Setelah Zen menyobek kertas kosong tersebut, ia langsung terteleport kesebuah ruangan.
"Eh, dimana aku? Bukannya kertas itu akan mengarahkan ku kepada time space mage?" Kata Zen melihat ruangan yang terlihat seperti ruangan bawah tanah.
Zen pun berjalan menelusuri ruangan tersebut, sesaat kemudian terdengar suara seseorang yang cukup familiar ditelinga Zen.
"Oh, nak Zen, kau akhirnya kemari juga."
"Time Space Mage?" Zen pun menoleh ke sumber suara.
Saat Zen menoleh tak ada seorang pun diruang tersebut. Tiba-tiba dari belakang ada seseorang yang menarik pipinya.
"Kau menoleh kemana? Aku disini."
"Tolong jangan menarik pipiku, itu sakit."
"Hahaha! Baiklah-baiklah, jadi ada apa kamu kemari?"
Setelah itu, Zen pun menceritakan apa yang telah terjadi padanya beberapa saat yang lalu saat ia diancam.
Dan ia kemari untuk mencari petunjuk untuk bertambah kuat secara cepat, karena Zen tahu kalau ia berlatih seperti biasa itu sangat tidak efektif di keadaan genting seperti ini.
Setelah mendengar cerita Zen, Albert Einstein pun memahami keadaan Zen yang terancam.
"Baiklah, aku akan membantumu karena aku juga sudah berjanji, namun aku sekalipun tak bisa membuatmu kuat dalam semalam saja."
"Jadi aku harus bagaimana?"
"Kau akan berlatih disini setiap selesai belajar diakademi. Tak ada waktu libur atau istirahat. Jadi, apa kau sanggup?"
"Itu saja? Kalau hanya itu aku tak ada masalah."
"Hm? Kau menerimanya begitu saja? Biasanya anak seumuran mu akan takut jika ia tak memiliki waktu luang lagi, dan hanya berlatih setiap saat."
"Aku tak memiliki waktu untuk memikirkan waktu luang saat nyawaku sendiri sedang terancam."
"Hahaha, baiklah. Kalai begitu tak perlu berlama-lama mari mulai latihan sekarang juga."
"Baik."
"Oh, juga kau harus memanggilku guru mulai sekarang."
"Baik guru."
"Bagus-bagus, kalau begitu."
Buukk!
Albert mengeluarkan sebuah buku besar dari udara.
"Pelajaran pertama, baca dan pahami buku ini."
"Ha? Ini buku terbesar yang pernah aku lihat" Ucap Zen melihat buku yang dikeluarkan Albert setidaknya memiliki ketebalan lebih dari 10cm."
"Itu hanya ukurannya saja, isinya tak terlalu kompleks. Aku juga akan menuntun mu sedikit demi sedikit"
Setelah itu, Zen pun membuka buku tersebut, dan dihalaman pertama yang bertuliskan Elemental Chart.
"Jadi di bab pertama, akan membahas mengenai tipe-tipe elemen. Menurut pemahamanku, aku membedakan elemen menjadi 2 tipe.
Magic dan Aether. Keduanya memiliki perbedaan, magic adalah elemen yang mortal, atau dalam kata lain bisa tiada atau tak abadi.
Sedangkan aether adalah elemen cosmic yang tak akan pernah hilang atau abadi, karena semua kejadian, tempat, makhluk akan selalu berada diruang lingkup elemen aether.
Di dalam Magic terdapat 6 elemen utama yang seperti kamu pelajari. Sedangkan Aether terdapat 4 elemen utama, yaitu Time, Space, Soul, dan Force, konon jika kamu bisa menguasai keempat elemen ini, kamu bisa menjadi dewa. Hal itu karena julukan lain dari elemen aether adalah elemen dewa.
Seperti yang kamu tahu, aku bisa menggunakan 2 dari 4 elemen, Time dan Space. Hal itu bukan karena aku bisa menggunakan 2 elemen tersebut dari lahir, melainkan aku belajar, berteori dan mendalami elemen tersebut dalam waktu yang lama hingga aku tahu bagaimana kedua elemen tersebut bekerja. Dan pada akhirnya aku bisa memakai elemen tersebut. Apa kau faham?"
"Ya, namun penjelasan guru berbeda dengan apa yang dijelaskan di akademi. Di akademi tak ada jenis elemen tertentu, juga elemen hanya bisa digunakan jika memang telah memilikinya dari lahir."
"Teori itu hanya berguna pada magic, berbeda dengan Aether, Elemen pada Aether dapat dipelajari, namun memang tak semudah belajar untuk bisa menggunakannya, aku telah mempelajari keempat elemen, namun setiap elemen memiliki kendala masing-masing, dan aku hanya bisa mengungkap 2 elemen saja meskipun tak semuanya. Yah, aku akan mengajarimu suatu saat, jadi kau akan tahu nanti.
Jadi itulah sedikit ilmu mengenai elemen magic atau mortal, dan elemen Aether atau abadi."
"Tapi guru, selain elemen utama, disini juga banyak elemen lain, apakah elemen-elemen ini adalah secondary elemen?"
"Pertanyaan bagus, sebenarnya meskipun ada garis yang menghubungkan elemen tertentu, namun bukan berarti itu adalah secondary elemen, namun itu mengartikan bahwa elemen satu dan elemen lainnya ada keterhubungan entah dari segi apa.
Contohnya Fear, bukan berarti fear yang terhubung dengan shadow adalah secondary elemennya, karena secondary elemen adalah gabungan dari 2 elemen yang menciptakan elemen lainnya.
Sedangkan Fear bukan gabungan dari elemen apapun, namun fear masih memiliki keterhubungan dengan shadow atau kegelapan, itu karena ciri khas dari fear/ketakutan masih satu jalur dengan kegelapan. Begitu juga dengan elemen lainnya.
Namun memang ada beberapa elemen yang merupakan secondary elemen disana. Contohnya elemen es, nature, lava atau magma.
Namun perlu kamu tahu, bahwa elemen Aether tak memiliki secondary elemen, karena elemen tersebut mutlaq dan tak bisa dicampur-campur untuk menghasilkan elemen baru."
"Jadi begitu..."
"Oh, nak Zen, elemen apa yang kamu miliki?"
"Aku punya elemen api, angin, dan petir."
"Hmm, kamu memiliki elemen yang cukup bagus. Terutama elemen petir, tak banyak orang yang memilikinya. Karena elemen petir serbaguna, ia memiliki daya hancur dahsyat serta kecepatan yang juga cepat, lebih cepat dibandingkan kecepatan suara."
"Eh? Benarkah?"
"Tentu, namun kamu harus menguasainya di tingkat yang jauh lebih tinggi untuk mencapai kecepatan maksimalnya."
Setelah itu, Zen pun banyak diajarkan mengenai ilmu-ilmu yang tak diajarkan diakademi. Dan 2 jam pun berlalu.
"Baiklah, sampai disini saja belajar untuk hari ini."
"Hahh, selesai juga."
"Mari keatas, untuk latihan praktek."
"Eh? Belum selesai?"
"Aku sudah bilang kan, tak ada waktu luang. Kamu hanya butuh waktu tidur 6 jam saja, jadi kita akan latihan hingga jam 12 malam. Kau tak keberatan kan?"
"Tidak guru."
Setelah itu, Albert pun menyuruh Zen untuk mengikutinya menuju keluar ruangan. Tak lama, mereka sampai di ruang kosong sebesar 1 meter kubik.
'Kenapa ada ruangan sekecil ini? Dan kenapa aku dibawa kemari?' Batin Zen melihat ruangan tersebut.
Namun tak lama, Albert menjulurkan tangannya, dan mengucapkan kata.
"Naiklah."
Greekkk!
Tiba-tiba ruangan tersebut naik, dan beberapa saat kemudian kembali berhenti, dan menampakkan isi dalam sebuah rumah.
'Whattt!?? Lift? Kanapa disini ada lift?'
"Bagaimana nak Zen? Apa kau terkejut?"
"I-iya sedikit..."
"Hahaha... Yah, aku berkerja keras untuk menciptakan itu."
Setelah itu mereka pun berjalan keluar dari rumah kecil tersebut.
'Siapa sangka dibawah rumah satu petak ini, terdapat ruang bawah tanah yang sangat luas.'
Saat Zen keluar dari rumah, ia sangat terkejut melihat pemandangan sore yang sangat indah.
"Woah..."
"Bagus kan?"
"Iya, tapi dimana sebenarnya kita berada? Kenapa ditempat seindah ini hanya ada 1 rumah?"
"Itu rahasia..."
Dan disinilah Zen akan berlatih untuk menjadi lebih kuat bersama dengan Albert Einstein yang merupakan gurunya.
Bersambung>>
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 58 Episodes
Comments