Happy Reading 🤗🤗🤗☺️
.
.
.
.
Malam itu, seakan menjadi malam tergelap dalam kehidupan Mario, langit yang dipenuhi oleh lautan bintang, menjadi gelap, ditutupi oleh kabut hitam. Dunia seakan tahu, bencana akan segera menimpa Adira, gadis kecil yang malang kini benar-benar kehilangan sang ayah, dan ia malah tinggal bersama dengan pria yang membunuh kedua orang tuanya.
Sebuah helikopter tengah terbang di atas lautan Brazil, setelah menempuh perjalanan jauh dari Las Vegas, kini mengambang di udara, dua orang pria melihat ke bawah, itu adalah lautan berwarna hitam, sangat gelap dan tak sedikitpun cahaya menerangi tempat menakutkan itu, alih-alih keduanya diam, kini salah seorang dari mereka menyeret tubuh Mario. Pria itu terkulai lemas tak bernyawa, detak jantungnya berhenti menandakan bahwa pria itu sudah pergi dari dunia ini, tiba-tiba saja ia mendorong Mario ke bawah dan….
JBUUURRRR
Tubuh mati itu terjatuh di lautan, dan tidak ada seorang yang menyaksikan perbuatan bejat mereka, kecuali Tuhan yang tak pernah tidur, karena ingin menguasai wilayah dan menjadi penguasa sampai-sampai perbuatan membunuh dihalalkan bagi mereka. Kini kedua pria yang berada di dalam helikopter berputar arah dan segera meninggalkan tubuh Mario di pulau angker itu, tugas mereka telah selesai dan saatnya untuk kembali.
Kini surya menampakan wujudnya setelah beristirahat semalam, rembulan digantikan oleh sinar surya yang menerangi Bumi, memancarkan sinar hangatnya. Gadis kecil dalam selimut berwarna merah muda menggeliat, sinar mentari memancar di wajahnya, masuk melalui ventilasi kecil di atas jendela, perlahan-lahan matanya terbuka pelan, ia masih sangat mengantuk, tapi suara ketukan di pintu kamarnya mengharuskan dirinya untuk segera bangun.
Tubuh yang tadi terbaring kini duduk dengan kepala tegak, melihat kamar asing yang ia tempati sekarang“Aku pikir aku sedang bermimpi, tapi ini adalah kehidupanku yang sebenarnya” sekalipun Adira masih berumur enam tahun namun, Adira sudah mengerti setiap perkataan orang-orang di sekitarnya, ia juga belajar dengan sangat cepat bahkan bisa membaca situasi, hal itu sangat wajar sebab, Adira adalah putri dari seorang ketua mafia yang terkenal di Las Vegas.
Adira segera turun dari kasurnya dan berjalan membuka pintu kamarnya. Dia melihat Billi berdiri di depan kamarnya sambil menampilkan senyum tipis di bibirnya, Adira dengan wajah bantalnya hanya menatap tak acuh pada pria dewasa itu.
“Selamat pagi nona Adira, bersiaplah untuk sarapan, aku akan menunggu di sini”
“Hmmmm” dengan malas, Adira berdehem membuat Billi tertawa kecil, menurutnya tingkah Adira sangat lucu, dia terlihat sangat menggemaskan ketika berwajah datar.
“Benar adanya, bahwa buah tidak jatuh jauh dari pohonnya, anak-anak akan menuruni sifat orang tuanya, itu adalah fakta” gumamnya, ia menyaksikan kebenaran dari kata pepatah itu, Adira menuruni sifat Mario, yang notabenenya adalah seorang ketua Mafia, berkecimpung di dunia bawah tanah, jadi wajar saja jika penampilan Adira akan terlihat mirip seperti ayahnya.
Selang tujuh menit, Adira keluar dari kamarnya, ia baru saja membasuh wajah dan menggosok gigi, setelah mengeringkan wajahnya menggunakan tisu di atas meja nakas, ia keluar menemui Billi. Sebenarnya ini kali pertama ia melakukannya sendiri selain ayahnya namun, Mario sudah tidak ada, jadi ia harus mandiri untuk menyelesaikan kegiatan kecil termasuk mengurus dirinya, ia tidak mungkin membebani orang-orang di Mansion itu, ia sudah tinggal di sana jadi ia harus sadar diri… anak kecil itu sudah dewasa sebelum waktunya.
Adira mengikuti Billi dari belakang, melewati ruang tengah. Di depan sana ada bilik yang membatasi ruangan tersebut dengan ruang tengah, itu adalah ruang makan, di sana Adira melihat satu orang pria yang sedang menyantap roti di tangannya. Pria yang sedang makan seketika melirik ke arah Adira dengan dingin, ia masih setia mengunyah roti di mulutnya, terlihat sangat nikmat dan mengunggah selera.
Tubuh Adira tiba-tiba di angkat oleh Billi dan menurunkannya di atas kursi, sepertinya kursi itu dibuat khusus untuk Adira, sebab hanya kursi itu yang terlihat berbeda dari yang lain, kursi itu membuat tubuh Adira bisa menjangkau meja dan menu makanan yang ada di atas meja makan. Adira diam-diam mengintip ke arah Luffi.
“Makanlah! Kamu bisa sendiri?” Adira mengangguk pelan, gadis itu meraih sepotong roti dan meletakannya di dalam piringnya, ia kemudian meraih segelas susu putih, sementara Bili meninggalkan dua manusia beda umur itu di ruang makan. Dengan penuh hati-hati, Adira menenggak susu di gelasnya, ia tidak tahu harus bersikap apa namun, ia harus tetap diam agar tidak menimbulkan masalah nanti, itu adalah cara jitu untuk meminimalisir kesalahan.
“Apa kamu mau sekolah?” suara datar itu mengagetkan Adira membuatnya terbatuk-batuk namun, tidak membuat Luffi berempati padanya, ia hanya menatapnya dengan tatapan datar dan dingin, mulutnya terus mengunya roti. Adira segera meneguk habis susu digelasnya, seketika batuknya menghilang, Luffi menarik sudut bibirnya, hampir tidak terlihat.
“Kau belum menjawab pertanyaanku” Adira menatap tak suka pada Luffi, dirinya hampir saja mati namun, Luffi mengabaikannya, dia sangat marah pada pria itu yang tidak memiliki empati secuil pun.
“Kau sedang mengumpatku? kau mendapati masalah karena kecerobohanmu, kenapa kau menyalahkan orang lain atas kelalaianmu, kamu harus sadar, tidak semua masalah hidupmu membutuhkan orang lain, dan jangan pernah menaruh harapan pada manusia, kecuali kamu akan merasa sakit” baru kali ini Luffi berbicara panjang lebar dengan orang asing, entah kenapa ketika berhadapan dengan Adira ada getaran di hatinya untuk menjaganya, ia bukan tidak ingin menolong Adira namun, ia mengajarkan kepada Adira cara untuk menyelesaikan permasalahan, jika itu tidak bisa dilakukannya, maka Luffi akan menolongnya dan menjelaskan cara menyelesaikan masalah tersebut.
“Jika kamu ingin sekolah, aku akan membawa guru ke sini, dan kau bisa belajar sepuasnya”
“Tidak ada sekolah di rumah, jika belajar di rumah itu sama saja dengan otodidak, pria ini sungguh tidak waras, tidak membiarkanku menikmati indahnya sekolah”
“Jangan mengumpatku, katakan saja jika kau tidak menyukainya” ketusnya merasa dongkol pada Adira, sekalipun dirinya tidak tahu kebenarannya namun, ia sangat yakin dengan instingnya itu, jika Adira sedang mengumpatnya.
“Tidak, aku sangat senang bisa belajar, belajar di sekolah ataupun di rumah, itu sama saja… terima kasih, om. Sudah peduli padaku” Luffi tersenyum simpul, gadis kecil di sampingnya ini memiliki bakat berbohong yang luar biasa, ia tahu bahwa lawan bicaranya sedang bicara manis padanya namun, terkandung makna menyindir untuknya.
“Bagus, aku yakin kamu akan menjadi gadis tangguh ke depannya… habiskan makananmu, aku ke perusahan dulu” Luffi medorong kursi ke belakang, dan berjalan meninggalkan Adira yang tengah mencebikan bibirnya. Gadis berusia enam tahun itu, seperti gadis dewasa yang mengutuk kepergian sang pacar.
Tak lama Billi dan Cristian datang menghampiri Adira, mereka baru selesai sarapan juga, mereka sarapan di ruang belakang, bersama anggota lainnya, dan setiap hari boss mereka makan sendirian, ini kali pertama boss mereka makan bersama orang lain dan itu adalah Adira. Bisa di kata, ini adalah langkah pertama untuk mengubah gaya hidup boss mereka yang terkenal dingin itu.
“Kau sudah selesai makan?”
“Iya, aku sudah selesai”
.
.
.
.
.
.
Bersambung
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 77 Episodes
Comments
Dair Kasma
up lagi kak, tetap semangat yah
2023-04-25
1