Happy Reading
.
.
.
.
.
“Groaak…Groaak!” Luffi, Billi dan Cristian langsung sigap menghindar, kala Adira tiba-tiba bersendawa dengan suara keras, bahkan bau makanan yang dirinya makan masih mengambang di udara, tiga pria di dekat Adira segera menutup lubang hidung mereka, bahkan mengibas-ngibaskan tangan mereka untuk menghalau bau di sekitarnya. Sungguh gadis kecil itu tidak tahu cara bersikap anggun di depan umum.
“Astaga, bisakah kamu bersikap sopan di depan umum? Apakah kamu seorang gadis? Apakah kamu tidak takut, tidak ada pria yang mau menyukaimu” gerutu Luffi dengan tatapan marah, ia masih menjaga jarak dari Adira takut jika gadis kecil itu mengulang sendawanya lagi. makanan di atas meja habis di makan oleh Adira, ia tidak percaya bahwa Adira begitu kuat makan.
“Kau babi yang buruk” umpatnya langsung pergi dari sana. Billi dan Cristian menatap kasian pada Adira. Gadis itu menampakan ekspresi tidak mengerti, ia tidak sengaja bersendawa kenapa sampai semarah itu padanya, padahal hanya sebuah sendawa, apakah itu sudah melanggar etika? Gadis itu benar-benar tidak mengerti dengan situasinya yang sekarang.
"Lagipula, aku masih kecil... laki-laki tidak menyukai gadis kecil, bukan?" bisik Adira dalam benaknya.
“Maaf, om, aku tidak sengaja… aku tidak bisa menahannya. Aku kelepasan” tuturnya menunduk merasa bersalah, ia masih duduk di tempatnya tidak berani bergerak, ia benar-benar tidak tahu. Billi dan Cristian berjalan menghampiri gadis kecil itu, dan mengelus rambutnya dengan lembut.
“Tidak apa-apa, ayo kita pergi… boss sudah menunggu di dalam mobil” Adira mengangguk lemas, ia berusaha turun dari kursi tinggi itu… saat hendak berjalan, perutnya terasa tidak nyaman, sangat sakit. Ia duduk berjongkok di atas lantai. Melihat hal itu Billi berjongkok dan menanyakan keadaan Adira.
“Are you okay? (Apa kau baik-baik saja?) Adira menggeleng pelan, perutnya tidak bisa di kondisikan rasa sakit itu menyiksanya, ia bahkan sampai berdesir karena kesakitan yang teramat perih.
“Ada apa dengannya, Bill?” kali ini Cristian yang berjalan di depan, berbalik ke belakang dan mendapati Adira yang sedang berjongkok.
“Perutnya sakit” jawab Billi. Pria itu kemudian menggendong Adira yang kesakitan dan berjalan cepat untuk segera sampai ke mobil mereka. para pengunjung di sana memperhatikan Billi dan Cristian juga Adira yang berada dalam gendongan pria tampan berambut cepak itu.
Sementara itu, di dalam mobil, Luffi duduk di kursi depan sebelah kanan, sepertinya pria itu masih kesal pada Adira, dia berusaha menjauhi Adira dan menempatkan dirinya untuk duduk di kursi depan. Ia tidak sengaja membuang pandangannya ke luar jendela, ia mengernyit alisnya tinggi, melihat salah satu anak buahnya menggendong Adira, ia tampak aneh dengan raut wajah Adira yang terlihat pucat.
Entah kenapa tangannya langsung membuka pintu mobil dan bergegas keluar, ia berjalan terburu-buru menghampiri Billi dan Adira. Dari sikapnya itu, sepertinya pria itu perlahan-lahan mulai menerima keberadaan Adira di kehidupannya.
“Ada apa dengannya?” tanyanya khawatir. Adira yang berada di atas punggung Billi mendongakkan kepalanya dan berusaha tersenyum di depan Luffi.
“Aku baik-baik saja, perutku begah, aku makan terlalu banyak tadi dan kekenyangan, hehehe” jawaban Adira membuat Luffi menghela napas kasar, pria itu hanya menggeleng pelan, lalu membawa Adira dalam gendongannya. Cristian buru-buru membuka pintu mobil bagian belakang dan Luffi mendaratkan tubuh Adira penuh hati-hati di atas kursi belakang, sedangkan dirinya berjalan mengitari mobil lalu masuk di kursi belakang di samping Adira. Pria yang tadi duduk di kursi depan kini berubah kembali, ia menjaga Adira di sisinya.
“Bagaimana keadaanmu sekarang?” tanyanya penuh perhatian, Billi dan Cristian kali ini menjaga pandangan dan mulut mereka, namun tidak dengan hati mereka yang terus-menerus bertanya-tanya tentang perubahan besar dari boss besarnya itu. Mereka sangat yakin jika, Adira adalah kunci utama boss besarnya berubah, dan itu adalah sesuatu yang menguntungkan.
“Aku baik-baik saja, tenang saja aku akan membuang sebagian makanan dari lambungku” ucapan polos itu membuat tiga pria di dalam mobil saling melirik aneh dengan kalimat ambigu Adira.
“Membuang makanan?” Adira mengangguk, dengan polosnya, tangannya dibentuk seperti sebuah sendok sup lalu mengarahkannya ke perutnya dan menyendok sesuatu, kemudian membuangnya. Luffi ternganga dengan tingkah unik Adira, entah apakah ia harus mengatakan itu adalah sesuatu yang unik, atau gila.
“Apakah kau sedang menyendok makanan dari lambungmu?”
“Hmmmm”
“Astaga, dia berulah lagi” batin Billi dan Cristian, dua pria itu menepuk jidat mereka karena gemas dengan jawaban Adira, tingkah polosnya itu sungguh di luar nalar manusia, sangat sulit membayangkannya, bagaimana bisa dia menyendok makanan yang telah masuk ke dalam perut, dan yang dia sendok? Itu hanyalah angin.
“Mungkin kalian merasa aneh, tapi jika kalian percaya akan sebuah keajaiban, maka usaha kalian tidak sia-sia… lihat! aku sudah selesai membuang separuh makanan dari lambungku, perutku sudah tidak begah lagi” katanya dengan tawa kecilnya. Gadis itu kemudian bersandar dan memejamkan matanya, setelah makan banyak, matanya sangat berat hanya sekadar bergerak. Kini gadis itu sudah tertidur pulas dan sedang berkelana dalam mimpinya.
Mata Luffi tak sedikitpun berpindah dari wajah bulat Adira, gadis itu sungguh imut dalam keadaan tidur, melihat kepalanya yang hampir jatuh mengenai kaca jendela, dengan sigap ia meraih kepala gadis itu untuk bersandar di lengan besarnya, dan membiarkan lengannya sebagai bantal bagi gadis kecil itu.
“Aku akan memperlakukanmu dengan baik, sekarang. Tapi, jika besar nanti kau harus rela memberikan nyawamu padaku” batinnya. Perjalanan masih sangat panjang, apalagi jalan dengan kondisi sekarang, tidak memungkinkan untuk ngebut di jalan raya yang penuh akan kendaraan beroda empat.
“Perjalanan yang akan kita tempuh, akan memakan waktu dua jam, sebaiknya boss istirahat saja” Luffi yang memang sudah mengantuk dari tadi, segera memejamkan matanya, ia tertidur sambil memeluk tubuh Adira di sampingnya, takut jika gadis itu akan terbentur atau terjatuh, oleh sebabnya ia membiarkan tangannya menyangga kepala Adira. Walaupun tangannya sedang kesemutan, ia berusaha menahannya. Tidak ingin jika pergerakannya mengganggu tidur nyenyak gadis itu.
Tepat dua jam sepuluh menit, mereka telah memasuki area mereka, melewati pepohonan rindang yang menjulang tinggi, kemudian tiba di gerbang besar nan tinggi, Billi membunyikan klakson, dan pintu gerbang itu seketika terbuka lebar. Mobil sedan silver itu masuk ke dalam, dan tiba di halaman luas sebuah Mansion megah.
Waktu telah menunjukan pukul dua belas malam, Cristian dengan pelan membangunkan Luffi yang begitu nyenyak tidur di kursi belakang bersama Adira.
“Hoaam, apakah kita telah sampai?” tanyanya dengan mata masih tertutup.
“Benar boss” Luffi perlahan-lahan membuka matanya, kemudian melirik gadis di sampingnya yang masih anteng dalam tidurnya. Ia tersenyum tanpa sadar, lalu dengan pelan mengangkat tubuh kecil Adira dalam gendongannya. Cristian membuka pintu mobil belakang, dan Luffi segera turun. Ia berjalan masuk, dua anggota keamanan Talaskar menunduk hormat melihat Luffi melewati mereka.
Pria itu membawa Adira masuk ke kamar yang bernunsa pink itu, dengan penuh kelembutan ia membaringkan tubuh mungil itu di atas kasur empuk, dan membalutinya dengan selimut tebal. Setelah memastikan gadis itu baik-baik saja, ia keluar dari kamar Adira dan duduk di sofa ruang tengah. Dua anggotanya datang sembari menenteng dua koper berisi koin kasino, yang di dapatnya dari hasil perjudian.
“Taruh koin itu di ruang penyimpanan, dan kalian segeralah istirahat”
“Baik boss”
.
.
.
.
.
.
.
.
Bersambung
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 77 Episodes
Comments