Happy Reading
.
.
.
.
.
.
Seorang pria berjalan dan berlari menuju tiga orang manusia yang sedang berjalan hendak keluar. “Hey!” teriaknya masih terus berlari, wajahnya sangat kelelahan, tiba-tiba kakinya berhenti di hadapan Luffi dan dia anak manusia lainnya, terdengar deru napas yang tidak teratur. Dia adalah Billi, pria itu setelah memarkirkan mobil di basement dan masuk ke hotel itu, tidak menemukan keberadaan bossnya dan lainnya, bagai di telan Bumi, hilang tanpa jejak. Billi hampir frustasi karena ulah anggotanya itu.
“Aku sudah mencari kalian kemana-mana, sungguh melelahkan sekali…kenapa tidak memberitahuku, aku hampir di buat gila mencari kalian di tempat ramai seperti ini, untung saja aku masih memiliki secuil kesabaran, jika tidak, tempat ini sudah hancur oleh amarahku” Cristian dan Adira terkekeh kecil, melihat kemalangan Billi.
“Karena kamu sudah datang, bantu Cristian memegang satu koper token kasino” titah Luffi tanpa peduli dengan cerita Billi, pria itu menghela napas berat, menekuk wajahnya kesal. Dirinya sedang bersedih dan tidak ada yang peduli padanya. Itu sangat menyakiti hatinya. Dengan perasaan dongkol, Billi mengambil satu koper hitam dari tangan Cristian, temannya menertawainya, padahal itu tidak lucu. Billi hanya diam saja dan mengikuti langkah kaki boss besarnya.
Saat ini mereka berada di lantai dua, suasananya masih sama saat mereka masuk ke kasino tersebut, bangunan megah itu adalah sebuah hotel, para tamu bisa menginap di sana, juga bisa bermain sepuasnya. Ada begitu banyak para pejabat dan pengusaha kaya melakukan relaksasi dari kepenatan pekerjaan yang sungguh membuat otak lelah. Oleh sebabnya hotel kasino Las Vegas adalah solusinya, ada begitu banyak tamu dari luar kota Las Vegas, bahkan kebanyakan dari Negara luar.
Las Vegas adalah hiburan yang dapat dinikmati oleh siapapun, mulai dari hiburan, seperti judi, belanja, sampai memesan wanita-wanita malam.
“Astaga, mereka sangat terbuka” batin Adira tidak sengaja melihat kemesraan wanita penghibur dan para tamu, mereka bahkan sangat bebas untuk bercumbu, sebagian dari pengunjung menonton adegan dewasa itu, dan mereka ikut menikmatinya bahkan mereka meneriakinya untuk melakukan berbagai macam gaya. Mata gadis kecil itu sudah tidak suci lagi, harus menyaksikan setiap adegan yang ada di bangunan penuh dosa.
“Nice, bisakah kalian bermain dengan gaya anjing? Sepertinya sangat cocok dan itu membuatku jatuh cinta… besok malam aku akan memesanmu” seorang pria dengan setelan casualnya berujar lantang, hal itu didengar oleh Adira dan gadis itu tidak mengerti maksud ungkapan pria tadi.
“Apakah ada gaya anjing? Seperti apa itu?” Adira bertanya-tanya dalam hati, sambil terus berjalan dengan tangan digenggam oleh Luffi. Pria itu sejak kapan menyukai anak kecil? Ia seperti sudah menerima Adira di kehidupannya, lagipula Luffi-lah yang telah membunuh ayah Adira, sudah sepantasnya ia menggantikan sosok Mario.
Para tamu masih asik dengan permainan judi yang mereka mainkan di atas meja bundar, dan yang persegi panjang, selain itu mereka juga memainkan mesin slot, kebanyakan yang memainkannya adalah kalangan wanita. Sementara pria, lebih dominan bermain baccarat dan rolet. Ada beberapa dari mereka , merasa frustasi karena kalah berjudi, dan berteriak histeris namun, tak ada yang peduli kesedihan mereka.
Di dalam berjudi tidak boleh ada maruk, jika sedikit saja ada perasaan itu, maka bersiaplah untuk kalah, jika kau telah memenangkan beberapa permainan, maka segeralah untuk keluar dari tempat perjudian, jika tidak ingin ada rasa ketagihan. Kebanyakan dari para pemain tidak mengerti, taktik kaya, semua hanya mengerti untuk mengikuti hawa nafsu mereka, padahal jika mereka memilih untuk berhenti segera, mereka akan menjadi orang kaya saat itu. Namun, ketika mata melihat sejumlah uang yang banyak, maka kesombongan itu secara tidak sengaja timbul dalam hati, lalu menghadirkan rasa tamak dan seketika itu kehancuran akan memporak-porandakan hidupnya.
Kini Luffi dan anggotanya sudah keluar dari hotel Wynn itu, mereka berdiri di depan gedung pencakar langit, sementara Cristian pergi ke basement untuk mengambil mobil mereka, kali ini Cristian yang bertugas untuk menyetir.
“Apa kau lapar?” Luffi melirik gadis kecil di samping kanannya, tangan Luffi masih setia menggenggam jemari kecil itu. Adira mengangguk tanpa melihat Luffi, Adira menatap lurus ke sebuah kolam panjang yang terletak di seberang jalan raya depan hotel Wynn.
“Sebelum pulang, kita akan makan di restoran” Adira hanya berdehem menanggapi ucapan Luffi, sebenarnya ia sudah sangat lapar, tapi ia tidak berhak untuk segera pulang, padahal permainan belum selesai. Ia hanya bisa bertahan beberapa menit lagi, namun semakin ia menunggu, lambungnya semakin berteriak minta makanan, jika tahu begitu ia tidak ikut ke Kasino, sangat-sangat menyebalkan harus menahan lapar padahal perutnya sudah keroncongan.
“Pria tua ini kenapa tidak peka dari tadi, aku hampir mati menunggunya menyelesaikan permainannya” umpatnya dalam hati, gadis itu hanya bisa menggerutu dalam diam, tidak berani secara terang-terangan, biar bagaimanapun yang berkuasa saat ini adalah Luffi, jadi dirinya harus bersabar sampai ia memegang kendali sepenuhnya.
“Kau mengumpatku lagi, anak kecil” Adira mendongak melihat wajah Luffi, ia terkejut dengan mata membulat, kala Luffi mengetahui isi hatinya, ia tidak mengerti dari mana Luffi mempelajari ilmu membaca isi hati manusia. menakjubkan.
“Tidak, om Luffi adalah pria dermawan, aku sangat bodoh jika mengumpat, om. Hehehe” Adira segera berdalih dan tertawa masam, Luffi ikut tertawa, hal itu membuat Billi membelalakan matanya, ini adalah pertama kalinya boss besarnya tertawa. Sungguh di luar nalar pemikiran Billi. Bisa di kata peristiwa ini adalah sesuatu yang langkah terjadi, dan malam itu menjadi sejarah bagi Billi melihat pribadi lain dari dalam diri boss besarnya itu.
Tak berselang lama, sebuah mobil sedan silver berhenti di hadapan Luffi, pria itu membuka pintu mobil dan mempersilahkan Adira untuk masuk, lalu kemudian dirinya masuk dan duduk di samping Adira, sementara Billi duduk di kursi depan sebelah kanan.
Mobil perlahan-lahan bergerak menuju jalan raya. Jalanan masih sama, sangat ramai bahkan sulit bagi Cristian untuk menyalip kendaraan lain, karena kecilnya ruang di jalan tersebut. Tidak heran jika jalan Las Vegas sangat macet penduduknya sangat banyak juga para pendatang yang terus-menerus berdatangan.
“Kemana selanjutnya tujuan kita, boss?” Cristian bertanya, sesekali melirik Luffi dari kaca spion bagian tengah.
“Terrace Pointe Café” jawabnya dan Cristian mengangguk. Jarak yang akan mereka tempuh sekitar dua puluh menit, andai tidak macet mungkin hanya memakan lima menit untuk sampai ke cafe tersebut. Jalanan Street Las Vegas tidak pernah sepi, seperti siang, suasananya sangat ramai dan sorotan lampu yang bersinar terang. Di setiap sisi jalan terdapat bangunan hotel raksasa, hotel di Las Vegas selalu menyediakan hiburan seperti bar dan Kasino, karena misi dan visi dari kota Las Vegas adalah kota kesenangan. Kota surga bagi para manusia.
Kini mereka telah sampai di depan Cafe Terrace Pointe, setelah melewati perjalanan macet di sepanjang jalan, berusaha menyalip kendaraan di depan, hingga lima belas menit dari waktu yang ditentutukan, mereka tiba lebih awal. Luffi dan Adira keluar, diikuti oleh Billi dan Cristian.
Sebuah bangunan terlihat sederhana, ada sebuah kursi dan meja di luar cafe tersebut, mereka kemudian berjalan masuk ke dalam. Dua sofa berukuran besar dan panjang di letakan di setiap sisi kanan dan kiri pintu masuk, lalu tirai berwarna blasteran merah dan kuning kecoklat-coklatan di ikat, agar tidak menutupi keindahan malam, dari balik jendela. Sementara itu, sebuah hamparan permadani merah bercorak batik, terlampir indah di setiap sisi lantai cafe. Hal itu terkesan sangat mewah dan megah.
“Indah sekali, apakah ini istana makanan” celetuk Adira membuat Luffi tertawa kecil
“Jika kau menyukainya, aku bisa membelinya untukmu” sombongnya dengan penuh percaya diri, Adira mencebikkan bibirnya kesal, pria dewasa itu begitu narsis, sekalipun Luffi bisa saja dengan mudah melakukannya, namun, itu hanya akan membuang-buang uang untuk sesuatu yang tidak penting, bukankah itu sangat berlebihan.
“Tidak perlu” jawabnya singkat, kemudian Luffi berjalan menghampiri pelayan pria.
.
.
.
.
.
Berlangsung
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 77 Episodes
Comments