Setelah beberapa waktu berlalu, akhirnya pukul 12 siang atau waktu istirahat telah tiba, Zen pun buru-buru ingin pergi kekantin untuk makan apa yang telah ia pesankan kepada Aaron dan Alisia karena ia sudah sangat lapar sekarang.
Saat Zen hendak pergi kekantin, tiba-tiba ada sekelompok anak sekelasnya yang menghampirinya diantara mereka juga ada Hans.
"Hey, kau Zen kan? Mari bergabung denganku aku akan membuat kelompok anti bully dikelas kita agar para murid dari kelas atas tidak berani membully murid kelas kita seperti yang dilakukan kepada Hans beberapa waktu yang lalu."
"Aku menolak."
"Eh? Kenapa? Bukannya kau yang menolong Hans kemarin?"
"Memang benar, namun aku melakukannya bukan karena aku ingin menolongnya, aku hanya jengkel saja mendengar anak-anak itu mengoceh.
Dan juga tak ada untungnya bagiku mengikuti kelompok ini, toh aku bisa menjaga diriku sendiri."
Setelah mengatakan hal itu, Zen pun pergi dari kelas, dan menuju kekantin untuk bertemu dengan Aaron dan Alisia.
Didalam kelas setelah Zen meninggalkan ruangan.
"Sialan Zen itu, mentang-mentang ia berhasil menolong Hans ia sudah sok kuat. Dari dulu saat ia masuk, aku sudah tak suka dengan dia." Kata pemimpin kelompok tersebut yang bernama Ardan.
"Iya benar mari beri pelajaran si Zen itu, biar dia menyadari posisi dia. Bukankah begitu Ardan?"
"Kalian kenapa seperti ini? Bukankah kita membuat kelompok untuk menghindari pembulian bukan untuk menyerang orang lain." Kata Hans.
"Apa kau membela dia Hans? Dia juga sudah mengatakan kalau dia tak berniat menolongmu kan? Ia hanya mementingkan dirinya sendiri. Dia tak pantas untuk dibela," Ucap Ardan mengompori anak-anak lain juga Hans.
"Iya dia harus diberi paham." Salah satu anak yang tadinya agak ragu sekarang ikut-ikutan.
Dan disusul oleh yang lain hingga hanya Hans yang tak setuju dengan usulan Ardan.
Namun mau tak mau Hans juga harus setuju karena Ardan lah pemimpin kelompok ini, dan Hans juga salah satu pembuat kelompok.
Dikantin Zen sedang mencari Aaron dan Alisia.
'Dimana mereka ini? Kenapa sama sekali tak tercium batang idung mereka? Apa aku samperin ke kelasnya saja ya?'
"Hahh, demi steak."
Zen pun pergi menuju ke kelas Aaron dan Alisia dikelas Mage Upper. Entah mengapa Aaron yang memiliki Job Ksatria malah berada dikelas Mage.
Beberapa saat kemudian, Zen pun sampai di pintu masuk kelas mage upper, namun saat ia masuk, tak ada seorang pun yang berada disana, saat ia menanyakan kepada murid disekitar sana, katanya mereka sedang praktek latihan sihir diruang bertarung.
Zen pun bertanya dimana tempat ruang bertarung dan ia pun segera pergi kesana.
"Huft, untungnya tempatnya tak terlalu jauh, jadi ini ya fighting room."
Zen melihat ke arah sebuah gedung sebesar lapangan, yang merupakan fighting room.
"Sepertinya dari pada ruang bertarung lebih cocok jika disebut gedung pertarungan."
Zen pun masuk kedalam bangunan tersebut. Dan tampak semua murid tengah bertarung battle royal yan menyerang satu sama lain.
Jumlah 1 kelas upper itu sekitar 100 orang, jadi disini terdapat sekitar 100 murid yang tengah bertarung.
Tentu Zen bingung untuk mencari dimana Aaron dan Alisia karena terlalu banyak orang, jumlah orang yang ada dikelas Zen pun hanya 50 orang setengah dari jumlah mereka.
Tiba-tiba dari samping ada orang yang berbicara padanya.
"Hey nak, apa kau tersesat?"
"Ehh, siapa anda?" Zen kaget karena disampingnya sudah ada seorang pria tua berambut putih yang entah mengapa Zen sama sekali tak bisa merasakan hawa keberadaanya sama sekali.
"Hohoho, aku adalah wali kelas dari mage upper ini sekaligus wakil kepala akademi, namaku Albert Einstein."
"Wa-wakil kepala akademi?"
"Jadi siapa kamu? Dan kenapa kamu disini?"
"Ah, saya Zen dari kelas ksatria normal, saya disini mau mencari Aaron dan Alisia."
"Ho, apa hubunganmu dengan mereka?"
"Kami berteman."
"Begitu kah? Namun aku tak bisa memanggilnya karena mereka sedang bertarung kan? Jadi kenapa tidak kamu cari saja dia kesana."
"Eh, tapi-
Wungg!
Tiba-tiba Zen terbang dengan sedirinya dan terhempas menuju ketengah-tengah pertarungan.
'Pak tua sialan!'
Bugh! Zen terjatuh dalam posisi terbaring.
"Cih, seenaknya saja. Yah karena sudah begini mari cari Aaron dan Alisia."
Tiba-tiba ada sebuah tombak api yang mengarah pada Zen.
Stab!
Zen berhasil menghindari tombak api itu, dan saat Zen melihat siapa yang menyerangnya, ia adalah si botak yang mengikuti Elizabeth.
"Ah, ternyata kamu si botak."
"Bagaimana kamu bisa disini? Ternyata aku memang ditakdirkan untuk menghajarmu."
"Heh, coba saja."
Si botak pun kembali menyerang Zen dengan tombak-tombak api yang jauh lebih banyak.
Zen yang menggunakan skill acceleration bisa menghindari serangan tersebut dengan cukup mudah.
Sekarang giliranku, Zen menciptakan granat apinya, dan melemparnya ke arah si botak.
"Hahaha, bola kecil apa itu? Seperti yang diharapkan pada kelas ksatria nor-
"Meledak."
Boom!!
"Ughk-Ughk, sialan!"
Asap mengebul karena ledakan barusan, dan saat si botak keluar dari asap, ia sudah melihat 5 granat api sudah berada di sekitarnya.
"Mati aku."
BOOMM!
Zen sudah menyesuaikan daya ledak kecilsaat membuat granat api sehingga hanya akan membuat orang yang terkena ledakan tersebut, hanya mengalami luka bakar ringan yang bisa dengan mudah disembuhkan.
Setelah itu dibelakangnya muncul Aaron yang menepuk pundaknya.
"Hey! Zen, kenapa kau berada disini?"
"Oh, aron akhirnya aku menemukanmu, kau tak lupa dengan yang aku pesan kan? Aku sekarang sudah sangat lapar, jadi ayo pergi kekantin."
"Tapi aku masih-
"Tenang saja, aku sudah bilang pada pak tua itu."
"Pak tua?"
"Dimana Alisia? Apa dia tak ikut?"
"Oh, soal Alicia ia sedang berada ruang perawatan, tadi ia duel dengan anak bernama Elizabeth dan berakhir kalah."
"Ah, begitu ya, Elizabeth itu memang kuat, jadi tak perlu sedih."
"Ya, aku tahu kok."
Setelah itu, Zen dan Aaron pun pergi ke luar arena bertarung. Dan menghampiri Wakil kepala Alberth Einstein.
"Wakil kepala, ini anak yang ingin saya bawa," kata Zen.
"Tapi dia masih-
"Tunggu dulu pak, sebelumnya anda dengan egoisnya melempar saya ketengah-tengah pertarungan itu untuk mencari dia, setelah aku berhasil menemukan dia anda ingin aku mengembalikan dia lagi? Apa anda sedang bercanda?"
"..."
Aaron hanya diam membeku sambil menunduk mendengar Zen berkata seperti itu.
"Hahahaha, kau anak yang menarik, aku hanya bercanda kalian bisa pergi."
Setelah mendapat persetujuan dari wakil kepala, Zen dan Aaron pun pergi dari ruang bertarung dan menuju kekantin.
Saat perjalanan, Aaron hanya diam dan sesekali menggaruk kepalanya seakan-akan ia mencemaskan sesuatu.
Setibanya mereka di kantin, Zen dan Aaron pun mengambil makanan dan mencari tempat untuk makan. Setelah mendapat tempat untuk makan, Zen pun menanyakan kepada Aaron kenapa ia begitu cemas.
"Hey Aron kenapa mukamu begitu cemas? Ada yang salah? Apa kau menghawatirkan adikmu? Tenang saja perawat diakademi ini sangat handal, aku memecahkan telur pengawas saja bisa dengan mudah disembuhkan tanpa cacat sedikitpun."
"Bukan itu masalahnya, tapi dengan siapa kau berbicara tadi?"
"Oh aku tahu kok, dia wakil kepala akademi kan?"
"Ya, itu benar, namun itu hanya sementara, ia menggantikan wakil kepala akademi yang asli, karena ia mau melihat potensi dari para murid-murid baru tahun ini."
"Eh? Jadi siapa dia? Kenapa kau lebih tahu daripada aku yang lebih dulu masuk ke akademi ini?"
"Itu karena kau berada dikelas normal. Namun kedatangan beliau hanya diketahui oleh anak kelas upper khususnya mage. Karena orang itu adalah mage terkuat di kerajaan dan orang terkuat nomer 35 di benua."
"Nomer 35 terkuat di benua? Apa kau serius?"
"Tentu saja, ia memiliki julukan 'Time Space Mage' Alberth Einstein."
Bersambung>>
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 58 Episodes
Comments
Muhammad Mk
no way bro ke dunia lain dan menjadi penyihir yg op💀🗿
2024-07-25
1
Muhammad Mk
seperti ini lah rupa manusia berpikir bisa menyelesaikan segalanya padahal semua juga ngikut buat masalah kan gk ad beda tuh
2024-07-25
0
Nino Ndut
ah elah..sejauh ini mc nya kayak bocah g ada didikan, egois n bersumbu pendek..smoga bisa lebih baik n cool mc nya
2023-05-30
1