PART 04

Sam mengintip dari celah jendela untuk memastikan keadaan. Saatnya merampungkan rencana yang telah disusun agar sampai ke rumah Jasper. Mereka membentuk barisan di depan pintu dengan Sam sebagai pemimpin.

“Kalian siap?”

Semua mengangguk. Anna menggendong Alycia di depan, ia menarik napas dalam.

"Anna, biar aku saja yang membawa Alycia. Luka jahitanmu belum sembuh total,” kata Joce.

“Aku tidak apa-apa.”

“Kau yakin?” Anna mengangguk atas pertanyaan Joce.

“Dengar, aku akan keluar terlebih dahulu. Bila tak ada suara tembakan, kalian larilah secepat mungkin menuju rumah Jasper. Jangan menimbulkan suara, karena kita tak tau apa pelaku masih ada di sini atau tidak.” Sam memegang knop pintu.

“Hati-hati, Sam,” peringat Wesley.

Sam menarik napas, lalu keluar dari rumah Joce. Sam berlari kencang.

Satu. Dua. Tiga.

Tidak ada yang terjadi. Lantas, Sam melambaikan tangan sebagai kode.

“Ayo cepat!” arah Wesley.

Belinda, Anna, Stewart, Hank, Joce, dan Jane berlari keluar. Setelahnya baru Wesley supaya memastikan tak ada yang tertinggal di belakang. Jane berusaha keras menggerakkan kakinya yang terkilir. Jarak rumah Jasper dan Joce hanya 300 meter. Ia pasti bisa.

DOR! DOR! DOR!

“Oh, tidak!” Sam nyaris sampai di rumah Jasper. Spontan, Sam menarik Anna yang ada di dekatnya.

“LINDUNGI KEPALA DAN TERUS BERLARI!” arah Wesley.

DOR! DOR! DOR!

Tembakan semakin ganas, mencuri perhatian orang-orang yang ada di rumah Jasper.

“Sam dan yang lain menuju ke mari!” pekik Alice.

"Itu istri dan anakku!" Erland panik.

“Ayo bantu mereka!” perintah Jasper. Jasper membuka sebuah kotak besar. Ia mengambil dua buah senapan, menyerahkan satu senapan kepada Austin.

"Luna! Erland!" Jasper memberikan dua perisai anti peluru kepada mereka.

Jasper, Austin, Erland, dan Luna bergegas turun. Luna dan Erland menghampiri warga sipil. Membawa mereka berlindung di balik perisai, kemudian masuk ke dalam rumah Jasper. Namun dikarenakan hujaman peluru cukup banyak, pergerakan mereka lambat.

“Ke mari! Raih tanganku!” Luna memanjangkan tangan.

Sam berhasil mengantar Anna dan Alycia kepada Luna. Kemudian Luna membawa mereka masuk ke rumah Jasper. Melihat itu, Erland benar-benar lega. Erland langsung menarik Jane ke balik perisai.

"Kakiku terkilir. Aku tak bisa berjalan cepat."

"Tidak apa-apa. Aku melindungimu."

Sementara Jasper dan Austin membalas tembakan ke arah datangnya tembakan. Berharap bisa menghentikan pelaku, atau paling tidak melukainya.

Joce sampai dengan sendirinya.

DOR!

“AAA!” Jane tersentak karena pelpasan peluru yang sangat kencang.

“Tak apa, ayo!” seru Erland.

DOR! DOR! DOR!

“AYO! AYO CEPAT!” teriak Jasper.

“Stewart, ke mari!” Luna mengulurkan tangan. Stewart berhasil masuk. Selanjutnya Jane dan Erland. Kemudian Hank, dibantu oleh Sam.

Segera, Erland memeluk istri dan putrinya. “Kalian tak apa?”

Anna menggeleng. “Kami tak apa.”

Erland mencium kening Anna dan Alycia. Jika saja hal buruk terjadi pada keluarga kecilnya, Erland tidak akan pernah bisa memaafkan dirinya sendiri.

Tersisa Wesley dan Belinda. Wesley masih menjaga Belinda dari belakang. Sam mengambil alih perisai dari Erland, kemudian bersama Luna menghampiri Wesley dan Belinda.

Akan tetapi, napas Belinda sudah tersenggal-senggal. Riwayat asma menyebabkannya kesulitan melakukan aktivitas berat, terutama berlari.

“Belinda, genggam tanganku!” Luna mengulurkan tangan sembari terus mendekat.

Belinda menggeleng. “Aku… tidak sanggup.”

“Kau bisa! Cepat!” seru Luna. “Belinda! Ayo!”

DOR! DOR! DOR!

Situasi semakin tak kondusif. Belasan peluru terus berjatuhan. Wesley lekas merengkuh tangan Belinda. Entah apa yang akan terjadi, yang terpenting ia harus membawa Belinda sampai ke rumah Jasper.

“Wesley, sedikit lagi!” ujar Luna.

DOR!

“AKHH!”

Hanya berjarak lima langkah lagi, punggung Belinda menjadi sarang peluru. Belinda terjauh, tak kala membuat Wesley ikut jatuh.

“P-pergi sekarang!” hardik Belinda.

“Tidak! Aku tak akan meninggalkanmu.” Wesley berusaha mengangkat Belinda. Kedua tangannya dibanjiri darah.

“Wesley!” Jasper menjatuhkan senapannya langsung berlari menghampiri Wesley.

“Bantu aku memapahnya,” pinta Wesley pada Luna dan Sam.

Sam menggeleng dan menyuruh Wesley bangun.

“Kenapa? Kita bisa menolongnya, Sam.”

Dan lagi, Sam menggeleng. Belinda tertembak tepat di punggung bagian kiri. Peluru pasti melukai jantungnya. Ia tak akan selamat.

"Uhuk…! Uhuk…!” Belinda batuk, mulutnya mengeluarkan darah. “S-selamatkan dirimu, W-wesley… T-terima kasih sudah p-peduli padaku.”

Wesley membeku di tempat. Namun pekikan Jasper menyadarkannya. “Wesley! Ayo!”

Wesley berlari bersama Luna. Sedangkan Jasper dengan Sam. Sampai ketika mereka masuk ke dalam, Austin dan Joce langsung menutup dan mengunci pintu.

...***...

Jasper dan para dewan dilanda kebingungan. Perayaan ulang tahun Chaderia yang seharusnya menjadi hari bahagia, justru membawa bencana. Dari delapan puluh penduduk, kini hanya menyisakan dua puluh penduduk.

“Apa kau yakin tidak ada lagi yang tersisa?” tanya Jasper.

Wesley mengangguk. “Kami sudah memeriksa keadaan sekitar saat masih di rumah Joce.”

“Bagaimana ini bisa terjadi? Siapa dalang di balik semua ini?” geram Joce.

“Jasper, apa kau menyadari sesuatu saat menembak tadi?” tanya Austin.

Jasper terdiam sejenak. Beberapa detik kemudian, kedua bola matanya membelalak.

“Menara jam!”

“Ya! Tembakan berasal dari Menara jam,” ujar Austin.

“Benarkah? Jasper menutup akses untuk ke Menara jam, dan selama ini tak ada yang pernah pergi ke sana,” tutur Luna.

Chaderia memiliki sebuah Menara jam setinggi 20 meter. Dahulu dijadikan sebagai pengingat waktu dan pusat keamanan. Namun, entah mengapa jam tersebut rusak. Setelah banyak pertimbangan, akhirnya Menara jam tak lagi digunakan sebab proses perbaikan jam sangat beresiko. Telah memakan satu korban jiwa.

Putra bungsu Wesley dan Sandra.

“Persetan dengan Menara jam! Aku akan menghabisi pelaku itu!” Patrick merampas senapan yang terletak di meja depan Jasper.

“Hey! Kembalikan pistol itu!” sentak Austin.

“Diam! Dalam lima menit, akan kubawakan mayatnya ke hadapan kalian.”

“Patrick, jangan gegabah! Kita tak tahu siapa yang sedang kita hadapi,” ujar Jasper.

“Huh! Paling hanya sekelompok pengecut yang hendak mengambil alih Chaderia!” Patrick berbalik badan, berniat keluar dari rumah.

“Kau tak dengar aku bilang apa? Kembalikan pist—”

Clek!

Patrick menarik hammer senapan, mengarahkannya pada Austin.

“Hey, hey, Patrick.” Jasper berjalan mendekat sembari mengangkat kedua tangannya. “Aku tahu kau ingin membantu, tapi bukan seperti ini. Turunkan pistol itu, kita bicarakan rencananya.”

“Walikota macam apa kau, Jasper? Penduduk Chaderia hanya tersisa seperempat dan kau masih diam saja? Ini pasti karena kelalaianmu yang lupa mengunci Menara jam!” tuduh Patrick.

“Siapa yang ingin ikut denganku?”

Tak seorang pun menjawab. Patrick mendengus. “Baiklah! Akan kulakukan sendiri!”

“Berhenti di sana atau kutembak kau?” Senapan Austin mengarah ke Patrick.

“Hahahaha! Silakan saja!” tantang Patrick.

Clek!

Austin memutar hammer, jari telunjuknya bergerak menuju trigger.

“Austin, tidak,” cegah Jasper. “Kalian berdua, kita bisa bicarakan baik-baik, okay? Tidak ada yang saling menyakiti.”

Perlahan, Jasper mendekati Patrick. Tangan kanannya terulur ke depan. “Patrick, serahkan itu padaku, okay? Jangan menyakiti siapapun,” ucap Jasper lembut.

Patrick menatap Jasper. Ia mengangkat pelan senapan. Jasper mengangguk, mengisyaratkan bahwa memang itu yang harus Patrick lakukan.

DOR!

Peluru terhempas ke langit-langit.

“Aku bisa menyelesaikan ini tanpa bantuan kalian,” pungkas Patrick. Ia langsung keluar dari kediaman Jasper.

“Brengsek! Kau pikir kau sehebat apa, huh? Bila saja kau terluka di luar sana, jangan pikir aku akan mengizinkanmu masuk kembali!” Austin membuang senapannya sembarang arah, lalu meninggalkan Jasper dan para dewan.

Jasper memandang kepergian Austin. Ia meraih senapan yang Austin lempar. “Sam, kita harus mencegah Patrick sebelum dia terlu—”

DOR! DOR! DOR! DOR!

“Ayah! Patrick tertembak!” Glenn memantau dari jendela.

“Sial!” Jasper dan para dewan berlari menuju jendela. Patrick terlentang tak nyawa di depan pintu rumah. Genangan darah tersebar di sekujur tubuhnya.

Dari kejauhan, Austin berdecih. “Akhir hidup dari seorang sok hebat.”

Teng… teng… teng…

Semua orang terkejut. Lonceng jam yang sudah tak pernah didengar selama dua belas tahun, tiba-tiba berbunyi.

“Apa-apaan ini?” tukas Luna.

“Paman, jarum jam Menara bergerak!” info Jane.

“Apa?” kaget Jasper.

“Pak! Aku menemukan surat ini di meja kerjamu.” Alice menyerahkan amplop putih kepada Jasper.

Temui aku dalam waktu 10 menit. Sendirian. Tanpa senjata dan perlindungan.

“Siapa yang menulis ini?” tanya Jasper.

“Entahlah. Aku pergi ke ruanganmu untuk mengambil sesuatu, tetapi aku justru menemukan ini.”

“Apa yang kau ambil?” tanya Joce.

Alice terdiam sejenak. “Kotak obat. Perut Anna terlihat kesakitan dan kurasa dia butuh obat.”

“Aku pergi denganmu,” ujar Austin.

“Aku pergi sendiri.”

“Tidak, ayah. Biarkan Austin pergi denganmu,” ucap Glenn.

“Dia mengatakan ayah harus pergi sendiri. Jadi, akan ayah lakukan.”

“Kau tak perlu mendengar ucapannya. Dia bisa saja menjebakmu,” tutur Luna.

“Jika ayah tak ingin Austin ikut, maka biarkan aku ikut. Aku berjanji takkan mengganggu ayah.”

“Kau sedang terluka, Glenn. Dan mana mungkin ayah menyeretmu masuk dalam situasi berbahaya.”

“Kalau begitu, biar aku saja.”

“Apalagi kau, Jane.” Jasper memandang Glenn, Jane, Alice, dan para dewan. “Aku akan pergi menemuinya. Kalian tunggulah di sini sembari mengawasi yang lain.”

“Kau yakin pergi sendiri? Aku bisa mengikutimu dari belakang secara diam-diam,” tawar Sam.

“Jangan. Untuk saat ini, sebaiknya kita ikuti perkataannya. Kita tak bisa menebak apa yang akan dia lakukan selanjutnya.”

“Tapi ayah—”

“Glenn, lakukan tugasmu sebagai putra walikota. Lindungi penduduk kita selagi ayah pergi. Kau mengerti?”

Glenn tak menjawab. Ia menunduk. Meski sudah berusia sembilan belas tahun, tetap saja seorang anak takkan rela bila orang tuanya pergi ke tempat berbahaya.

“Glenn?” panggil Jasper.

“Baiklah.”

To be Continue

Terpopuler

Comments

Vya Kim

Vya Kim

ihhh iya aku juga penderita ashtma, ya ampun.bner bgt susah mau ngapa-ngapain tuh karena segala aktivitas itu harus pake nafas, ngomong jg susah, sesek bgt😭.

2023-07-07

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!