dan bersih.
Kepala Vern dengan ekspresi sangat ketakutan tanpa daya berguling di lantai, Lilith lalu melepas belenggunya. Kemudian tubuh Vern yang tanpa kepala dengan lemas tersungkur ke lantai.
Lalu keheningan melandai sekitar, Lilith menatap mayat Vern dengan mata ungunya yang indah dan wajahnya yang tanpa ekspresi.
Fakta bahwa Vern adalah teman masa kecil Lilith, mungkin membuatnya sedih melihat Vern jatuh ke godaan iblis.
Semua orang termasuk aku yang menyaksikan hal ini tidak membuka mulut mereka dan memilih untuk diam, kami hanya dapat melihat ini dari kejauhan.
Menatap ke langit-langit, Lilith lalu berbalik membelakangi mayat dan berjalan menuju arah ku.
“Tristan apakah kamu baik-baik saja?”
“Aku baik-baik saja, aku hanya menderita mana exhaustion. Cukup istirahat dengan cukup, aku dapat sembuh seperti sedia kala”
“Syukurlah jika seperti itu, bagaimana denganmu Max?”
Tersenyum pahit mendengar jawaban ku Lilith kemudian menanyakan hal yang sama kepada Max, yang mana ia menjawab dengan gestur mengacungkan jempol.
Mengangguk-angguk melihat jawaban Max, Lilith menoleh ke arah Ragnar dan membuka mulutnya.
“Terima kasih telah datang dan menyelamatkan Tristan senior Ragnar.”
“Tidak perlu, aku hanya melakukan apa yang harus ku lakukan”
Lilith terlihat membungkuk dalam-dalam yang mana aku bangkit dan ikut membungkuk untuk menunjukkan rasa terima kasihku. Ragnar yang melihat ini tersenyum dan mengatakan tidak perlu, disaat suasana di ruangan terasa hangat. Max tersenyum datang dan melingkarkan lengannya ke leherku lalu berkata.
“Serangan yang tadi hampir saja mengirim mu ke alam baka, hahaha.”
‘‘‘Hahaha’’’
Kemudian semua orang langsung tertawa bersama-sama, dan singkat cerita para petugas keamanan bersama dengan beberapa guru datang di tempat kejadian dan cukup terkejut melihat bahwa kontraktor iblisnya telah kalahkan.
Mereka lalu mengira bahwa senior Ragnar mengalahkannya, namun Ragnar menggelengkan kepalanya dan menunjuk kami, kadet tahun pertama dan menjelaskan bahwa ia hanya berkontribusi menyelamatkanku, ia tidak pernah menyerang kontraktor itu dan kami berempat lah yang mengalahkan kontaktor iblis itu.
Para petugas keamanan dan juga guru terlihat terkejut akan pernyataan Ragnar, Ragnar lalu hanya mengangguk-anggukkan kepalanya dan tersenyum ke arah kami.
Kami lalu ditanya-tanya oleh mereka yang mana Lilith melakukan tugas yang sempurna dalam menjawabnya, melihat kami tidak mendapatkan luka yang serius, kami kemudian kami diinstruksikan untuk kembali ke asrama kami masing-masing.
Melihat langit malam yang gemerlap dihiasi oleh bintang-bintang yang berkelap-kelip di angkasa, aku berpikir bahwa perjalananku untuk menghentikan kemusnahan umat manusia masih sangatlah jauh.
Merasakan semilir angin malam aku menutup mataku dan perlahan-lahan membukanya dengan membulatkan tekad ku untuk masa yang akan datang.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 23 Episodes
Comments
Enchantink
ngeri memang cwk nih
2023-05-02
0
1qb4l
waduu, cwk emang mengerikan
2023-05-02
1