Mobil raga sudah berada di parkiran rumah utama. Tapi sejak tadi dia masih belum turun.
"Kenapa lo sepengecut ini sih ga, lo tuh suami karin yang sah. Jadi seharusnya bukan masalah kalau lo minta hak lo pada karin.."
Batin raga menguatkan hati nya sendiri. Setelah itu, raga pun memberanikan diri masuk ke dalam rumah.
"Kamu udah pulang mas..?" ibu menyambut putra nya pulang bekerja, pasal nya moment ini sudah lama sekali tidak terjadi karena semenjak bekerja di perusahaan raga memutuskan untuk mandiri dan tinggal di apartemen nya.
Raga mencium punggung tangan ibu. "Ayah mana ??" tanya raga
"Ayah sudah tidur. Dia kelelahan karena menemani ibu belanja seharian.."
Raga tersenyum kecil, "emm, kalau begitu raga masuk dulu ya bu.." katanya lagi
Lalu dengan terus mengatur nafasnya, raga pun masuk ke dalam kamar nya..
Ceklek..
Pintu kamar raga buka pelan pelan..
Perlahan dia mulai melangkahkan kaki nya, mengendap endap seperti seorang pencuri.
Tapi ada yang mengganjal, di dalam kamarnya itu tidak terlihat adanya manusia selain diri nya.
Langkah raga semakin cepat, dia berjalan ke arah lemari besarnya lalu membuka lemari itu..
"Syukurlah. Koper ya masih ada.." gumam raga saat melihat koper merah muda karin masih berdiri sempurna di dalam lemari nya.
"Tapi kemana dia ??" gumamnya lagi sambil matanya terus menyapu ruangan mencari keberadaan sang istri..
Raga pun kembali keluar dari kamarnya.
"Bu, karin mana ?" tanya nya
"Memang karin tidak menghubungi kamu ??" tanya ibu
Raga menggeleng..
"Dia pergi kerumah nenek dan kakeknya tadi selepas makan malam. Katanya kakek karin kesehatan nya menurun. Ibu dan ayah juga akan kesana besok pagi.." ucap ibu menjelaskan. Tadi saat makan malam ponsel karin terus berbunyi, ternyata yang menghubungi nya adalah nenek. Dia meminta karin untuk datang malam ini juga. Dengan panik, karin meminta izin ayah dan ibu untuk pulang ke rumah kakek dan neneknya.
Karena keadaan yang darurat, akhirnya ayah dan ibu mengizinkan, tapi dengan catatan dia harus meminta izin raga dulu.
"Karin bilang dia sudah mengirim pesan padamu.."
Raga lalu berlari menuju kamarnya, mencari ponsel yang masih berada di saku jas dalam nya..
Raga pun mulai membuka pesan di benda pipih tersebut.
"Mas, aku minta izin pulang kerumah nenek dan kakek ku."
Begitulah kira kira isi pesan singkat yang karin kirim padaa suami nya.
Raga buru buru menghubungi nomor karin yang belum dia simpan di kontak nya itu.
Beberapa kali raga coba menghubungi nomor itu, tapi karin tidak mengangkatnya..
"Astaga. Kemana sih dia ??" gumam raga sambil berjalan kembali keluar kamar yang kali ini dengan wajah khawatir..
Tok! Tok! Tok!
"Bu.." Raga memanggil ibu nya dari luar pintu kamar kedua orang tua nya..
Ceklek..
"Bu, karin pergi sama siapa ?"
"Sama Pak Yono.."
"Bu, raga mau nyusul karin.."
"Tapi kan kamu baru pulang nak. Istirahat dulu, lagi pula jarak rumah kakek nenek karin kan lumayan jauh di luar kota." kata ibu mengingatkan
"Tidak apa apa bu. Kalau gitu raga may mandi dulu, terus langsung berangkat ya. Ibu istirahat saja.."
Setelah mengatakan itu raga kembali ke kamar nya untuk membersihkan diri dan bersiap berangkat lagi menuju kerumah kakek dan nenek karin.
Entah kenapa perasaan nya tidak enak.
💮
🍀Sementara itu..
"Pak, bisa cepat sedikit ??" tanya karin pada sang supir, sejak tadi dia begitu cemas memikirkan keadaan kakeknya.
Biasanya yang sering sakit sakitan adalah nenek nya. Makanya karin sangat khawatir mendapat kabar bahwa kesehatan kakek nya tiba tiba menurun. Padahal karin belum ada satu minggu meninggalkan rumah kakek dan nenek nya itu.
Meskipun sudah malam, tapi jalanan masih terlihat ramai dan sedikit macet, membuat perjalanan menuju rumah nya menjadi sedikit lebih lama.
Tangan karin sampai gemetar. Kaki nya pun bergerak gerak terus sejak masuk ke dalam mobil.
Ponselnya pun kehabisan baterai dan sudah mati setelah dia mengirim pesan pada suami nya itu.
Akhirnya setelah perjalanan panjang dan melelahkan mobil yang membawa karin pun sudah sampai di depan rumah nya..
Deg!
Nafas karin memburu, kakinya pun menjadi lemas tidak kuat untuk berjalan ketika melihat rumah kakek dan neneknya sudah di penuhi warga sekitar..
"Karin.." seseorang memanggil karin
"Bi, ada apa ini ?? Kenapa ramai sekali.." tanya karin pada seorang wanita yang dia panggil bibi itu
"Kakek rin.. kakek.." katanya sambil menahan air mata
"Kakek kenapa bi, kenapa ??"
"Kakek udah nggak ada rin. Kakek meninggal.."
Deg!
Tubuh karin tiba tiba lemas. Bahkan kedua kaki nya pun tidak bisa lagi menopang berat badan nya.
Karin terduduk di tanah..
Setelah itu, karun pun dipapah oleh kedua bibi nya untuk masuk ke dalam rumah..
Saking sedih nya, entah kenapa air mata karin tidak bisa keluar. Hanya tubuh nya saja yang menunjukkan betapa terluka nya karin melihat orang yang paling dia sayangi terbujur kaku.
"Rin, nenek tadi pingsan. Lihatlah keadaan nya.." kata kerabat karin yang lain..
Gadis itu pun segera melangkah menuju kamar nenek nya.
Disana nenek sedang di periksa oleh seorang tenaga kesehatan.
"Nek.." panggil karin lirih
Nenek yang sudah siuman sejak tadi pun langsung merentangkan kedua tangan nya,
Seketika itu juga karin memeluk tubuh renta itu dengan erat..
Tapi ajaib nya lagi, air mata karin tidak jatuh setetes pun. Hanya isakan tangis dari sang nenek lah yang terdengar pilu di dalam kamar tersebut..
Setelah beberapa saat nenek pun mulai tenang.
"Nak, beberapa jam yang lalu sebelum kakek pergi, dia menitipkan ini pada nenek. Katanya ini untuk mu.." ucap nenek seraya mengambil secarik kertas di dalam laci kamar nya
Karin menerima kertas tersebut, lalu memasukkan nya ke dalam saku celana. Dia belum mau membaca surat tersebut. Entah kenapa dia takut akan isi surat itu..
"Nanti karin baca nek. Nenek istirahat dulu ya, karin mau ke depan.." ucap nya lalu membantu nenek untuk kembali berbaring..
"Bi, tolong jaga nenek ya. Karin ke depan dulu.." ucap karin pada salah satu bibi nya.
Gadis itu pun segera keluar dari kamar nenek nya, lalu berjalan masuk menuju kamar nya untuk berganti baju.
Karin memakai baju serba hitam, menandakan diri nya sedang berkabung atas kepergian nya sang kakek.
Tok! Tok! Tok!
"Rin.." suara yang tidak asing di telinga karin, mengetuk pintu dari luar kamar nya..
Ceklek!
Karin pun dengan cepat membuka pintu itu..
"Ra.." ucap karin lalu berpelukan dengan seseorang itu
"Yang sabar ya rin.." ucap wanita di hadapan karin sambil melepaskan pelukan nya dengan perlahan
"Makasih ra..." jawab karin pada lira, sahabatnya.
"Rin, di depan ada kak fajar.."
Deg!
"Kak fajar..??" beo karin
Lira mengangguk cepat..
"Biarkan saja ra.." kata karin datar
"Jangan seperti itu rin. Dia datang kesini untuk berbelasungkawa. Lagi pula dia datang dengan teman teman yang lain juga.."
Sebenarnya lira tahu, karin takut goyah jika melihat fajar, cinta pertama sekaligus cinta bertepuk sebelah tangan nya itu.
Tapi apapun itu, keadaan nya sekarang berbeda. Fajar datang dengan niat baik nya, untuk mengucapkan duka cita atas meninggalnya kakek dari sahabat nya itu.
Setelah mendengar ucapan lira tadi, karin pun berjalan keluar untuk menemui teman teman nya termasuk Fajar.
"Rin.." ucap fajar dengan suara berat nya menyebut nama karin
"Aku turut berduka rin.." kata fajar menatap sendu kedua mata karin
"Terimakasih kak.." jawab karin dengan dingin nya..
"Maaf kak, aku tidak bisa menemani kakak dan teman teman yang lain.." ucap karin menundukkan pandangannya karena rasanya tidak sanggup menatap lama lama kedua manik mata indah pria itu.
"Tidak apa apa rin. Aku dan teman teman mengerti.." ucap fajar sambil memegang bahu karin, seolah menyalurkan energi agar karin kembali bersemangat seperti sebelum nya
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 100 Episodes
Comments