PART 18

24 April—Pukul 14.03

"Bangun! Apa kekuatan kalian hanya segini?"

Tiga remaja terkapar lemas di lantai. Napas memburu, keringat bercucuran, dan wajah merah. Tenaga mereka betul-betul terkuras sebab Austin tak memberikan jeda latihan.

"Bangun, cepat!"

"Biarkan mereka beristirahat sejenak, Austin." Sejak tadi Luna menyaksikan latihan.

"Tidak ada kata istirahat di dalam pertarungan asli." Austin berdiri di hadapan tiga remaja.

Tanpa aba-aba, Austin mendaratkan pisau ke Jane. Sontak, Jane refleks menoleh kanan. Kedua matanya membulat sempurna kala melihat bilah pisau hanya berjarak 2 mm dari wajahnya.

"Jika saja musuh yang berada di tempat ku berdiri saat ini, kalian pasti akan mati." Austin menendang pisau menjauh. "Senjata sangat penting dalam pertarungan, tapi bukan karena senjata kita bisa menang. Keyakinan, kunci dari kemenangan."

Austin menjeramba paksa Glenn berdiri.

Clek!

Hammer pistol diputar. Hal itu membuat Jane dan Ruby panik. Mereka spontan berdiri.

"Austin, tidak. Jangan bermain dengan nyawa Glenn," pinta Ruby.

Austin mengarahkan pistol tepat ke pelipis Glenn, sontak kepanikan semakin menjadi. Tubuh Glenn menegang, berusaha menjauh dari pistol tetapi tubuhnya ditahan oleh Austin.

"Austin, lepaskan Glenn. Kau bisa saja tidak sengaja menembaknya," ucap Jane.

"Kau memohon padaku?" tanya Austin.

"Ya, aku mohon."

"Lalu, kalian semua akan mati." Austin menghempaskan Glenn. Segera, Jane dan Ruby menghampirinya. "Musuh tidak peduli kepada kalian. Kau memohon, berarti kau menunjukkan kelemahan. Dan jika musuh tau kelemahanmu, dia akan mudah menghancurkanmu."

"Jadi, jangan pernah memohon," tekan Austin.

"Seperti apa yang baru terjadi pada Glenn. Seseorang menodongkan pistol ke kepalamu, lantas apa yang kau lakukan?"

Menjeda sejenak untuk memperoleh jawaban, ternyata mereka sama sekali tidak tahu.

"Yang kau butuhkan hanya mengamati sekitarmu. Gunakan otakmu untuk mencari celah." Austin menyuruh Glenn menjadi partisipan peragaan. Austin kembali menodongkan pistol ke pelipis Glenn.

"Apa yang akan kau lakukan jika ini benar-benar terjadi padamu?" tanya Austin.

Bola mata Glenn beredar mencari jalan keluar. Pikirannya terus berputar menyusun rencana. Setelah hampir tiga puluh detik...

Srett!

Glenn secara lincah merampas pisau di ikat pinggang Austin, lalu hendak mendaratkan pisau ke tangan Austin sebelum kemudian pria itu menghentikannya.

"Kau pelajar hebat." Harus diakui, daya tangkap dan daya pikir Glenn cukup cepat. Dalam sekejap, dia mampu mengerti makna Austin dan mempraktikkannya. Biarpun tidak sempurna.

"Kau sudah tepat merebut pisauku. Namun bukan begitu caranya. Bila kau mendaratkan pisau dan aku sempat menghindar, mata pisau justru bisa melukai dirimu sendiri."

Austin menuntun tangan Glenn yang memegang pisau. "Kau perlu menyayat kulitku. Dengan demikian, aku akan terkejut dan mungkin saja menjatuhkan pistol. Kemudian, gunakan kesempatan itu untuk menyerangku." Austin betul-betul memperagakan, menyayat tangannya sendiri hingga mengucurkan darah.

"Kau pengajar terbaik, Austin," gumam Luna dari tempatnya duduk.

"Apa ucapanku jelas? Kalian mengerti?" tanya Austin.

"Ya, pak." Tiga remaja menjawab bersama.

"Ingatlah, selalu ada jalan keluar di setiap masalah. Kita bisa melawan. Kita punya satu sama lain. Kita punya kekuatan besar. Kita hanya perlu saling percaya."

"Pengkhianat...," ucap Glenn. "Kau tau kita punya pengkhianat di rumah ini."

"Ya, maka itu aku juga menegaskan pada kalian bahwa kunci kemenangan adalah keyakinan. Jika keyakinanmu goyah pada seseorang, bisa jadi ada yang salah denganmu atau orang itu." Austin melirik Luna sekilas. "Pakai keyakinanmu untuk saling mempercayai satu sama lain."

Luna memberi kode lewat 4 jari tangan. Itu artinya 40 menit lagi proses peluncuran peluru akan dilaksanakan. Austin mengangguk kecil.

"Cepat bangkit! Sekarang!"

Tiga remaja bergegas menjalankan perintah Austin. Kendati tubuh pegal dan sakit, tetapi ini yang mereka inginkan sejak awal. Berpartisipasi atau setidaknya memiliki manfaat dalam perencanaan para petinggi.

"Selanjutnya, kita belajar penggunaan senjata api."

To be Continue

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!