PART 13

Beberapa jam sebelumnya

20 April—Pukul 19.31

Jane dan Glenn selesai menempatkan kamera di atas rak dinding. Sebenarnya kamera dapat dilihat sekejap mata, tetapi orang-orang mungkin tidak sadar jika kamera dihidupkan.

Ada alasan mereka memilih tempat ini. Sebab orang-orang pasti melewati tempat ini jika pergi ke mana saja. Pada intinya, di sini jalan utama.

"Waktu kita tersisa 10 menit, mau pergi jalan-jalan?" tawar Glenn.

"Jalan-jalan di dalam rumah, terdengar menyenangkan."

Kendati besar, rumah Jasper tidak memiliki banyak fasilitas menarik, seperti kolam renang, ruang theater, dan lain-lain. Tempat satu-satunya yang bisa dikunjungi...

Perpustakaan.

Glenn sekadar duduk di sofa sembari memandang Jane yang sibuk memilih buku bacaan. Dirinya terlampau malas melihat tulisan-tulisan buku.

Beberapa saat Jane kembali. Buku Astronomi, kesukaan Jane.

"Di mana letak astronomi negara Amerika Serikat?"

Glenn mengerling Jane. "Kau bertanya padaku?"

"Sedikit menyegarkan otakmu saja."

"Oh, Tuhan. Mana mungkin aku ingat pelajaran di Sekolah Dasar."

"Okay." Jane beranjak, lalu kembali dengan buku kimia. "Sekarang kutanya, berapa mol nihonia pada gas amonia sebanyak 5,6 liter, lalu berapa massa gas amonia tersebut?"

"Bukan pelajaran Sekolah Dasar, kan?"

"Jangan mengujiku, Jane." Glenn menatap Jane jahil. "Tapi kalau itu yang kau inginkan, akan kujawab. Untuk mencari mol, kau hanya perlu membagikan volume gas dengan volume molar. 5,6 dibagi 22,4. Jadi total mol nihonia adalah 0,25. Gunakan mol untuk mencari massa, yaitu dikalikan dengan massa molekul relatif. Hasilnya menjadi 4,25 gram. Mudah, bukan?

Jane tersenyum. "Ya, baiklah. Aku mengaku kalah, Tuan Kimia."

"Datang saja pada Tuan Kimia ini jika butuh pengajaran."

Jane memutar bola mata malas. Namun harus diakui pengetahuan kimia Glenn sebaik itu.

Sekitar dua menit, tak ada percakapan. Merasa bosan, Glenn menidurkan kepalanya ke paha Jane yang sedang asyik membaca buku astronomi.

"Mau apa kau?"

"Kau."

Glenn meringkuk saat Jane memukul dadanya.

"Berdiri, sekarang!" suruh Jane.

"Aku ngantuk."

"Aku bukan kasur."

Glenn mengacuhkan protesan Jane. Jane berdecak. Diletakannya buku ke atas meja, kemudian hendak menjauhkan diri dari Glenn.

"Okay-okay, tunggu," cegat Glenn. "Aku ingin habiskan sisa waktu kita seperti ini. Kumohon."

Jane menghela napas. Terpaksa merelakan pahanya menjadi sandaran Glenn.

Glenn menatap langit-langit perpustakaan. "Kau tau, kan, ibuku bukan berasal dari Chaderia? Dia datang ke Chaderia karena permintaan Edith yang ingin ibuku menjadi kepala perawatnya."

"Ayahku langsung jatuh cinta saat pertama kali melihat ibuku. Beberapa tahun kemudian, mereka menikah." Glenn tersenyum sambil membayangkan peristiwa tersebut. "Sungguh, kisah mereka membuatku iri. Ayah bilang ibu sangat cantik. Sayang sekali aku tidak bisa melihat secara langsung."

Meskipun bercerita sembari tersenyum, Jane tahu Glenn menyimpan sakit di dalam hati. Perlahan, tangan Jane bergerak mengusap kepala Glenn. Setelah dipikir ulang, nasib Glenn tidak lebih baik daripada Jane. Sejak lahir, Glenn tidak pernah bertemu ibunya.

"Hey, Jane. Boleh kutanya sesuatu?"

"Selama bisa kujawab, tentu saja."

"Bagaimana cara menyatakan perasaan pada seorang gadis?" Glenn merentangkan tangannya ke atas. "Maksudku, apakah ada cara tertentu yang membuat seorang gadis pasti menerima perasaan laki-laki?"

Jane terdiam. "Kau menyukai seorang gadis?"

Glenn mengangguk.

Jane mengigit bibir bawah. Apa mungkin gadis yang disukai Glenn adalah... Ruby? Dan, mengapa dada Jane tiba-tiba sesak? Seolah mencelus karena kekurangan pasokan oksigen.

"Jane, hey?" Glenn melambaikan tangan ke depah wajah Jane.

"Tidak ada cara khusus. Jika dia juga menyukaimu, dengan cara apa pun kau menyatakan perasaan, dia pasti menerimanya." Jane memindahkan kepala Glenn dari pahanya.

"Waktu kita hampir habis. Ayo, kembali," ajak Jane.

...***...

20 April—Pukul 23.27

“Jatuhkan senjata dan taruh dua tangan di belakang kepala.”

Jasper dan Wesley saling melirik. Jasper mengangguk, menyuruh Wesley melakukan apa yang diminta orang ini.

“Masuk perlahan dan tutup pintu,” instruksi orang itu.

Keadaan sungguh mendesak Jasper menurutinya. Namun, akhirnya mereka bisa melihat sosok si pelaku. Sayang, seluruh tubuh dan wajahnya bersembunyi di balik peralatan anti peluru. Suara? Dia menjepit pengubah suara pada helmet untuk menyamarkan suara asli.

“Apa yang kalian lakukan di sini? Kalian tak ingin menuruti keinginanku, hm?” Kepala orang itu menengger ke kiri. “Padahal aku baru menyukai kalian setelah benar-benar berhasil menuruti keinginanku. Walaupun hanya sekali.”

“Jasper, tembakan berhenti. Kalian berhasil menangkapnya?” Itu suara Sam.

Orang itu tertawa seketika. “Menangkapku? Kalian berencana menangkapku?”

“Aku dan Luna akan kembali ke rumah. Bagaimana dengan kalian?”

“Jasper, Wesley, kalian dengar kami?”

“Kuulangi, Jasper, Wesley, kalian deng—”

DOR!

Protofon hancur dalam sekali tembak.

"Berisik sekali.” Orang itu mengelap moncong senapannya yang baru memuntahkan peluru. Dia memandang dua orang yang berdiri di hadapannya. “Jongkok dan saling berhadapan berjarak 2 meter.”

Dan itulah yang Jasper dan Wesley lakukan.

“Apa kalian membawa tisu? Karena aku akan menangis karena telah dikecewakan.”

Orang itu berjalan mengitari Jasper dan Wesley. Kemudian ia berhenti di belakang Wesley.

“Wesley Palmer, ingatkah kau ini tempat kematian putramu? William Palmer.”

Wajah Wesley memucat mendengar orang itu menyebut nama putra bungsunya.

“Dia jatuh dari tangga. Kepalanya berlumuran banyak darah. Kau berlari merengkuhnya, mengusap keningnya sambil berkata ‘Jangan tutup matamu, Will. Ayah akan menyelamatkanmu.’. Namun sepertinya dia tidak mendengar. Beberapa detik kemudian, matanya terpejam.”

“Ayah…. Ayah…” Dia menirukan lirihan William kala itu. “Begitu, kan, suaranya?”

Telapak tangan Wesley mengepal, menahan gemuruhan amarah di dalam diri. Wesley sudah mengikhlaskan kepergian William, tetapi ia benci setiap mengingat itu.

“Diam atau akan kucabik-cabik mulutmu.” Bariton Wesley merendah.

Orang itu tertawa. “Kukira kau tak pemarah seperti Austin. Ternyata sama saja.”

Dia pindah ke belakang Jasper. “Jasper Houston. Aku ingat seberapa bahagianya kau saat Edith mengatakan putramu lahir dengan sehat. Tapi kemudian wajahmu langsung berubah drastis mengetahui istrimu tidak selamat.”

“Kau terpuruk hingga tak sempat mengurus putramu. Jadi, selama berhari-hari putramu dititipkan pada Wales dan istrinya yang sedang mengandung.”

Orang itu berdecih melihat ekspresi Jasper yang datar, tak menunjukkan emosi apapun. Dalam benak Jasper, hanya terputar satu pertanyaan. Siapa orang ini? Mengapa dia tahu masa lalu yang mustahil diketahui orang di luar Chaderia. Bahkan sampai mengenal Edith—dokter sebelum Sam—yang tak lain tak bukan merupakan ibu kandung Sam.

“Wesley, kau tahu siapa yang menempatkan putramu untuk memperbaiki jam ini. Ya, Wales dan Jasper. Pernahkah kau berpikir, jika mereka tak memilih putramu, dia masih akan hidup sampai sekarang?”

“Dia sudah ditakdirkan meninggal di hari itu.”

Seringai tipis menghiasi bibir orang itu. “Ouuhh…. Ayah yang malang.”

“Bagaimana jika kutawarkan kau balas dendam?” Dia mengeluarkan sebuah pistol dari hostle pistol yang tergantung di pinggang. “Kau memang merelakannya, tapi kau tahu istrimu belum.”

“Kau bisa menembaknya, lalu keluar dengan selamat dan menyerahkan jasad walikota ini untuk istrimu. Dia akan sangat gembira.”

Wesley terdiam. Bicara tentang keikhlasan, apa sebenarnya arti ikhlas? Merelakan orang yang telah tiada? Melupakan orang yang telah tiada? Atau bahkan menggantikannya dengan yang baru? Semua tergantung persepsi masing-masing.

Ikhlas yang Wesley bicarakan, sebenarnya tidak ia rasakan di dalam hati. Hanya saja ia harus menguatkan Sandra.

“Ambil dan hancurkan dia.” Orang itu mendekatkan pistol ke Wesley.

Anggota tubuh Wesley membeku. Akal sehat dan emosional bercampur menjadi satu, integrasi antara pemikiran rasional dan tidak rasional. Wesley menatap pistol Caliber 50 itu, kemudian Jasper. Sang walikota menggeleng pelan.

“Kesempatanmu hanya ini, Wesley. Jangan menyia-nyiakannya.”

Perlahan, tangan Wesley terangkat. Sekali lagi, Wesley menoleh Jasper. Seperti sebelumnya, Jasper menggeleng.

“Bagus.” Orang itu menjejak ke hadapan Jasper dan Wesley. “Sekarang, acungkan pistol ke arahnya.”

“Tidak, Wesley. Tenang.” Kedua tangan Jasper terangkat. “Letakkan pistol itu, okay?”

“Kepergian William adalah kecelakaan. Kami semua pun tak ingin hal itu terjadi,” ucap Jasper. “Tujuan kita ke mari untuk menangkap dia.”

“Jangan terpengaruh dengannya! Tarik pelatuk pistol, itu saja yang perlu kau lakukan.”

“Tidak. Dia sengaja memecah belah kita agar lebih mudah menghancurkan kita. Jangan terperdaya olehnya.”

Clek.

Suara hammer pistol menciptakan seringai tipis di bibir orang itu. Wesley mengangkat pistol tepat ke depan kepala Jasper.

Jasper menggeleng. “Berhenti, Wesley. Bukan ini rencana kita.”

“Ya, memang bukan.” Hanya dalam sekedip mata, bidikan pistol berubah ke arah orang itu.

Ceklek.

Sial! Wesley melepaskan pelatuk pistol berkali-kali.

Ceklek. Ceklek.

Mereka terjebak. Pistol itu tidak berpeluru.

“Kau gagal, Wesley.”

DOR!

Bruk!

“Wesley!” Jasper langsung berlari menuju tubuh Wesley yang ambruk ke lantai. Segera kedua tangannya menekan perut Wesley supaya darah tidak terus mengalir.

“Sebaiknya kalian kembali dan selesaikan misiku.”

...***...

21 April—Pukul 00.03

Sam membalut perut Wesley dengan kain kasa sementara darah masih terus mengucur keluar. Wesley meringis, menahan nyeri luar biasa di perut kanan. Sam meminta Sandra untuk tetap menekan luka Wesley, kemudian ia menjejak ke Jasper dan Austin.

Akibat tembakan ke rumah Jasper, dua warga: Drake dan Maddy meninggal dunia. Sedangkan dua orang: Hank dan Ruby tertembak.

Di sisi lain, Alice terjebak di ruangan Bee. Ia tak bisa keluar karena situasi masih belum kondusif.

“Wesley dan Hank harus segera dioperasi, tapi kita tak punya alat-alat medis di sini,” ucap Sam.

“Ruby?” tanya Austin.

“Dia seperti Glenn pada saat itu, hanya tergores peluru.”

Jasper, Austin, dan Sam melihat Luna yang sedang menemani putrinya. Mengusap lembut keningnya sambil memastikan keadaan Ruby sehabis diobati Sam.

“Bangsal medis tidak jauh dari sini,” ucap Jasper. “Aku dan Austin akan menyelinap mengambilnya.”

“Kalian yakin?”

“Tulis apa saja yang diperlukan. Saat ini sedetik saja menentukan kehidupan seseorang,” ujar Austin.

Sam mengangguk, kemudian bergegas mencari kertas dan pulpen.

“Jasper, kumohon tolong suamiku. Dapatkan alat-alat itu untuknya.” Sandra menangis, sorot matanya memandang Jasper penuh harapan.

“Pasti, aku berjanji padamu.” Jasper menyesal, sungguh menyesal tak bisa menolong Wesley. Andai saja Wesley menembak pistol ke arahnya, Jasper tetap takkan mati sebab pistol tak berisi. Namun, nasib Wesley mungkin berbeda.

“Dan kau, Wesley. Berjanjilah padaku kau akan bertahan sampai aku kembali.”

“Pria tua ini sudah mengalami banyak hal. Dan sampai saat ini dia masih hidup,” kelakar Wesley.

“Sungguh, aku takkan datang ke pemakamanmu setidaknya sampai sepuluh tahun ke depan,” ketus Austin.

Senyum Wesley tertahan sebab nyeri tembakan. “Jangan cemas, kawan.”

"Siapa bilang aku cemas?” Austin menerima catatan dari Sam, kemudian disimpan ke dalam kantong. “Pastikan matamu terbuka saat aku kembali. Jika tidak, akan kubuka paksa kelopak matamu.” Austin menenggerkan tas ransel ke bahu sebelah kirinya. Kemudian berjalan ke keluar ruangan.

“Ancaman yang mengerikan.” Jasper tertawa kecil. Lantas, menyusul langkah Austin.

“Kita tidak bisa melewati peternakan. Suara tembakan tadi membuat hewan-hewan ternak terkejut, dikhawatirkan mereka mengamuk,” ucap Jasper.

“Berarti kita harus menggunakan jalan itu?”

Jasper mengangguk atas pertanyaan Austin. "Alice masih di sana."

Keduanya berhenti di depan tong sampah.

Jasper mendorong tong tersebut, dan tampaklah sebuah jalur berkedok saluran pembuangan. Jasper turun terlebih dahulu, dilanjutkan dengan Austin.

Ruang Bee atau ruang bawah tanah, satu-satunya tempat yang tidak diketahui penduduk Chaderia. Kecuali para petinggi. Di sini lah mereka menyimpan banyak rahasia. Benar, sebenarnya selama ini Chaderia menyimpan begitu banyak rahasia.

Puluhan lemari penuh senjata yang semula ada di Menara jam, kini tersimpan di sini. Dokumen-dokumen privasi Chaderia tertimbun rapi di rak buku bawah tanah. Dokumen ini berisi sejarah awal Chaderia, serta kebenaran akan berbagai kejadian yang menimpah penduduknya.

Jasper salah fokus pada meja dan kursi di tengah ruangan. Dahulu, ini miliknya.

“Kau rindu duduk di sana?” tanya Austin.

Jasper menggeleng. “Tempat ini tidak ada artinya bagiku. Aku bersyukur kala itu Wales memutus Kerjasama dan mengusir Angkatan militer dari Chaderia.”

“Tapi itu menyebabkannya terbunuh."

Jasper terdiam.

Ya. Wales dan Dabbie mengalami kecelakaan mobil. Namun, kenapa? Rem blong, itu yang diketahui seluruh penduduk Chaderia. Akan tetapi, faktanya jauh berbeda.

Malam itu, Wales dan Dabbie berencana pergi ke kota untuk makan malam, merayakan hari jadi pernikahan yang ke sepuluh tahun. Di tengah perjalanan, enam buah mobil mengejar mereka. Wales berusaha menghindar, tetapi menghindari enam kejaran mobil bukan persoalan mudah.

Pada akhirnya, mobil Wales dan Dabbie menabrak pembatas jalan dan terjun ke dasar jalan. Polisi menduga Wales mengantuk saat menyetir.

Petinggi Chaderia mengenal betul karaktek Wales yang selalu berhati-hati terhadap apa saja. Rasanya alasan itu tidak masuk akal, mereka mulai menyelidiki kasus ini di luar bantuan kepolisian. Dan ternyata, kecurigaan mereka terbukti. Mereka mengetahui kebenaran sesaat sebelum Wales dan Dabbie meninggal di tempat.

Ulah Angkatan Militer.

Melawan Angkatan militer, tentu Chaderia akan kalah. Bahkan polisi sebenarnya tahu kejadian yang asli, tak berani berkutik dan memilih memberikan hasil investigasi palsu. Marah, dendam, kecewa, sedih. Namun, mereka bisa apa?

Mustahil membalas perbuatan Angkatan militer. Jasper dan petinggi lain masih memikirkan 78 nyawa di dalam Chaderia. Sehingga para petinggi menyembunyikan kebenaran. Semuanya demi kelangsungan hidup penduduk Chaderia.

Masih banyak kejadian lain yang terjadi. Semuanya terarsip di dalam dokumen-dokumen yang ditulis oleh Joce. Sampai sekarang, dokumen itu hanya pernah dibaca oleh setidaknya lima orang.

“Jika Wales tidak mengusir mereka, maka akan lebih banyak korban,” tutur Jasper.

“Sejak awal Wales udah tahu konsekuensi perbuatannya. Namun dia tetap melakukannya. Itu berarti, dia rela mengorbankan nyawanya sendiri demi Chaderia.”

“Bila suatu hari nanti Jane tahu tentang ini, apa yang harus kita katakan padanya?”

Sulit menjawab pertanyaan Austin. Jane pasti sedih dan marah besar, sebab kesannya para petinggi berusaha menyembunyikan kebenaran. Jasper menyayangi Jane sebagaimana putri kandungnya. Ia enggan melukai perasaan Jane.

"Pak?" Alice menghampiri Jasper dan Austin.

"Alice, kau tak apa?" tanya Jasper khawatir.

"Aku tidak apa-apa."

"Sudah dapat semua?"

"Iya, pak." Alice menunjukkan isi tasnya kepada Austin. Lantas kemudian bertanya situasi di atas sana. Mendengar penjelasan Austin, Alice meminta izin untuk ikut membantu ke bangsal medis.

“Austin, kau dengar?”

Austin menyalakan mic protofon. “Ya.”

“Aku lupa menuliskan ibuprofen. Tolong bawakan itu.”

“Okay.” Austin menyimpan profoton. “Ayo.”

Alice melangkah paling depan.

“Jane tidak akan pernah tahu soal ini,” bisik Jasper pada Austin. Kemudian menyusul Alice.

Jasper, Austin, dan Alice menjejak hingga sampai ke sisi lain ruangan. Menggunakan tangga, mereka naik ke permukaan tanah. Saluran ini menghubungkan ruang walikota dengan kantor polisi.

Berjarak lima meter dari kantor polisi, di situlah bangsal medis. Mereka berhasil sampai. Dengan gerak cepat, mereka mengambil barang-barang yang diperlukan.

“Hey!” Jasper melempar kaleng fanta, sigap ditangkap oleh Jasper. “Aku baru tahu Sam punya banyak minuman di bangsal medis.”

“Bagusnya bukan minuman beralkohol.” Austin membuka kaleng soda, lalu meneguknya.

“Kabar buruk. Hank kritis.”

“Sial.” Austin langsung berlari keluar dari bangsal medis.

Jasper dan Alice menyusul.

"Pelan-pelan, suara langkahmu bisa membuat kondisi tambah buruk.”

Austin berdecak, terpaksa melambatkan lari.

...***...

21 April—Pukul 01.32

Akhirnya Sam menyelesaikan operasi pengangkatan peluru pada Hank. Saat ini Hank masih tertidur berkat obat bius, Sam akan memantau perkembangannya selama beberapa jam ke depan.

Beranjak ke Wesley, Sam memasang tranfusi darah padanya.

“Kau tak perlu mengoperasiku sekarang,” ucap Wesley.

“Ada apa?” tanya Sam.

“Kau kelelahan, Sam. Lihatlah wajahmu."

“Kau salah, aku hanya sedikit gugup sebab sudah lama tidak melakukan operasi besar.” Sam bohong. Dia memang lelah. Sangat lelah setelah hampir 2 jam fokus membedah.

“Bajumu berlumuran darah.”

“Tentu saja. Jika orang yang tidak tahu aku baru menjalankan operasi, dia pasti berpikir aku baru membunuh.” Sam tertawa kecil.

“Sandra, bisa bantu aku memindahkan Wesley ke kamar kalian?”

“Tentu.”

Sampai di kamar Wesley dan Sandra, pria enam puluh tahun itu dibaringkan di atas ranjang.

“Aku tidak yakin kau dalam kondisi baik, Sam. Istirahatlah sejenak.”

“Saat kau hendak dioperasi, yakinlah pada dokter lebih daripada dirimu sendiri. Karena bila tidak, operasi tidak akan pernah terjadi.”

Wesley tersenyum tipis. Bukan meremehkan Sam, Wesley justru khawatir padanya.

“Aku akan mulai, tolong menunggu di luar, Sandra.”

“Tolong selamatkan suamiku, Sam. Aku mohon.” Sandra menggenggam tangan Sam erat.

“Aku berusaha.”

Sandra keluar ruangan. Ia menunggu gelisah di depan pintu. Dalam hati Sandra terus berdoa. Jane datang, berniat menemani Sandra. Ia mengerti kecemasan wanita itu. Selama ini Wesley sangat baik pada Jane. Jangan sampai Wesley meninggalkannya secepat ini.

Satu jam berlalu, Sam keluar. Namun dengan ekspresi buncah.

“Sudah selesai? Bagaimana keadaan suamiku?” tanya Sandra menggebu.

“Belum. Peluru bersarang cukup dalam. Tolong panggilkan Luna untuk membantuku, Jane. Aku akan mengambil infus yang tertinggal di kamar Hank.”

To be Continue

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!