Saat ini Zen menggunakan pedang api miliknya karena belati yang ia gunakan sebelumnya sudah rusak.
Saat pertarungan dimulai, tak tanggung-tanggung Zen langsung menggunakan Acceleration, dan menyalurkan elemen api biru kepedangnya.
Wushh!
Api biru membara di pedang tersebut dengan ganas karena kecocokannya memang tinggi.
Zen pun langsung melesat maju dengan sangat cepat ke arah Rina.
Woshhh! Klangg!
Serangan Zen berhasil di tangkis oleh Rina dengan mudah. Zen pun kembali menebasnya secara horizontal.
Klangg!
Lagi-lagi serangan Zen berhasil ditangkis dengan mudah, bahkan Rina tak terlihat berkedip sedikitpun saat melihat serangan Zen.
'Cih, seperti yang diharapkan, ia memang kuat.'
Setelah Zen berulang kali menyerang Rina, akhirnya Rina membuat pergerakan, ia membuat kuda-kuda yang sama seperti yang ia lakukan saat babak sebelumnya.
'Heh, ini dia, serangan super cepat.' batin Zen sambil bersiap.
Sedetik kemudian...
Blasss! Klangg!
Ekspresi terkejut muncul di wajah Rina mengetahui Zen berhasil menangkis serangannya barusan.
"Heh, seranganmu sangat mudah dibaca nona," ucap Zen yang sudah tahu kalau Rina akan menebas secara horizontal dari kuda-kuda yang ia tunjukkan.
"Sekarang giliranku." Zen pun bersiap seperti seorang atlit lari sprint, dan ia pun mendorong tubuhnya sekuat tenaga.
Brakk!
Lantai yang dipijak Zen hancur, dan Zen pun melesat dengan sangat cepat menuju ke Rina. Saat sudah berada tak jauh didepan Rina, Zen langsung mengayunkan pedangnya sekuat tenaga.
"HAAAA!"
KLANGG! BRAKKK!
Meskipun Rina berhasil menangkis serangan tersebut, ia terpental jauh hingga menabrak tembok-tembok aula hingga hancur.
'Heh, rasakan itu dasar protagonis curang.'
Saat ini Zen berhasil menyadari kemampuan spesial ability milik Rina yaitu Auto Block yang merupakan kemampuan untuk menangkis semua serangan yang masuk secara otomatis, bahkan jika orang tersebut tak bisa melihat, tak menyadari, dan tak bisa merespon serangan tersebut.
Singkatnya auto block adalah kemampuan spesial yang merujuk pada absolut reflek, dimana pengguna akan merespon semua serangan yang mengarah kedirinya, dan membloknya secara otomatis.
Karena tadi saat Zen menyerang Rina dengan sangat cepat, mata Rina bahkan tak bisa mengikuti pergerakan Zen atau tahu dimana ia akan menyerang. Namun Rina tetap bisa memblokir serangan Zen meskipun ia masih terpental dan menabrak dinding aula.
"Lumayan juga kau. Baru pertama kali ada seseorang seumuran ku yang bisa menangkis tebasan cepat milikku. Aku mengakui bakatmu, jadi aku akan menunjukkan sedikit teknik pedangku yang sebenarnya," ucap Rina sambil mengusap darah diujung bibirnya.
Zen pun kembali bersiap, melihat Rina memasang kuda-kuda lagi, namun sesaat tubuh Rina bercahaya yang membuat mata Zen seperti terkena flashbang.
Dan saat Zen sadar dan bisa melihat, Rina sudah membelakanginya dan di dada Zen ada 2 tebasan yang cukup besar dan dalam membentuk huruf X.
"Ughk." Zen memuntahkan seteguk darah.
'S-sialan.' Dan ia pun pingsan.
Saat Zen bangun, ia sudah terbaring di ruang perawatan dengan tubuhnya yang telah diperban. Dan disampingnya ada Aaron dan Alisia yang menemaninya.
"Zen, kau sudah sadar?"
"Ah, aku kalah ya," kata Zen sambil memegang kepalanya.
"Namamu Zen ya." Terdengar suara seorang gadis yang ketika Zen melihat kearah suaranya, terlihat sosok Rina yang duduk diruang perawatan.
"Rina? Kenapa kau disini?"
"Aku minta maaf, aku terbawa suasana dan malah menyerangmu secara berlebihan. Baru kali ini aku merasakan ada anak seumuranku yang bisa melawanku hingga seperti itu."
"Ah, tenang saja, bukan masalah besar. Kita akan sekelas bukan dikelas upper, jadi mari berteman dengan baik."
"B-berteman? Apa boleh?"
"Kenapa nggak boleh?"
"Ah, aku kan baru saja melukaimu hingga seperti itu,"
"Sudah kubilang bukan masalah bukan? Jadi bagaimana mau berman denganku dan teman-temanku atau tidak?"
"Jika memang boleh aku akan menerimanya."
"Bagus, kalau begitu aku akan memperkenalkan diriku lagi. Aku Zen Arai seorang ksatria, dan mereka berdua adalah temanku, Aaron dan Alisia yang merupakan seorang mage."
"Aku Rina Mahendra, dari keluarga ahli pedang terhebat Mahendra, salam kenal."
"Emm, are you from earth?"
"???"
"Ah tak perlu dipikirkan, aku hanya memastikan sesuatu."
'Ah, ternyata dia bukan dari bumi seperti aku.'
Setelah itu, mereka pun bercerita banyak mengenai apa yang terjadi, dikelas mereka sebelumnya.
Untuk kasus Rina yang ada dikelas normal, hal itu karena ia juga telat seperti Aaron dan Alicia, namun Rina baru datang 3 bulan yang lalu, jadi para guru memutuskan untuk memasukkannya di kelas normal dan akan mengujinya nanti saat pemindahan kelas ini.
Jadi pemindahan kelas ini merupakan panggung untuk Rina menunjukkan kekuatannya. Dan sudah pasti menurut Zen bahwa Rina pasti akan memasuki ranker dan menempati nomer 1.
Keesokan paginya...
Saat ini Zen telah dipindah ke kelas upper, jadi hari ini ia tidak akan berada dikelas normal lagi. Jadi ia pun langsung menuju ke kelas upper berada.
Saat ini Zen berada di kelas upper, suasana begitu ramai, dengan suara murid lain yang bermain atau berbincang. Dan saat Zen melihat-lihat kelas untuk mencari kursi yang kosong, Rina yang telah sampai disana memanggilnya.
"Zen kemari!"
Mendengar suara Rina yang memanggilnya, Zen pun berjalan kearah Rina, dan Rina pun menunjukkan kursi kosong tepat disampingnya.
"Kamu berangkat cukup siang ya Zen?"
"Ah, iya itu karena aku selalu berlatih saat malam hari, jadi saat pagi aku selalu seperti ini, toh guru juga belum datang."
"Wow, kamu berlatih saat malam hari? Apa kamu berlatih bersama Aaron dan Alisia?"
"Tentu tidak, aku berlatih sendirian."
"Dimana kamu berlatih?"
"Emm, biasanya aku berlatih di lapangan akademi, namun karena kebetulan aku sedang terluka, jadi aku hanya berlatih menggunakan qi dikamar."
"Ah, masih sakit ya?"
"Yah, sedikit karena sebagian sudah disembuhkan oleh sihir penyembuhan milik bu Eza."
"Begitu ya, jika kamu sudah sembuh sepenuhnya boleh kah aku ikut latihan? Aku cukup bosan jika hanya dikamar sepanjang hari setelah jam akademi selesai."
"Apa kamu tak punya teman yang ikut kamu kesini?"
"Ah, kalau itu jangankan teman disini, aku bahkan tak punya teman ditempat asalku karena selalu sibuk berlatih dengan ayahku..." Kata Rina lesu.
"Kamu tak diperbolehkan berteman?"
"Ya, itu karena bisa menganggu latihanku, juga karena aku adalah anak tunggal, jadi aku adalah penerus keluarga selanjutnya, jadi aku terus-terusan berlatih agar suatu saat aku bisa mempertahankan posisi keluargaku agar tak kalah dengan keluarga Agakure."
"Keluarga Agakure?"
"Ah, itu merupakan nama keluarga saingan keluargaku, jadi keluarga Mahendra dengan Agakure selalu terjadi konflik kecil-kecilan, yah bisa dibilang kita ini rival.
Namun akhir-akhir ini keluarga Agakure melahirkan seorang putra yang sangat berbakat sebagai seorang ahli pedang, sedangkan keluargaku melahirkan aku, meskipun aku juga berbakat, namun perbedaan gender masih berlaku, dia pria sedangkan aku wanita.
Itulah kenapa masa depan keluarga Agakure dianggap lebih cerah dibandingkan keluargaku, jadi ayahku melatihku sangat keras untuk mengimbangi keluarga Agakure. Dan karena itu aku tak memiliki teman satu pun..."
"Tenang saja Rina, aku akan menjadi temanmu kok, ada Aaron dan Alicia juga, sekarang jangan pernah menundukkan wajahmu seperti itu kepada orang lain. Kamu calon kepala keluarga Mahendra kan?"
"Emm, makasih Zen. Ini pertama kalinya aku punya seorang teman."
Bersambung>>
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 58 Episodes
Comments
Muhammad Mk
tol0l kalau itu benaran dari earth lu juga ketahuan goblk
2024-07-25
0
Lonayma
ente lebih curang,ente punga skill yg bisa salin skill dan ente bilang protagonis masih curang?🗿
2023-05-12
4
Äï
kau pun sm we jari tengah buat lu 🖕
2023-05-03
2