Setelah penyihir tua itu mati, Klaus yang tak sadarkan diri dengan tangan kanannya yang sudah hancur akibat menggunakan teknik terlarang dari watanabe swordmanship pun secara otomatis kembali ke tempat asal bersama dengan mayat mage tua yang telah penyet hingga tak dikenali lagi.
Untungnya Klaus ditemukan oleh para Ksatria yang mencarinya karena ia tiba-tiba hilang. Jika yang menemukannya adalah seorang mage mungkin ia benar-benar akan berakhir.
Dan saat ditemukannya Klaus ia masih dilapisi oleh sebuah armor es hijau seperti emerald, bersama mayat seorang mage yang tak dikenali lagi, namun ada sebuah lencana emas yang merupakan lencana milik para tetua kelompok mage.
Sejak saat itulah Klaus dikenal sebagai Ksatria Emerald yang telah membunuh salah satu tetua kelompok mage dalam perang salju berdarah.
"Yah, begitulah kira-kira kenapa bapak bisa memiliki julukan itu, namun sayangnya setelah pertempuran itu bapak sudah tak bisa terjun ke medan perang, itu karena tangan kanan bapak yang tak bisa dipulihkan lagi, sehingga kekuatan tempur bapak turun drastis.
Dan karena itulah kenapa bapak bisa menjadi seorang guru sekarang."
Para murid yang mendengar cerita dari pak Klaus pun hanya melongo mendengarkan cerita dari pak Klaus, dan ada sedikit rasa hormat kepadanya karena tak mengira guru mereka adalah tokoh yang berpengaruh di peperangan puluhan tahun yang lalu.
"Jadi, apa yang bisa kalian pelajari dari cerita bapak tadi?"
"..."
Para murid hanya diam, tak ada satupun yang berbicara.
"Hahh, intinya kalian harus waspada siapapun orang yang menjadi lawan kalian, jika tetua mage tersebut dari awal serius untuk benar-benar membunuh bapak dengan cepat, maka bapak tak memiliki kesempatan untuk menang.
Karena mage tersebut terus-terusan mengulur waktu, membuat bapak bisa mencapai tahap evolusi dan berhasil mengalahkannya.
Ada lagi, kalian tak boleh menggunakan teknik terlarang, kenapa? Itu karena efek dari penggunaan teknik tersebut terlalu berat, dan bisa membunuh kita sendiri, itulah kenapa ada ada teknik terlarang."
Setelah itu, pak Klaus pun mengajari beberapa teori mengenai elemen-elemen yang Zen sudah tahu. Dari mulai elemen dasar, secondary elemen hingga spesial elemen.
Spesial elemen yang dimaksud adalah elemen seperti es hijau milik Klaus, dan Api biru milik Zen, itu disebut elemen spesial, karena tak sembarang orang bisa membangkitkan elemen ketingkat yang lebih tinggi seperti itu.
Kecuali orang tersebut dalam keadaan ekstrim seperti kejadian Klaus, atau pengetahuan untuk membuat elemen seperti Zen.
***
Setelah pelajaran selesai, Zen pun mengajak Rina menuju ke kantin untuk makan, saat ia mau bergegas menuju kekantin, ia melihat anak yang disebut nomer 1 diakademi angkatan tahun ini.
Ya, dia adalah Raizen, anak yang memiliki tubuh ramping setinggi 150cm, namun terlihat kuat, ia memiliki mata tajam namun tenang berwarna hitam juga rambut pendek berwarna biru gelap.
Ia terlihat tak memiliki teman, padahal banyak anak yang mendekati dirinya karena ia adalah no-1 namun ia malah marah-marah dan mengusir mereka semua.
'jadi dia kah rank 1.'
Zen pun menggunakan mata kebenaran padanya.
[Ding, gagal melihat status karena terdapat kemampuan ketahanan psikis yang kuat.]
Saat Zen mencoba untuk melihat statusnya dan gagal, tiba-tiba Raizen menatap balik Zen dengan tatapan permusuhan yang tak mengenakkan, Saat ditatap tajam oleh Raizen, ia seperti ditatap oleh sesuatu yang berbeda hingga bulu kuduknya berdiri.
'Hm? Kenapa saat dia menatapku aku seperti terintimidasi hingga bulu kudukku berdiri? Disaat yang bersamaan terasa seperti kosong. Entahlah, aku benar-benar tak bisa mendeskripsikan dia itu seperti apa, yang pasti dia itu aneh dan bukan murid biasa.' batin Zen dan ia pun segera pergi ke kantin bersama Rina.
Saat dikantin, Zen juga bertemu dengan Aaron dan Alicia, jadi mereka pun makan bersama.
Saat makan, Zen menanyakan persoalan Raizen kepada teman-temannya.
"Hey, apa kalian tahu mengenai Raizen?"
"Ah, anak peringkat 1? Memangnya kenapa?" Jawab Rina.
"Bukankah ia terlihat aneh? Seperti berbeda dengan anak-anak lainnya."
"Hmm, yah aku dari tadi tak melihat dia berbicara sekalipun, ia seperti seorang introvert akut."
"Kalian mungkin tak tahu, namun ia memiliki masa lalu yang cukup sedih." Ucap Aaron.
"Sedih?"
"Ya, saat ia berumur 4 tahun, semua keluarganya dihukum masal oleh para warga dikotanya, ibu dan ayahnya disiksa dan berakhir digantung ditengah kota, karena dituduh melakukan ritual sesat.
Raizen sendiri juga disiksa oleh warga kota, hingga 1 hari kemudian terjadi bencana dikota tersebut yang menyebabkan seluruh kota hancur lebur dan tak ada yang berhasil hidup.
Tak ada yang tahu mengenai apa yang melanda kota tersebut, kecuali orang yang selamat saat peristiwa itu. Dan satu-satunya orang yang selamat dikota itu hanyalah Raizen seorang.
Dan ia pun dirawat di panti asuhan, dan karena ia memiliki bakat yang sangat hebat diusianya, ia pun masuk ke akademi ini lewat jalur dalam atau tidak mengikuti tes masuk."
"Ia mengalami kejadian seperti itu? Pantas saja ia bersikap sangat dingin. Mungkin ia mengalami trauma mendalam dikeramaian."
"Mungin itu benar, saat itu banyak desas desus bahwa tuduhan pada orang tua Raizen itu palsu, dan kota tersebut menerima murka dari dewa karena menyiksa dan membunuh orang yang tak bersalah.
Ada juga yang mengatakan kalau orang tua Raizen adalah petinggi suatu sekte sesat, dan saat para anggota sekte tersebut mengetahui kalau petinggi mereka dibunuh mereka pun marah dan menghancurkan kota itu.
Teori ini juga diperkuat bahwa Raizen yang merupakan anak dari suami istri yang dibunuh tak mengalami luka apapun selain bekas dari siksaan para warga." Jelas Aaron.
"Woah, kau sepertinya tahu banyak mengenai seluk-beluk kerajaan ini, bagaimana kau yang dari luar mengetahui semua ini, padahal aku yang asli dari kerajaan ini pun tak tahu mengenai hal itu."
"Ahahaha... Nggak begitu juga kok, aku hanya dengar cerita dari anak-anak sekelas."
Waktu sekolah berlalu dengan cepat, hingga waktu pulang akhirnya tiba.
"Zen! Jangan lupa nanti malam aku ikut berlatih bersamamu."
"Ah, iya-iya tenang saja."
Zen pun pergi dari kelas, dan menuju kekamarnya. Saat ia sedang berjalan santai, tiba-tiba ada seseorang yang menariknya.
Sringg!
Zen dibekap dari belakang dan ada sebuah belati yang diarahkan kelehernya.
"Siapa kau!?"
"Shhhh, jangan berisik jika tak mau lehermu terpotong. Diam dan jawab pertanyaanku. Sebenarnya siapa kau? Kenapa aku selama ini tak pernah menemukanmu? Apa kau anak buah 'dia' huh?"
"Aku? Tentu saja aku Zen Arai Apa yang kau maksud? aku tak tahu apa-apa..."
"Jangan berbohong, apa kau mengincar Rina karena tak bisa menyingkirkanku?"
"Rina? Dia hanyalah temanku. Dan aku temannya."
"Jadi kau tak mau mengaku huh? Mulai sekarang jauhi Rina, jika aku melihat gerak-gerik mencurigakan padamu, maka aku akan langsung menyingkirkanmu. Kau tahu kan, aku bisa mengulang kapanpun."
Setelah sosok tersebut berkata seperti itu, ia pun dalam sekejap hilang.
"Sialan! Siapa tadi itu? Aku mencoba untuk melepaskan dia namun aku bahkan tak bisa menggerakkan satu pun jarinya."
Menyadari bahwa kejadian ini sepertinya bukan hanya hal sepele, Zen pun buru-buru pergi kekamarnya, dan mencari sebuah kertas.
"Huhh, ini dia." Kata Zen sambil menyobek kertas kosong tersebut.
Bersambung>>
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 58 Episodes
Comments